25.6 C
Jakarta
19 September 2024, 6:19 AM WIB

Hasil Tangkapan Ikan Menurun, Nelayan Kusamba Pilih Kerja Sampingan

 

SEMARAPURA- Nelayan di pesisir Pantai Kusamba, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan mengaku jarang melaut sejak beberapa Minggu terakhir. Bukan karena cuaca tidak bersahabat, tetapi karena hasil tangkapan yang kurang memuaskan.

 

Nelayan di Desa Kusamba mengaku acap merugi bila memaksa melaut.

 

Wayan Jata asal Banjar Bias, Desa Kusamba, mengaku hanya bisa membawa pulang enam ekor ikan tongkol setiap melaut sejak beberapa minggu terakhir. Ia mengaku tidak tahu pasti apa penyebab tangkapannya berkurang. “Saya biasa cari ikan sampai ke Lembongan,” kata Jata, Sabtu (29/1).

 

Jara memilih untuk tidak melaut untuk saat ini. Bila memaksa melaut, justru kerugian yang akan diperoleh. Sebab untuk sekali berangkat mencari ikan, ia membutuhkan biaya sekitar Rp 100 ribu untuk membeli bahan bakar.

“Selama tidak melaut, saya jadi buruh angkut pasir dan buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

 

Begitu juga dengan I Wayan Subrata, nelayan Monggalan Cedok Baru, Kusamba. Wayan  memilih menjadi buruh proyek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebab selain hasil tangkapan yang tidak memuaskan, harga ikan pun tidak menentu, yakni berkisar Rp 10 ribu – Rp 15 ribu per ekor. Sehingga ketika tangkapan ikan kembali melimpah, baru ia akan kembali melaut.

 

“Satu bulan ini saya baru sekali melaut. Dapat hanya 15 ekor tongkol ukuran sedang,” tandasnya.

 

SEMARAPURA- Nelayan di pesisir Pantai Kusamba, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan mengaku jarang melaut sejak beberapa Minggu terakhir. Bukan karena cuaca tidak bersahabat, tetapi karena hasil tangkapan yang kurang memuaskan.

 

Nelayan di Desa Kusamba mengaku acap merugi bila memaksa melaut.

 

Wayan Jata asal Banjar Bias, Desa Kusamba, mengaku hanya bisa membawa pulang enam ekor ikan tongkol setiap melaut sejak beberapa minggu terakhir. Ia mengaku tidak tahu pasti apa penyebab tangkapannya berkurang. “Saya biasa cari ikan sampai ke Lembongan,” kata Jata, Sabtu (29/1).

 

Jara memilih untuk tidak melaut untuk saat ini. Bila memaksa melaut, justru kerugian yang akan diperoleh. Sebab untuk sekali berangkat mencari ikan, ia membutuhkan biaya sekitar Rp 100 ribu untuk membeli bahan bakar.

“Selama tidak melaut, saya jadi buruh angkut pasir dan buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

 

Begitu juga dengan I Wayan Subrata, nelayan Monggalan Cedok Baru, Kusamba. Wayan  memilih menjadi buruh proyek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebab selain hasil tangkapan yang tidak memuaskan, harga ikan pun tidak menentu, yakni berkisar Rp 10 ribu – Rp 15 ribu per ekor. Sehingga ketika tangkapan ikan kembali melimpah, baru ia akan kembali melaut.

 

“Satu bulan ini saya baru sekali melaut. Dapat hanya 15 ekor tongkol ukuran sedang,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/