29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:08 AM WIB

Hambat Jalur Evakuasi, Truk Pasir Dilarang Masuk Kubu

RadarBali.com – Imbauan aparat kepolisian kepada pengusaha Galian C agar menghentikan usaha tambang, belum sepenuhnya dipatuhi.

Sejumlah pengusaha galian C, tetap beraktifitas seperti biasa. Polisi pun terpaksa mengambil langkah tegas.

Bukan menutup tambang galian, melainkan melarang truk pasir masuk ke wilayah Kecamatan Kubu. Ya, sejak tambang galian C di Kecamatan Selat ditutup, truk-truk pasir menuju arah Kubu.

Dampaknya, lalu lintas di ruas utara Pulau Bali itu cukup padat. Kepadatan itu dikhawatirkan menghambat jalur evakuasi ke arah Karangasem maupun Singaraja, apabila erupsi Gunung Agung terjadi.

Hingga kemarin, aktifitas di sejumlah tambang masih berlangsung. Polisi pun turun tangan dan menutup akses bagi truk pasir. Polisi menjaga perbatasan dari arah Karangasem maupun dari arah Singaraja.

Seperti terlihat di tapal batas di Desa Tembok, Buleleng, polisi terlihat menghentikan truk. Truk diminta kembali ke Buleleng.

Tak jarang sopir dan polisi terlibat perdebatan. Meski demikian, mereka tetap dilarang masuk ke Kubu. Hal serupa juga terjadi di Desa Muntig, Kubu.

Dampaknya terjadi antrean panjang truk di wilayah Tembok. Para sopir menunggu peluang agar bisa masuk ke wilayah Kubu.

“Kami sudah jauh-jauh ke sini, tidak mungkin balik begitu saja. Tempat ambil pasirnya juga dekat sini. Tidak sampai ke Gunung Agung sana,” ujar salah seorang sopir asal Jembrana, yang menolak menyebutkan namanya.

Kapolsek Kubu AKP Made Suadnyana mengatakan, pihaknya sudah memberikan imbauan agar pemilik tambang menghentikan sementara operasional mereka.

Pertimbangannya, arus lalu lalang truk menghambat proses evakuasi masyarakat maupun distribusi bantuan. Lantaran ada yang membandel, pihaknya pun terpaksa ambil langkah sweeping truk pasir.

“Kami ambil tindakan tutup perbatasan saja. Sekalian kami sweeping. Kalau ada truk masuk Kubu, biar balik kanan.

Tidak ambil material di wilayah Kubu. Kendaraan ini kalau sudah bawa muatan kan berat dan lambat, jadi sangat mengganggu proses evakuasi,” kata Suadnyana

RadarBali.com – Imbauan aparat kepolisian kepada pengusaha Galian C agar menghentikan usaha tambang, belum sepenuhnya dipatuhi.

Sejumlah pengusaha galian C, tetap beraktifitas seperti biasa. Polisi pun terpaksa mengambil langkah tegas.

Bukan menutup tambang galian, melainkan melarang truk pasir masuk ke wilayah Kecamatan Kubu. Ya, sejak tambang galian C di Kecamatan Selat ditutup, truk-truk pasir menuju arah Kubu.

Dampaknya, lalu lintas di ruas utara Pulau Bali itu cukup padat. Kepadatan itu dikhawatirkan menghambat jalur evakuasi ke arah Karangasem maupun Singaraja, apabila erupsi Gunung Agung terjadi.

Hingga kemarin, aktifitas di sejumlah tambang masih berlangsung. Polisi pun turun tangan dan menutup akses bagi truk pasir. Polisi menjaga perbatasan dari arah Karangasem maupun dari arah Singaraja.

Seperti terlihat di tapal batas di Desa Tembok, Buleleng, polisi terlihat menghentikan truk. Truk diminta kembali ke Buleleng.

Tak jarang sopir dan polisi terlibat perdebatan. Meski demikian, mereka tetap dilarang masuk ke Kubu. Hal serupa juga terjadi di Desa Muntig, Kubu.

Dampaknya terjadi antrean panjang truk di wilayah Tembok. Para sopir menunggu peluang agar bisa masuk ke wilayah Kubu.

“Kami sudah jauh-jauh ke sini, tidak mungkin balik begitu saja. Tempat ambil pasirnya juga dekat sini. Tidak sampai ke Gunung Agung sana,” ujar salah seorang sopir asal Jembrana, yang menolak menyebutkan namanya.

Kapolsek Kubu AKP Made Suadnyana mengatakan, pihaknya sudah memberikan imbauan agar pemilik tambang menghentikan sementara operasional mereka.

Pertimbangannya, arus lalu lalang truk menghambat proses evakuasi masyarakat maupun distribusi bantuan. Lantaran ada yang membandel, pihaknya pun terpaksa ambil langkah sweeping truk pasir.

“Kami ambil tindakan tutup perbatasan saja. Sekalian kami sweeping. Kalau ada truk masuk Kubu, biar balik kanan.

Tidak ambil material di wilayah Kubu. Kendaraan ini kalau sudah bawa muatan kan berat dan lambat, jadi sangat mengganggu proses evakuasi,” kata Suadnyana

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/