SINGARAJA – Sebuah proyeksi gambar bertuliskan “Energi Surya Untuk Bali” ditembakkan dengan latar belakang PLTU,
Celukan Bawang memeriahkan acara Summer Festival 2.0 yang berlangsung selama 3 hari di Celukan Bawang, Buleleng, 23 – 25 Agustus 2019.
Proyeksi ini merupakan sebuah pesan dari masyarakat Celukan Bawang kepada Gubernur Bali Wayan Koster agar segera mewujudkan masa depan Bali dengan energi bersih.
Summer Festival 2.0 merupakan sustainable festival yang seluruh kegiatannya menggunakan 100 persen energi terbarukan dan bertujuan
untuk menunjukkan bahwa pemanfaatan energi terbarukan sangatlah mudah dan dapat menjadi masa depan energi Bali.
Inisiatif festival ini datang dari masyarakat Celukan Bawang, Buleleng, Bali yang telah merasakan dampak penggunaan energi kotor batubara.
PLTU batu bara Celukan Bawang tahap 1 yang beroperasi sejak 2015 telah meminggirkan penghidupan nelayan dan petani kelapa serta mencemari laut dan mengotori udara Bali.
Tahun 2018 lalu, perwakilan masyarakat Celukan Bawang bersama Greenpeace Indonesia dan LBH Bali mengajukan gugatan terhadap izin lingkungan ekspansi PLTU Celukan Bawang yang dikeluarkan oleh gubernur sebelumnya.
Namun, meskipun sudah mengajukan kasasi hingga ke Mahkamah Agung, gugatan tersebut tetap ditolak.
Dengan keputusan Kasasi MA tersebut, maka peran Gubernur Bali menjadi penentu untuk membatalkan ekspansi PLTU Celukan Bawang tahap dua.
Ini sekaligus menjadi momentum bagi Gubernur Koster untuk membuktikan komitmennya kepada rakyat Bali menghentikan ekspansi PLTU batu bara dan beralih ke energi bersih.
Tanpa langkah cepat dari gubernur, ekspansi PLTU Celukan Bawang akan berlangsung dan Bali akan terjebak energi kotor batu bara selama puluhan tahun.
Sementara di sisi lain, Bali memiliki potensi energi bersih dan terbarukan yang melimpah. Dengan menggunakan sistem permodelan
pemetaan, dapat diketahui bahwa total potensi energi surya di Provinsi Bali dapat mencapai 113,436.5 GWh per tahun.
“Komitmen gubernur ini harus segera diwujudkan, salah satunya dengan mencabut izin lingkungan dan memasukkan penghentian ekspansi PLTU Batu Bara
di dalam Pergub Energi Bersih yang akan datang,” ujar Didit Wicaksono, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia.
“Gubernur harus memenangkan Bali untuk melakukan transisi energi dari batu bara ke energi terbarukan, demi masa depan lingkungan, masyarakat, pariwisata, dan ekonomi Bali yang lebih baik,” tutur Didit.
Bersamaan dengan penyelenggaraan festival, juga dirilis sebuah album berjudul Senandung Energi Bumi yang melibatkan 13 musisi indie tanah air, dan telah dirilis melalui platform digital seperti Joox, Spotify, dan iTunes.
“Sangat senang bisa bergabung dalam acara ini, selain musisi yang terlibat keren-keren, kegiatan ini juga membuktikan bahwa energi terbarukan sangat memungkinkan dan mudah untuk digunakan.
Ini telah dibuktikan oleh Greenpeace, dan semoga ini membawa pengaruh baik bagi kita semua masyarakat Indonesia,” terang Upi dari Tuan 13.