GIANYAR – Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI Prof. I Ketut Widnya mendorong masyarakat Bali untuk gencar menanam kelapa daksina.
Karena selama ini, kelapa daksina justru didatangkan dari luar pulau. Akibatnya kebutuhan untuk upacara agama di Bali menjadi mahal.
“Mengingat kebutuhan kelapa yang cukup tinggi sebagai sarana upakara, dan menghindari lonjakan harga karena harus mendatangkan dari luar daerah,
seharusnya kita mampu menanam dan menghasilkan kelapa sendiri,” ujar Prof Widnya, saat menghadiri HUT ke-34 Seka Teruna Catur Murthi Sentana di Banjar Tengah Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, kemarin (27/1).
Selain untuk keperluan upacara, penanaman pohon kelapa daksina juga untuk menunjang kelestarian alam Bali.
Terlebih, Bali menjadi destinasi pariwisata budaya dan alam. “Bali hidup dari pariwisata budaya maka wajib hukumnya untuk menjaga kelestarian alam dan budaya karena sudah diakui dan dikagumi dunia,” terangnya.
Sementara itu, pimpinan Yayasan Bhuana Sari, I Gusti Ngurah Amara Oka, membantu membagikan 200 bibit pohon kelapa bagi (STT).
Yayasan itu memang sudah dikenal membagikan bibit kelapa daksina untuk masyarakat. “Ketika mendengar ada STT mau tanam kelapa, secara spontan kami dukung,” ujar Amara Oka.
Kata dia, selain untuk keperluan upacara, bagian dari pohon kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
“Tanaman ini memiliki fungsi guna ganda, hampir seluruh bagiannya bisa dimanfaatkan untuk pembangunan, memasak, dan lainnya,” terangnya.
Tidak itu saja, kelapa juga punya khasiat kelapa juga sudah terbukti. “Selain untuk konsumsi penuh gizi, juga memiliki fungsi obat herbal tanpa imbas negatif bagi kesehatan jangka panjang,” jelasnya.