SEMARAPURA – Sebanyak 418 ekor babi di Kabupaten Klungkung mati sejak bulan Februari – April ini.
Meski jumlah babi yang mati mencapai ratusan ekor, namun menurut Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gede Juanida jumlah tersebut tidak terlalu banyak.
Sayang belum bisa dipastikan apakah kematian ratusan ekor babi tersebut lantaran terinfeksi virus African Swine Fever (ASF) atau tidak.
Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Gede Juanida, menjelaskan, populasi babi sejak Februari-April sebanyak 881 ekor.
Adapun pada Februari, jumlah populasi babi sebanyak 74 ekor, Maret sebanyak 464 ekor, April sebanyak 503 ekor babi.
Sementara jumlah babi yang mati sebanyak 418 ekor dengan rincian Februari sebanyak 5 ekor, Maret sebanyak 186 ekor, dan April sebanyak 227 ekor.
“Dari total babi yang mati itu, sebanyak 389 laporan peternak yang tidak dilihat langsung. Artinya dilaporkan namun sudah dikubur.
Dan, hanya 29 ekor yang dilihat langsung. Yang sudah jelas arah klinisnya ASF itu yang dilihat langsung,” bebernya.
Meski jumlah kematian babi mencapai ratusan ekor dan kecenderungannya mengalami peningkatan setiap bulannya, menurut Juanida, jumlah tersebut masih dalam batas wajar.
Mengingat jumlah kematian babi yang mencapai ratusan ekor itu adalah akumulasi dari jumlah kematian babi harian.
“Kalau dilihat dari sisi jumlah, sebenarnya tidak terlalu signifikan meningkat. Lagian tidak semua mengarah ke ASF,” terangnya.
Terkait kepastian kematian ratusan babi tersebut, pihaknya mengaku sudah mengirim sampel babi yang mati dan mengarah ke infeksi virus ASF untuk diperiksa.
Hanya saja hasilnya belum keluar. Sehingga belum bisa dipastikan apakah ada babi di Kabupaten Klungkung yang mati karena terinfeksi ASF.
“Karena virus ASF ini belum ada vaksinnya, tidak ada perubahan prosedur perawatan ternak babi yang kami sosialisasikan
kepada peternak. Masih kami tekankan kepada kebersihan dan kesehatan kandang, pakan dan babi itu sendiri,” jelasnya.
Berkaitan dengan harga babi yang saat ini cukup murah. Menurutnya, hal itu bukan karena adanya virus ASF.
Namun, lebih pada menurunnya daya beli masyarakat akibat usaha atau pendapatan mereka menurun terkena dampak penyebaran virus corona. “Menurut saya lebih kepada menurunnya daya beli masyarakat,” tandasnya.