NEGARA – Molornya gaji para pekerja proyek pembangunan kampus politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana yang digagas
Menteri Susi Pudjiastuti diduga karena ada permainan “mafia” yang melakukan pemangkasan anggaran, sehingga tidak mampu membayar hak para pekerja.
Akibatnya, proyek pembangunan yang semestinya selesai Desember 2017, hingga perpanjangan 3 bulan tidak kunjung selesai.
Proyek pengerjaan Polteknik KP Jembrana sebenarnya dianggarkan dengan pagu sebesar Rp 54 miliar lebih.
Saat lelang diikuti oleh 89 peserta lelang. Pemenangnya PT Sartonia Agung dengan harga terkoreksi Rp 44,3 miliar.
Namun dalam proses pembangunannya tahun 2017 lalu, waktu pelaksanaan 94 (hari kalender) tidak terpenuhi hingga tutup tahun. Sehingga meminta lagi perpanjangan sampai Sabtu 31 Maret 2018.
Menurut sejumlah mandor yang banyak membawahi para pekerja, semestinya anggaran sebesar itu pekerjaan bisa cepat. Namun masalahnya, gaji pekerja sering terlambat.
Akibatnya, semangat pekerja kendor. “Kalau saja bayaran tidak sering molor, proyek ini pasti sudah selesai,” kata Andre, salah seorang mandor dan diamini mandor lain.
Diduga, anggaran pembangunan proyek kampus ini banyak “disunat” oleh mafia baik di perusahaan dan kementerian yang memiliki proyek ini.
“Bukan mau menuduh, setahu saya di beberapa pekerjaan proyek pemerintah selalu ada mafia yang main sunat anggaran,” kata salah satu pekerja asal Jawa Timur.
Karena itu, semestinya aparat penegak hukum turun melakukan pemeriksaan proyek pembangunan kampus ini.
“Saya tidak tahu masalah hukum, tapi kalau anggaran sudah disunat mestinya masuk KPK (komisi pemberantasan korupsi),” ujar pekerja lain saat berkumpul di bawah pohon sambil diskusi di saat menunggu kepastian gaji kemarin.