SINGARAJA – Musibah gelombang pasang mulai mengintai warga yang bermukim di kawasan pesisir Bali Utara.
Pemerintah mengimbau agar warga meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gelombang pasang. Terutama warga yang bermukim di kawasan pesisir.
Gelombang pasang sendiri mulai menggempur kawasan pesisir Bali Utara sejak Kamis (28/1) malam lalu. Sejumlah nelayan melaporkan, pada pukul 22.30 ketinggian gelombang diperkirakan telah mencapai ketinggian 2 meter.
Di kawasan Kecamatan Seririt, dilaporkan ada tiga titik kerusakan akibat gelombang pasang. Masing-masing di Desa Tangguwisia, Desa Kalisada, dan Desa Pengastulan.
Di Desa Tangguwisia, sebuah gudang mesin milik nelayan setempat roboh dihantam gelombang.
Nelayan menyebut, gelombang sudah mulai pasang sejak pukul 20.30 malam. Semakin malam, gelombang pun makin ganas.
“Kejadian robohnya itu sekitar jam 23.30, pas bulan sedang di atas kepala. Memang setiap sasih kaulu gelombang itu pasti tinggi. Nelayan di sini sudah biasa.
Begitu masuk kaulu, pasti sudah menaikkan perahu. Tapi belum pernah sampai merusak seperti ini,” kata Ngurah Anom, 58, salah seorang nelayan.
Sementara di Desa Kalisada, dilaporkan ada 4 titik kerusakan yang terjadi di sepanjang pedestrian yang ada di Pantai Kalisada.
“Laporan dari desa, kerugian itu sampai Rp 70 juta. Karena ada beberapa titik yang jebol. Jalan itu baru selesai dipasang paving tahun 2019 lalu,” ungkap Camat Seririt, Nyoman Agus Kartika Yuda.
Sedangkan di Desa Pengastulan, gelombang pasang merusak senderan dan jalan desa di wilayah Banjar Dinas Kauman.
Rumah milik salah seorang warga, yakni Amirudin, juga terancam dengan adanya gelombang pasang tersebut.
“Pemilik rumah sementara sudah mengungsi ke rumah kerabatnya,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Ida Bagus Suadnyana.
Menurut Suadnyana, berdasar prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Denpasar, gelombang pasang diperkirakan masih berlangsung hingga akhir Februari mendatang.
Ketinggian gelombang berpotensi mencapai 1.25 meter, bahkan bisa lebih tinggi dari itu. “Sebenarnya ini baru awal musim gelombang pasang. Sesuai dengan prakiraan cuaca dari BMKG,
puncaknya itu pertengahan Februari dan akan mulai melandai pada akhir Februari. Makanya kami himbau nelayan dan warga untuk mengurangi aktivitas di kawasan pesisir,” tandas Suadnyana.