RadarBali.com – Melihat perkembangan vulkanik Gunung Agung, Narasumber Kebencanaan dan Mitigasi Bencana Kementerian Pekerjaan Umum, Lesto Prabhancana, meminta masyarakat mulai menyiapkan diri dan waspada.
Selain mewaspadai letusan utama yang diperkirakan semakin dekat, masyarakat juga harus menyikapi turunnya hujan terus menerus.
Sebab, hujan bercampur abu vulkanik bisa mengakibatkan hujan asam, banjir lahar, dan gas beracun.
Apalagi, lanjut Lesto, gempa yang terjadi selama ini mencapai puluhan ribu kali menunjukkan energi Gunung Agung sangat besar.
“Semua harus tetap bersiap-siap dalam kondisi tidak menentu. Letusan besar bisa terjadi kapanpun. Bisa pagi, siang atau malam,” terang Lesto.
Dia mencontohkan erupsi Gunung Merapi 2010 lalu. Saat itu letusan pembukan terjadi 26 Oktober, sedangkan letusan utama terjadi 5 November.
Hujan asam adalah segala macam hujan yang tingkat keasamannya (memiliki pH) di bawah 5,6. Secara alami, hujan asam memiliki kadar keasaman (pH) sedikit di bawah 6 .
Hal ini terjadi karena gas karbon dioksida bereaksi dengan uap air di udara dan membentuk hujan asam. Hujan semacam ini sangat baik untuk membantu melarutkan mineral-mineral.
Pengertian hujan asam sekarang sudah meluas karena melibatkan juga gas belerang (sulfur) dan nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen yang membentuk sulfur dioksida dan nitrogen dioksida.
Zat-zat tersebut kemudian bereaksi lagi dengan uap air dan membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang akhirnya berkondensasi membentuk awan-awan yang menjadikannya hujan asam.
Kejadian hujan asam memberikan dampak yang merugikan bagi bumi dan kehidupan yang ada di dalamnya.
Di antaranya menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia, menyebabkan korosi pada bangunan, menyebabkan tumbuhan kering, layu, dan mati.
Selain itu hujan asam bisa merusak ekosistem perairan, dan merusak sarana prasarana (infrastruktur) di bumi