29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:47 AM WIB

Material Erupsi Kian Pekat, Warga dan Pengungsi Butuh Masker

RadarBali.com – Warga dan pengungsi di Kecamatan Tejakula, kini membutuhkan masker. Sejak Gunung Agung mengalami erupsi freatik pekan lalu, mereka belum melengkapi diri dengan alat pelindungi pribadi.

Warga khawatir ketika abu vulkanik berhembus ke arah barat, akan berdampak dengan kesehatan warga.

Hingga kini abu vulkanik Gunung Agung memang belum bertiup ke arah barat. Hanya saja bila angin bertiup ke barat, warga tak bisa melakukan langkah antisipasi.

Warga pun disebut masih bingung harus berbuat apa bila abu vulkanik benar-benar berembus ke arah barat, atau ke arah Kabupaten Buleleng.

Koordinator Relawan Desa Tembok, Dewa Willy Asmawan mengatakan, kini warga dan pengungsi sangat membutuhkan masker untuk alat pelindungi diri.

“Kebutuhan masker itu bukan hanya untuk pengungsi. Warga kami juga butuh masker. Kalau abu vulkanik bertiup ke arah barat, semua akan terdampak.

Baik pengungsi maupun warga asli juga akan terdampak,” kata Dewa Willy, saat ditemui di Balai Desa Tembok, Selasa kemarin.

Willy mengatakan kebutuhan masker untuk Desa Tembok cukup besar. Kebutuhan mencapai 14ribu lembar untuk warga asli maupun pengungsi.

Kebutuhan itu terbilang mendesak, karena arah angin tidak bisa diprediksi. Hingga kemarin, meski angin diprediksi berembus ke arah barat daya, belum ada debu vulkanik yang dilaporkan turun di Buleleng.

“Ini mendesak sekali. Kita kan nggak tahu kapan angin bertiup ke barat. Tapi, kami yang ada di wilayah paling timur Buleleng, kalau angin bertiup ke barat, pasti paling pertama terdampak abu vulkanik,” imbuhnya.

Ia berharap pemerintah bisa segera mendistribusikan masker ke Desa Tembok. Apabila relawan mengambil ke posko logistik, hal itu dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan sosial.

Mengingat hampir seluruh warga dan pengungsi di Tejakula, membutuhkan masker. Selain itu warga juga membutuhkan sosialisasi terkait teknis dan tata cara pemanfaatan masker.

Warga juga perlu diberi pemahaman mengenai cara mengantisipasi debu vulkanik. Sampai kini warga dan pengungsi tak mendapat informasi apa pun terkait hal itu. Sehingga langkah antisipasi hanya dilakukan sekadarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang mengatakan, logistik berupa masker sudah disiapkan di Posko Induk Tejakula. Hanya saja jumlahnya terbatas.

Dari catatan Dinsos Buleleng, jumlah masker yang tersedia diperkirakan hanya 10 ribu lembar. Jumlah itu pun tak akan cukup memenuhi kebutuhan masker di Desa Tembok, apalagi di Kecamatan Tejakula.

“Pasokannya terbatas. Kami akan berupaya memenuhi kebutuhannya untuk antisipasi. Kami segera koordinasi di satgas, agar masker ini bisa disiapkan dalam jumlah besar.

Kami juga akan koordinasi dengan relawan dan donatur, sehingga kebutuhannya bisa terpenuhi,” tandas Gede Komang.

RadarBali.com – Warga dan pengungsi di Kecamatan Tejakula, kini membutuhkan masker. Sejak Gunung Agung mengalami erupsi freatik pekan lalu, mereka belum melengkapi diri dengan alat pelindungi pribadi.

Warga khawatir ketika abu vulkanik berhembus ke arah barat, akan berdampak dengan kesehatan warga.

Hingga kini abu vulkanik Gunung Agung memang belum bertiup ke arah barat. Hanya saja bila angin bertiup ke barat, warga tak bisa melakukan langkah antisipasi.

Warga pun disebut masih bingung harus berbuat apa bila abu vulkanik benar-benar berembus ke arah barat, atau ke arah Kabupaten Buleleng.

Koordinator Relawan Desa Tembok, Dewa Willy Asmawan mengatakan, kini warga dan pengungsi sangat membutuhkan masker untuk alat pelindungi diri.

“Kebutuhan masker itu bukan hanya untuk pengungsi. Warga kami juga butuh masker. Kalau abu vulkanik bertiup ke arah barat, semua akan terdampak.

Baik pengungsi maupun warga asli juga akan terdampak,” kata Dewa Willy, saat ditemui di Balai Desa Tembok, Selasa kemarin.

Willy mengatakan kebutuhan masker untuk Desa Tembok cukup besar. Kebutuhan mencapai 14ribu lembar untuk warga asli maupun pengungsi.

Kebutuhan itu terbilang mendesak, karena arah angin tidak bisa diprediksi. Hingga kemarin, meski angin diprediksi berembus ke arah barat daya, belum ada debu vulkanik yang dilaporkan turun di Buleleng.

“Ini mendesak sekali. Kita kan nggak tahu kapan angin bertiup ke barat. Tapi, kami yang ada di wilayah paling timur Buleleng, kalau angin bertiup ke barat, pasti paling pertama terdampak abu vulkanik,” imbuhnya.

Ia berharap pemerintah bisa segera mendistribusikan masker ke Desa Tembok. Apabila relawan mengambil ke posko logistik, hal itu dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan sosial.

Mengingat hampir seluruh warga dan pengungsi di Tejakula, membutuhkan masker. Selain itu warga juga membutuhkan sosialisasi terkait teknis dan tata cara pemanfaatan masker.

Warga juga perlu diberi pemahaman mengenai cara mengantisipasi debu vulkanik. Sampai kini warga dan pengungsi tak mendapat informasi apa pun terkait hal itu. Sehingga langkah antisipasi hanya dilakukan sekadarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang mengatakan, logistik berupa masker sudah disiapkan di Posko Induk Tejakula. Hanya saja jumlahnya terbatas.

Dari catatan Dinsos Buleleng, jumlah masker yang tersedia diperkirakan hanya 10 ribu lembar. Jumlah itu pun tak akan cukup memenuhi kebutuhan masker di Desa Tembok, apalagi di Kecamatan Tejakula.

“Pasokannya terbatas. Kami akan berupaya memenuhi kebutuhannya untuk antisipasi. Kami segera koordinasi di satgas, agar masker ini bisa disiapkan dalam jumlah besar.

Kami juga akan koordinasi dengan relawan dan donatur, sehingga kebutuhannya bisa terpenuhi,” tandas Gede Komang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/