SEMARAPURA – Sempat rehat sejenak, ombak besar kembali terjadi di Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan.
Saking besarnya gempuran ombak, hingga melampaui ketinggian bangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kusamba yang kini diterjang abrasi.
Tidak hanya itu, penyeberangan di sejumlah pelabuhan tradisional di Kabupaten Klungkung tidak berjalan normal.
Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Bali di lapangan, sejumlah warga tampak duduk-duduk melihat ombak besar yang menghantam pemecah ombak yang ada di Pantai Karangdadi.
Besarnya ombak bahkan bisa melampaui tingginya bangunan PPI yang ada di pantai itu. Abrasi di Pantai Karangdadi pun semakin jelas terlihat dengan terlihatnya fondasi PPI yang sebelumnya berada jauh dari bibir pantai.
Menurut Jro Mangku Dharma, warga asal Desa Kusamba, ombak besar di Pantai Karangdadi terjadi sejak lima hari lalu.
Saking besarnya ombak hingga memutuskan jalan dan merobohkan tiang listrik yang ada di pantai itu.
Tidak hanya itu, warungnya juga terkena ombak sehingga ia terpaksa berpindah tempat berdagang.
“Ombaknya besar sekali empat hari lalu (lima hari lalu, Red). Tiang listriknya sudah dipindahkan dan disambungkan listrik kembali. Banyak warga yang ke sini untuk lihat ombak besar,” katanya.
Sejak dua hari yang lalu, lanjut dia, ombak sudah mulai bersahabat sehingga pemancing pun mulai berdatangan.
Untuk itu, ia pun berencana kembali berdagang ditempat semula. Namun, setelah terjadi gempa kemarin, ombak kembali membesar sehingga ia mengurungi niatnya untuk berjualan di tempat sebelumnya.
“Setelah gempa, lagi besar kayak gini ombaknya. Saya tadi maunya pindah ke tempat lama. Tapi lihat ombaknya kayak itu, tidak jadi saya ke sana,” tandasnya.
Sementara itu, salah seorang penjaga loket di Pelabuhan Tradisional Tribuana, Desa Kusamba, mengatakan ombak di pinggir pantai masih cukup besar hingga kemarin.
Akibatnya, sistem buka tutup penyeberangan pun masih mewarnai pelabuhan itu. Jika kondisi normal ada sebanyak empat trip yang biasanya dilayani di pagi hari.
Namun, kini hanya dua trip saja yang bisa dilayani dengan kondisi gelombang tinggi seperti itu.
“Kami terus berkoordinasi dengan syahbandar. Kalau ada izin dari syahbandar, baru kami berangkat,” tandasnya.