29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:58 AM WIB

Menarik, Dua Kali Menolak Jadi Pemangku, Cobaan Datang Bertubi-tubi

AMLAPURAMenjadi pemangku bukan pekerjaan mudah bagi umat Hindu. Butuh kesiapan matang untuk menjadi pemangku.

Selain itu juga di butuhkan kesiapan lahir dan batin. Sebab menjadi pemangku juga banyak pantangan yang harus dilakukan karena sudah di sucikan.

Hal ini juga diakui I Ketut Merta, 57, warga Dusun Bangbang Biaung, Duda, Selat, Karangasem. Dia mengaku beberapa kali menolak jadi pemangku karena tidak siap.

Namun, akhirnya Rabu lalu dia tidak bisa menolak lagi dan siap melakukan upacara pewintenan. Pewintenan dilakukan tepat saat purnama Kelima.

Prosesi pewintenan dilakukan untuk menjadi pemangku Pura Dadia Tangkas Kori Agung, Banjar Jangu. Duda.

Awalnya dia sempat diminta ngayah sebagai pemangku tahun 1993. Yang meminta waktu itu adalah almarhum I Wayan Miarna yang saat itu menjabat sebagai kelian dadia.

Saat itu dia langsung menolak dengan alasan belum siap dan sanggup. Terlebih saat itu masih bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.

“Saat itu saya menolak karena memang belum siap,” ujarnya. Beberapa hari kemudian di mengaku mendapat firasat lewat mimpi.

Di mana saat itu kembali diminta untuk ngiring sebagai pemangku. Mimpi tersebut kemudian di ceritakan kepada salah satu kerabatnya yang juga kerama dadia disana.

Tiba tiba kerabatnya tersebut kerauhan. Salah satunya di sebutkan agar dirinya ngatah sebagai pemangku.

Sejak penolakanya tersebut berbagai cobaan dialami. Mulai dari kondisi ekonominya yang carut marut. Selain itu juga sempat mengalami beberapa kali kecelakaan.

Tidak hanya dirinya, anggota keluarganya juga mengalami kasus serupa. Nah, tahun 2016 kerama dadia menggelar sangkepan.

Dan kembali membicarakan soal pemangku. Saat itu dirinya kembali diminta ngayah namun kembaIi di tolaknya.

Insiden pun kembali terjadi bahkan sampai mengalami kecelakaan sepulang mekemit di pura. Sang istri Ni Luh Putu Merta, 57, juga sempat mengalami musibah yakni tertusuk paku pada bagian kaki.

Kemudian besoknya giliran sang anak yang tertusuk beling dan juga sang cucu tak sadarkan diri. Yang paling akhir adalah rumahnya nyaris hangus karena lampu konslet.

Semua itu diakui sebagai pertanda dan juga firasat agar dirinya bersedia ngayah. Akhirnya tahun 2017 awal, dirinya menyanggupi ngiring menjadi pemanku.

Merta sebenarnya sudah menekuni dunia spiritual sejak tahun 1986. Sejak itu, pria yang juga guru di SDN 2 Amerta Bhuana ada perbaikan kehidupan keluarganya.

Termasuk juga dasi sisi ekonomi. Kondisi keluarga membaik dan sekarang terasa semakin adem dan damai.

|”ya ini mungkin bagian dari perjalana hidup saya. Saat ini saya sudah siap untuk ngayah,” ujar Merta mantap.

Upacara pewintenan sendiri di puput Ide Pedanda Gede Rai Anom Oka Keniten dari Geria Sanur. Upacara pewintenan ini disaksikan kerama dadia dan undangan dari beberapa tokoh masyarakat. 

AMLAPURAMenjadi pemangku bukan pekerjaan mudah bagi umat Hindu. Butuh kesiapan matang untuk menjadi pemangku.

Selain itu juga di butuhkan kesiapan lahir dan batin. Sebab menjadi pemangku juga banyak pantangan yang harus dilakukan karena sudah di sucikan.

Hal ini juga diakui I Ketut Merta, 57, warga Dusun Bangbang Biaung, Duda, Selat, Karangasem. Dia mengaku beberapa kali menolak jadi pemangku karena tidak siap.

Namun, akhirnya Rabu lalu dia tidak bisa menolak lagi dan siap melakukan upacara pewintenan. Pewintenan dilakukan tepat saat purnama Kelima.

Prosesi pewintenan dilakukan untuk menjadi pemangku Pura Dadia Tangkas Kori Agung, Banjar Jangu. Duda.

Awalnya dia sempat diminta ngayah sebagai pemangku tahun 1993. Yang meminta waktu itu adalah almarhum I Wayan Miarna yang saat itu menjabat sebagai kelian dadia.

Saat itu dia langsung menolak dengan alasan belum siap dan sanggup. Terlebih saat itu masih bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.

“Saat itu saya menolak karena memang belum siap,” ujarnya. Beberapa hari kemudian di mengaku mendapat firasat lewat mimpi.

Di mana saat itu kembali diminta untuk ngiring sebagai pemangku. Mimpi tersebut kemudian di ceritakan kepada salah satu kerabatnya yang juga kerama dadia disana.

Tiba tiba kerabatnya tersebut kerauhan. Salah satunya di sebutkan agar dirinya ngatah sebagai pemangku.

Sejak penolakanya tersebut berbagai cobaan dialami. Mulai dari kondisi ekonominya yang carut marut. Selain itu juga sempat mengalami beberapa kali kecelakaan.

Tidak hanya dirinya, anggota keluarganya juga mengalami kasus serupa. Nah, tahun 2016 kerama dadia menggelar sangkepan.

Dan kembali membicarakan soal pemangku. Saat itu dirinya kembali diminta ngayah namun kembaIi di tolaknya.

Insiden pun kembali terjadi bahkan sampai mengalami kecelakaan sepulang mekemit di pura. Sang istri Ni Luh Putu Merta, 57, juga sempat mengalami musibah yakni tertusuk paku pada bagian kaki.

Kemudian besoknya giliran sang anak yang tertusuk beling dan juga sang cucu tak sadarkan diri. Yang paling akhir adalah rumahnya nyaris hangus karena lampu konslet.

Semua itu diakui sebagai pertanda dan juga firasat agar dirinya bersedia ngayah. Akhirnya tahun 2017 awal, dirinya menyanggupi ngiring menjadi pemanku.

Merta sebenarnya sudah menekuni dunia spiritual sejak tahun 1986. Sejak itu, pria yang juga guru di SDN 2 Amerta Bhuana ada perbaikan kehidupan keluarganya.

Termasuk juga dasi sisi ekonomi. Kondisi keluarga membaik dan sekarang terasa semakin adem dan damai.

|”ya ini mungkin bagian dari perjalana hidup saya. Saat ini saya sudah siap untuk ngayah,” ujar Merta mantap.

Upacara pewintenan sendiri di puput Ide Pedanda Gede Rai Anom Oka Keniten dari Geria Sanur. Upacara pewintenan ini disaksikan kerama dadia dan undangan dari beberapa tokoh masyarakat. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/