29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:53 AM WIB

Penyakit Demam Berdarah di Buleleng Meluas, Dinkes Catat 700 Kasus

SINGARAJA – Kasus demam berdarah di Kabupaten Buleleng tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Angka kasus justru mengalami peningkatan dari hari ke hari. Hingga kini, tak kurang dari 700 kasus dilaporkan telah terjadi di Buleleng.

Data di Dinas Kesehatan Buleleng menunjukkan, hingga awal pekan keempat Februari 2020, angka yang tercatat mencapai 774 kasus.

Kasus tersebut dilaporkan oleh puskesmas, rumah sakit negeri, maupun rumah sakit swasta di Buleleng. Di Banjar Dinas Pegayaman, Desa Temukus misalnya.

Warga setempat memilih melakukan fogging swadaya karena kasus demam berdarah yang cukup tinggi. Di sebuah Rukun Tetangga (RT) saja, bisa mencapai enam kasus yang tercatat.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Buleleng dr. I Gede Suaryawan mengatakan, kasus diprediksi masih akan terus memuncak. Biasanya kasus akan berbanding lurus dengan lamanya musim hujan.

Suaryawan menyebut, belakangan ini ada trend baru penyebaran penyakit demam berdarah. Biasanya penyakit akan berkembang di kawasan padat penduduk, maupun di kawasan kumuh.

Namun kini penyakit juga berkembang di kawasan pedesaan yang didominasi areal perkebunan. Bahkan di wilayah dataran tinggi juga ditemukan kasus demam berdarah.

“Biasanya di dataran tinggi itu sangat jarang ada kasus. Karena nyamuk biasanya berkembang di daerah yang suhunya hangat. Banyak di dataran rendah.

Tapi sekarang sudah ada perubahan perilaku. Waktu ini malah kami temukan kasus di Desa Bongancina. Itu kan sudah jelas-jelas dataran tinggi,” katanya.

Tak heran bila kemudian kasus kini didominasi di wilayah pedesaan. Suaryawan menyebut, kasus demam berdarah kini paling banyak ditemukan di Kecamatan Tejakula.

Kasus ini banyak ditemukan di Desa Tejakula dan Desa Les. Pemerintah pun menghimbau agar masyarakat lebih mengintensifkan pemberantasan sarang nyamuk.

Seperti menguras bak mandi secara berkala. Menutup penampungan air. Serta mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

“Kami juga sudah siapkan bubuk abate gratis. Kalau warga memang membutuhkan, silahkan diambil di puskesmas terdekat. Sudah kami siapkan dalam jumlah yang cukup,” tandasnya. 

SINGARAJA – Kasus demam berdarah di Kabupaten Buleleng tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Angka kasus justru mengalami peningkatan dari hari ke hari. Hingga kini, tak kurang dari 700 kasus dilaporkan telah terjadi di Buleleng.

Data di Dinas Kesehatan Buleleng menunjukkan, hingga awal pekan keempat Februari 2020, angka yang tercatat mencapai 774 kasus.

Kasus tersebut dilaporkan oleh puskesmas, rumah sakit negeri, maupun rumah sakit swasta di Buleleng. Di Banjar Dinas Pegayaman, Desa Temukus misalnya.

Warga setempat memilih melakukan fogging swadaya karena kasus demam berdarah yang cukup tinggi. Di sebuah Rukun Tetangga (RT) saja, bisa mencapai enam kasus yang tercatat.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Buleleng dr. I Gede Suaryawan mengatakan, kasus diprediksi masih akan terus memuncak. Biasanya kasus akan berbanding lurus dengan lamanya musim hujan.

Suaryawan menyebut, belakangan ini ada trend baru penyebaran penyakit demam berdarah. Biasanya penyakit akan berkembang di kawasan padat penduduk, maupun di kawasan kumuh.

Namun kini penyakit juga berkembang di kawasan pedesaan yang didominasi areal perkebunan. Bahkan di wilayah dataran tinggi juga ditemukan kasus demam berdarah.

“Biasanya di dataran tinggi itu sangat jarang ada kasus. Karena nyamuk biasanya berkembang di daerah yang suhunya hangat. Banyak di dataran rendah.

Tapi sekarang sudah ada perubahan perilaku. Waktu ini malah kami temukan kasus di Desa Bongancina. Itu kan sudah jelas-jelas dataran tinggi,” katanya.

Tak heran bila kemudian kasus kini didominasi di wilayah pedesaan. Suaryawan menyebut, kasus demam berdarah kini paling banyak ditemukan di Kecamatan Tejakula.

Kasus ini banyak ditemukan di Desa Tejakula dan Desa Les. Pemerintah pun menghimbau agar masyarakat lebih mengintensifkan pemberantasan sarang nyamuk.

Seperti menguras bak mandi secara berkala. Menutup penampungan air. Serta mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

“Kami juga sudah siapkan bubuk abate gratis. Kalau warga memang membutuhkan, silahkan diambil di puskesmas terdekat. Sudah kami siapkan dalam jumlah yang cukup,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/