29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:18 AM WIB

Wabah AHPND Diduga dari Bibit Impor, Ini Curhat Pengusaha Tambak Udang

GEROKGAK – Serangan wabah acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND) membuat pengusaha tambak udang di Gerokgak, Buleleng, pusing tujuh keliling.

Betapa tidak, sejak menyerang tambak udang bulan Mei lalu, kerugian yang dialami pemilik tambak, tak terhitung banyaknya.

Mirisnya, pengusaha tambak tidak mengetahui pasti darimana wabah itu datang. Sekedar diketahui, wabah AHPND pertama kali menyerang petambak di Filipina, kemudian Vietnam dan Thailand.

Namun, kini menyebar ke Bali. Lantas, darimana wabah datang? Pengusaha tambak udang Hengky Putro Raharjo mengaku tidak tahu pasti.

Namun, ada dugaan berasal dari bibit udang import. “Kebetulan kami beli bibit secara import,” ungkap Hengky Putro Raharjo.

Mengantisipasi serangan penyakit AHPND, berbagai cara dilakukan oleh para pengusaha tambak. Selain memberikan vitamin dan makanan, juga melakukan seleksi ketat pembibitan udang untuk budidaya.  

“Tidak hanya itu kami juga pengecekan kondisi air. Dengan setiap saat menggantikan air dalam tambak,” ujar Hengky.

Hengky mengatakan, sejauh ini penyakit AHPND belum ada obat maupun vaksinnya. Masih dilakukan riset dan penelitian oleh pihak BPBAP Situbondo untuk menangkal penyakit ini.

“Kami masih menunggu hasil laboratorium pengujian BPBAP Situbondo. Mudah-mudahan ditemukan obat atau penawarnya,” ucap Hengky.

Sedangkan untuk harga udang Hengky mengatakan kondisi harganya masih stabil. Bahkan keran ekspor masih terbuka begitu permintaan yang berada di dalam negeri.

“Harga udang saat ini dengan size 100 per kilogramnya mencapai Rp 58 ribu,” tandasnya. Hal yang sama juga dikatakan Wayan Arta, Petambak di Desa Pejarakan, Gerokgak.

Dia mengaku penyakit AHPND memang sudah merebak dan sangat sulit untuk diatasi. Wabah penyakit AHPND mulai menyerang udang sejak 3 bulan yang lalu.

Sebagai pengusaha tambak udang, dirinya tak dapat berbuat banyak. Hanya menunggu hasil riset dan penelitian balai perikanan.

Banyak udang yang terserang penyakit AHPND, pihaknya memilih lebih awal memanen udang. “Jika ada permintaan kami langsung panen saja. Ketimbang harus merugi,” ungkapnya.

Mengantisipasi kerugian lebih banyak, pihaknya melakukan sejumlah hal. Selain makan, vitamin dan cek kondisi air.

Sebelum menabur benih udang, dirinya melakukan pengurasan air terlebih dahulu. Membersihkan tambak dengan air kaporit agar kondisi tambak benar-benar bersih

“Kami berharap pihak dinas dan balai segera memberikan solusi. Terkait penyakit AHPND yang menyerang para petambak udang di daerah gerokgak,” pungkasnya. 

GEROKGAK – Serangan wabah acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND) membuat pengusaha tambak udang di Gerokgak, Buleleng, pusing tujuh keliling.

Betapa tidak, sejak menyerang tambak udang bulan Mei lalu, kerugian yang dialami pemilik tambak, tak terhitung banyaknya.

Mirisnya, pengusaha tambak tidak mengetahui pasti darimana wabah itu datang. Sekedar diketahui, wabah AHPND pertama kali menyerang petambak di Filipina, kemudian Vietnam dan Thailand.

Namun, kini menyebar ke Bali. Lantas, darimana wabah datang? Pengusaha tambak udang Hengky Putro Raharjo mengaku tidak tahu pasti.

Namun, ada dugaan berasal dari bibit udang import. “Kebetulan kami beli bibit secara import,” ungkap Hengky Putro Raharjo.

Mengantisipasi serangan penyakit AHPND, berbagai cara dilakukan oleh para pengusaha tambak. Selain memberikan vitamin dan makanan, juga melakukan seleksi ketat pembibitan udang untuk budidaya.  

“Tidak hanya itu kami juga pengecekan kondisi air. Dengan setiap saat menggantikan air dalam tambak,” ujar Hengky.

Hengky mengatakan, sejauh ini penyakit AHPND belum ada obat maupun vaksinnya. Masih dilakukan riset dan penelitian oleh pihak BPBAP Situbondo untuk menangkal penyakit ini.

“Kami masih menunggu hasil laboratorium pengujian BPBAP Situbondo. Mudah-mudahan ditemukan obat atau penawarnya,” ucap Hengky.

Sedangkan untuk harga udang Hengky mengatakan kondisi harganya masih stabil. Bahkan keran ekspor masih terbuka begitu permintaan yang berada di dalam negeri.

“Harga udang saat ini dengan size 100 per kilogramnya mencapai Rp 58 ribu,” tandasnya. Hal yang sama juga dikatakan Wayan Arta, Petambak di Desa Pejarakan, Gerokgak.

Dia mengaku penyakit AHPND memang sudah merebak dan sangat sulit untuk diatasi. Wabah penyakit AHPND mulai menyerang udang sejak 3 bulan yang lalu.

Sebagai pengusaha tambak udang, dirinya tak dapat berbuat banyak. Hanya menunggu hasil riset dan penelitian balai perikanan.

Banyak udang yang terserang penyakit AHPND, pihaknya memilih lebih awal memanen udang. “Jika ada permintaan kami langsung panen saja. Ketimbang harus merugi,” ungkapnya.

Mengantisipasi kerugian lebih banyak, pihaknya melakukan sejumlah hal. Selain makan, vitamin dan cek kondisi air.

Sebelum menabur benih udang, dirinya melakukan pengurasan air terlebih dahulu. Membersihkan tambak dengan air kaporit agar kondisi tambak benar-benar bersih

“Kami berharap pihak dinas dan balai segera memberikan solusi. Terkait penyakit AHPND yang menyerang para petambak udang di daerah gerokgak,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/