31.6 C
Jakarta
25 November 2024, 15:13 PM WIB

Duh, Logistik di Buleleng Minim, Pengungsi Tidur Beralas Tanah

RadarBali.com – Sejumlah kamp pengungsian di Kabupaten Buleleng, mulai mengeluhkan minimnya logistik.

Bukan kekurangan sembako, namun logistik lain seperti tenda, selimut, dan alas tidur. Banyak kamp-kamp pengungsian yang didirikan secara mandiri oleh para pengungsi.

Ironisnya mereka tidak memiliki fasilitas yang cukup untuk membuat perkemahan. Salah satunya ada di Banjar Dinas Sanih, Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan.

Sebanyak 67 orang warga dari Banjar Dinas Batugiling, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, membangun kamp pengungsian secara mandiri.

Mereka menempati areal perkebunan jati seluas enam hektare yang dimiliki warga bernama Nyoman Ariasa.

Fasilitas di kamp ini sangat minim. Mereka hanya dilindungi dengan selembar terpal. Tidak ada dinding pembatas. Alasnya pun mengenakan terpal seadanya.

Kasur hanya digunakan oleh pengungsi yang memiliki bayi. Di kebun itu, para pengungsi juga mengungsikan ternak mereka seperti babi dan sapi.

Bahkan untuk sapi saja, para pengungsi ini membawa lebih dari 60 ekor ternak. Salah seorang pengungsi, Nyoman Wage, 39, mengaku sudah mengungsi di kebun itu selama sepekan terakhir.

Para pengungsi masih memiliki ikatan keluarga. Sejauh ini, relatif tidak ada keluhan di pengungsian. Hanya saja, fasilitas kamar mandi bisa dibilang jauh dari kata layak. 

RadarBali.com – Sejumlah kamp pengungsian di Kabupaten Buleleng, mulai mengeluhkan minimnya logistik.

Bukan kekurangan sembako, namun logistik lain seperti tenda, selimut, dan alas tidur. Banyak kamp-kamp pengungsian yang didirikan secara mandiri oleh para pengungsi.

Ironisnya mereka tidak memiliki fasilitas yang cukup untuk membuat perkemahan. Salah satunya ada di Banjar Dinas Sanih, Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan.

Sebanyak 67 orang warga dari Banjar Dinas Batugiling, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, membangun kamp pengungsian secara mandiri.

Mereka menempati areal perkebunan jati seluas enam hektare yang dimiliki warga bernama Nyoman Ariasa.

Fasilitas di kamp ini sangat minim. Mereka hanya dilindungi dengan selembar terpal. Tidak ada dinding pembatas. Alasnya pun mengenakan terpal seadanya.

Kasur hanya digunakan oleh pengungsi yang memiliki bayi. Di kebun itu, para pengungsi juga mengungsikan ternak mereka seperti babi dan sapi.

Bahkan untuk sapi saja, para pengungsi ini membawa lebih dari 60 ekor ternak. Salah seorang pengungsi, Nyoman Wage, 39, mengaku sudah mengungsi di kebun itu selama sepekan terakhir.

Para pengungsi masih memiliki ikatan keluarga. Sejauh ini, relatif tidak ada keluhan di pengungsian. Hanya saja, fasilitas kamar mandi bisa dibilang jauh dari kata layak. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/