28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:51 AM WIB

Terungkap! Penari Joged Porno yang Bikin Heboh Cuma Disewa Rp 300 Ribu

RadarBali.com – Joged bumbung yang mengarah ke pornoaksi kembali menjadi sorotan publik Bali. Ini terjadi setelah joged porno itu diunggah ke jejaring sosial Facebook dua hari terakhir.

Viralnya jogged porno itu bermuka ketika digelar acara Offroader Reunion Mount Agung Charity Ride, Minggu (19/11) lalu di Lapangan Desa Les, Tejakula, Buleleng.

Kapolsek Tejakula AKP I Wayan Sartika saat dihubungi terpisah mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan penyidikan dan sudah memanggil berbagai pihak.

Baik panitia, penari dan hingga Kepala Desa Les. “Masih dilakukan penyidikan,” singkatnya. Sedang Ketua Panitia Acara Gede Adi Wistara,30, mengatakan acara tersebut melibatkan lebih dari 700 tracker dari seluruh Bali.

Para tracker ini pun menjajal rute di seputaran Desa Les.  “Ini acara amal untuk penggalian dana bagi pengungsi. Acaranya juga dibuka oleh Kepala Dinas Perhubungan,” tuturnya.

Lanjutnya, usai menjajal rute di Desa Les yang memang kawasan perbukitan ini, para tracker kemudian disuguhkan acara hiburan di lapangan eks penampungan pengungsi, dusun pengumbahan, Desa Les, Tejakula.

Beberapa acara disuguhkan, seperti dangdut dan juga tarian Joged Bumbung untuk menghibur para tracker.

Nah, awalnya empat penari menari sesuai dengan pakemnya dan tentu tidak melakukan gerakan erotis. Namun, semakin sore sudah terlihat mulai ada perubahan menjadi senonoh.

“Saat menari agak porno, saya langsung tarik, bilang jangan. Panitia yang lain juga sudah mengingatkan agar tidak porno,” akunya.

Diketahui, penari Jogeg Bumbung ini disewa dari Desa Sinabun dengan harga Rp 300 ribu setiap penari. Katanya, saat di sewa, tidak diminta untuk menari porno. 

“Mungkin karena euphoria saat pentas sehingga bablas jadinya. Menarinya pun jadi agak porno,” kilahnya.

Wistara pun mengaku kaget lantaran video yang diunggah oleh akun facebook milik Arta Wan tersebut menjadi viral.

Meski begitu, pihaknya tetap meminta maaf kepada masyarakat dan dari pihak panitia sendiri mengaku tidak ada unsur kesengajaan.

Perbekel Les Gede Susila saat dihubungi terpisah mengatakan pihaknya tidak menyangka acara tersebut akan seperti itu.

“Memang benar panitia sempat menghubungi kami. Hanya saja, surat yang masuk ke kami hanya sebatas untuk mengetahui saja,” ungkapnya kemarin.

Susila juga sudah mengimbau agar pertunjukan tari jogeg tersebut tidak dilakukan seperti itu (senonoh). Namun, tiba-tiba saja, kata Susila para pengibing ini datang secara bergerombolan.

“Saya berharap kedepan, acara yang menurunkan moral masyarakat ini tidak terjadi lagi. Sementara saat ini, situasi di desa masih aman,” pungkasnya

RadarBali.com – Joged bumbung yang mengarah ke pornoaksi kembali menjadi sorotan publik Bali. Ini terjadi setelah joged porno itu diunggah ke jejaring sosial Facebook dua hari terakhir.

Viralnya jogged porno itu bermuka ketika digelar acara Offroader Reunion Mount Agung Charity Ride, Minggu (19/11) lalu di Lapangan Desa Les, Tejakula, Buleleng.

Kapolsek Tejakula AKP I Wayan Sartika saat dihubungi terpisah mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan penyidikan dan sudah memanggil berbagai pihak.

Baik panitia, penari dan hingga Kepala Desa Les. “Masih dilakukan penyidikan,” singkatnya. Sedang Ketua Panitia Acara Gede Adi Wistara,30, mengatakan acara tersebut melibatkan lebih dari 700 tracker dari seluruh Bali.

Para tracker ini pun menjajal rute di seputaran Desa Les.  “Ini acara amal untuk penggalian dana bagi pengungsi. Acaranya juga dibuka oleh Kepala Dinas Perhubungan,” tuturnya.

Lanjutnya, usai menjajal rute di Desa Les yang memang kawasan perbukitan ini, para tracker kemudian disuguhkan acara hiburan di lapangan eks penampungan pengungsi, dusun pengumbahan, Desa Les, Tejakula.

Beberapa acara disuguhkan, seperti dangdut dan juga tarian Joged Bumbung untuk menghibur para tracker.

Nah, awalnya empat penari menari sesuai dengan pakemnya dan tentu tidak melakukan gerakan erotis. Namun, semakin sore sudah terlihat mulai ada perubahan menjadi senonoh.

“Saat menari agak porno, saya langsung tarik, bilang jangan. Panitia yang lain juga sudah mengingatkan agar tidak porno,” akunya.

Diketahui, penari Jogeg Bumbung ini disewa dari Desa Sinabun dengan harga Rp 300 ribu setiap penari. Katanya, saat di sewa, tidak diminta untuk menari porno. 

“Mungkin karena euphoria saat pentas sehingga bablas jadinya. Menarinya pun jadi agak porno,” kilahnya.

Wistara pun mengaku kaget lantaran video yang diunggah oleh akun facebook milik Arta Wan tersebut menjadi viral.

Meski begitu, pihaknya tetap meminta maaf kepada masyarakat dan dari pihak panitia sendiri mengaku tidak ada unsur kesengajaan.

Perbekel Les Gede Susila saat dihubungi terpisah mengatakan pihaknya tidak menyangka acara tersebut akan seperti itu.

“Memang benar panitia sempat menghubungi kami. Hanya saja, surat yang masuk ke kami hanya sebatas untuk mengetahui saja,” ungkapnya kemarin.

Susila juga sudah mengimbau agar pertunjukan tari jogeg tersebut tidak dilakukan seperti itu (senonoh). Namun, tiba-tiba saja, kata Susila para pengibing ini datang secara bergerombolan.

“Saya berharap kedepan, acara yang menurunkan moral masyarakat ini tidak terjadi lagi. Sementara saat ini, situasi di desa masih aman,” pungkasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/