32.6 C
Jakarta
25 November 2024, 12:07 PM WIB

Tremor Terus Berkurang, Sugian Bali Pengungsi Pilih Pulang Kampung

RadarBali.com – Menjelang hari Raya Galungan krama menggelar upacara sugian bali yang jatuh kemarin (27/10).

Kondisi ini memaksa banyak pengungsi yang nekat menerobos zona merah dengan berbagai alasan.

Seperti kemarin, dengan alasan sembahyang sugian bali,  pengungsi di pos pengungsian Klungkung dan Sidemen banyak yang pulang untuk sembahyang.

Bahkan, ada beberapa di antaranya sudah pulang sejak sehari sebelumnya dengan menginap di kampung halamanya.

Hal ini diakui beberapa pengungsi asal Dusun Geriana Kangin dan Tukad Sabuh, Duda Utara, Selat. “Ya, pulang sebentar untuk sembahyang,” ujar Nengah Sama, 50.

Selaian sembahyang, mereka pulang juga untuk mengecek rumahnya yang sudah sebulan ditinggal sekaligus juga bersih – bersih.

Sebagian warga ada yang baru balik kemarin pagi untuk sembahyang saja. Ada pula yang sehari sebelumnya dengan alasan harus mempersiapkan sesajen sekalipun desanya zona merah.

Warga mengaku pasrah sekaligus waswas takut terjadi letusan. “Ya, kita lihat kondisi, karena cuaca cukup terang kami pulang,” timpal Nyoman Muda, 45.

Bahkan, asap dari kepundan  Gunung Agung yang selama ini terlihat kemarin tidak terlihat. Sekalipun ada, hanya asap tipis saja.

Sementara itu, pagi kemarin sempat terjadi dua kali tremor dengan kekuatan rendah berdurasi 58 sampai 165 detik.

Danramil Rendang yang juga MO (Manajer Operasional) Badan Pengelola Besakih Kapten Ketut Sumendra mengakui kalau di Besakih dan sekitarnya warga sudah mengungsi.

Meski demikian ada sebagian kecil warga pada siang hari saja. Di Pura Besakih sendiri jro mangku mendapat tugas piket untuk ngayah selama kondisi Awas.

Ini dilakukan karena Pura Besakih tidak boleh kosong. Dan, jro mangku yang merupakan juru sepuh di pura tersebut ngaturang ayah secara bergiliran untuk mekemit sekaligus memberikan pelayanan kepada umat kalau ada yang sembahyang.

Pihaknya mengaku terus berkeliling memberikan saran dan edukasi kepada masyarakat agar mengungsi terutama di zona merah.

“Saya selalu bawa peta ke mana mana. Ini saya tunjukkan di mana posisi aman dan bahaya,” tandas Sumendra.

Sementara itu, untuk di Desa Adat Temukus di utara Pura Besakih diakui sudah kosong. Kawasan ini sangat dekat sekitar 3 km dari kawah.

Di Besakih beberapa kali diakui sempat dirasakan gempa. Hanya saja belakangan ini mulai berkurang.

RadarBali.com – Menjelang hari Raya Galungan krama menggelar upacara sugian bali yang jatuh kemarin (27/10).

Kondisi ini memaksa banyak pengungsi yang nekat menerobos zona merah dengan berbagai alasan.

Seperti kemarin, dengan alasan sembahyang sugian bali,  pengungsi di pos pengungsian Klungkung dan Sidemen banyak yang pulang untuk sembahyang.

Bahkan, ada beberapa di antaranya sudah pulang sejak sehari sebelumnya dengan menginap di kampung halamanya.

Hal ini diakui beberapa pengungsi asal Dusun Geriana Kangin dan Tukad Sabuh, Duda Utara, Selat. “Ya, pulang sebentar untuk sembahyang,” ujar Nengah Sama, 50.

Selaian sembahyang, mereka pulang juga untuk mengecek rumahnya yang sudah sebulan ditinggal sekaligus juga bersih – bersih.

Sebagian warga ada yang baru balik kemarin pagi untuk sembahyang saja. Ada pula yang sehari sebelumnya dengan alasan harus mempersiapkan sesajen sekalipun desanya zona merah.

Warga mengaku pasrah sekaligus waswas takut terjadi letusan. “Ya, kita lihat kondisi, karena cuaca cukup terang kami pulang,” timpal Nyoman Muda, 45.

Bahkan, asap dari kepundan  Gunung Agung yang selama ini terlihat kemarin tidak terlihat. Sekalipun ada, hanya asap tipis saja.

Sementara itu, pagi kemarin sempat terjadi dua kali tremor dengan kekuatan rendah berdurasi 58 sampai 165 detik.

Danramil Rendang yang juga MO (Manajer Operasional) Badan Pengelola Besakih Kapten Ketut Sumendra mengakui kalau di Besakih dan sekitarnya warga sudah mengungsi.

Meski demikian ada sebagian kecil warga pada siang hari saja. Di Pura Besakih sendiri jro mangku mendapat tugas piket untuk ngayah selama kondisi Awas.

Ini dilakukan karena Pura Besakih tidak boleh kosong. Dan, jro mangku yang merupakan juru sepuh di pura tersebut ngaturang ayah secara bergiliran untuk mekemit sekaligus memberikan pelayanan kepada umat kalau ada yang sembahyang.

Pihaknya mengaku terus berkeliling memberikan saran dan edukasi kepada masyarakat agar mengungsi terutama di zona merah.

“Saya selalu bawa peta ke mana mana. Ini saya tunjukkan di mana posisi aman dan bahaya,” tandas Sumendra.

Sementara itu, untuk di Desa Adat Temukus di utara Pura Besakih diakui sudah kosong. Kawasan ini sangat dekat sekitar 3 km dari kawah.

Di Besakih beberapa kali diakui sempat dirasakan gempa. Hanya saja belakangan ini mulai berkurang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/