TABANAN – Sudah tiga hari nelayan di pantai Yeh Gangga, Sudimara, Tabanan tidak melaut. Kondisi ini terjadi karena munculnya gelombang laut di perairan pantai selatan Tabanan.
BMKG wilayah III Denpasar sebelumnya mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di sejumlah perairan di Bali.
Warga kawasan pesisir dan pihak yang beraktivitas di laut diimbau untuk waspada. Pasalnya, berdasar data pantau BMKG dari 24 hingga 27 Desember potensi gelombang setinggi 1 hingga 2,5 meter.
Salah seorang nelayan Yeh Gangga, Desa Sudimara, Tabanan Nyoman Windia mengakui jika sudah tiga hari nelayan di pantai Yeh Gangga tidak berani melaut.
Tepatnya sejak Minggu (23/12) lalu. Memang terlihat ombak di tepi pantai kecil. Namun, ketika berada di tengah gelombangnya cukup tinggi hingga mencapai 2 meter.
“Kami memilih tidak melaut demi keselamatan, meskipun saat ini sedang musim lobster,” ungkap pria berusia 61 tahun ini.
Tingginya gelombang laut di perairan pantai selatan Tabanan akibat dari cuaca buruk di pesisir laut selatan akhir-akhir ini.
Biasanya gelombang tinggi rutin terjadi sejak bulan Juli hingga Agustus lalu, namun melihat kondisi sekarang gelombang laut tinggi kembali terjadi.
“Gelombang laut yang tinggi saat ini juga berdampak pada tangkapan dan pasokan ikan menurun,” kata Windia.
Jika situasi gelombang laut normal, hasil tangkapan ikan mencapai Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu sekali melaut.
Dituturkan Windia, sejati nelayan Yeh Gangga tangkapan utama adalah lobster laut. Lobster menjadi kebutuhan utama hotel dan restoran yang ada di Tabanan dan Badung.
Permintaan lobster yang dikirim ke pengepul biasanya 50 – 100 kilogram. Lobster itu didatangkan dari nelayan Yeh Gangga dan Pantai Kelanting.
“Saat ini kami nelayan di pantai Yeh Gangga, hanya bisa menunggu gelombang laut kembali normal. Perkiraan kami gelombang laut akan surut sekitar 3 hari ke depan,” tandasnya.