29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:10 AM WIB

Kekeringan di Desa Selat Meluas, Ada Indikasi Pemerintah Desa Abai

SINGARAJA – Aparat desa di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, ditengarai abai dengan kondisi kekeringan di desa tersebut.

Buktinya, hingga kini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng belum menerima permintaan pengiriman air bersih ke Desa Selat.

Masyarakat di Desa Selat pun dipastikan sangat membutuhkan air bersih. Kini ada tiga dusun yang mengalami krisis air bersih.

Masing-masing Banjar Dinas Gambuh, Banjar Dinas Bululada, serta Banjar Dinas Selat. Sementara di Banjar Dinas Gunung Sekar, kekeringan juga terjadi di sebagian wilayah.

Meski secara fakta di Desa Selat terjadi kekeringan, hingga kini belum ada suplai air bersih dari pemerintah pada warga setempat.

Alasannya belum ada permintaan secara lisan maupun resmi dari aparat desa setempat. Sekretaris BPBD Buleleng Ketut Susila mengatakan, Desa Selat memang masuk dalam salah satu desa yang berpotensi mengalami kekeringan.

Hanya saja hingga kini belum ada permintaan suplai air bersih dari aparat desa maupun dusun, pada BPBD Buleleng.

“Sejauh ini yang sudah ada permintaan itu Sembiran. Ada suratnya dan sudah kami suplai rutin kesana. Hari ini (Senin, Red) juga ada surat masuk dari Desa Kaliasem. Kami akan suplai kesana dua hari sekali,” kata Susila.

Susila memastikan pemerintah telah menyuplai air bersih di dua desa tersebut. Meski kini BPBD Buleleng tak memiliki armada karena mengalami kerusakan, air bersih disuplai oleh PDAM Buleleng.

BPBD Buleleng pun rencananya akan meminjam dua unit mobil tangki milik BPBD Bali guna melancarkan suplai air bersih.

“Kalau toh kami ada kendala armada, pasti kami koordinasi dengan instansi lain. Entah itu dengan PDAM, Dinas PU,

atau dengan Dinas Perkimta. Seperti di Sembiran, karena armada kami harus di-service, sekarang PDAM yang suplai kesana,” katanya.

Khusus terkait kekeringan di Desa Selat, Susila yang juga Mantan Camat Buleleng itu meminta agar perbekel setempat menyurati BPBD Buleleng.

Atas dasar surat itu, maka BPBD akan mengambil langkah-langkah strategis guna menanggulangi masalah air bersih di sana.

Biasanya, BPBD Buleleng akan melakukan assessment kebutuhan air bersih. Setelah itu melakukan identifikasi bak penampungan air untuk menyalurkan air bersih.

BPBD memilih melakukan suplai ke bak penampungan air, dengan harapan pembagian lebih merata.

“Kalau melayani orang per orang, waktu habis. Nanti ada yang dapat banyak, ada yang sedikit. Ujungnya kan tidak optimal.

Kalau drop ke bak penampungan kan adil. Khusus di Selat, setahu kami belum ada permintaan. Lisan pun belum ada.

Kami kontak ke PDAM juga tidak ada permintaan suplai air bersih. Kalau memang sudah kewalahan, kami minta bersurat resmi. Pasti kami suplai,” tegas Susila.

Seperti diberitakan sebelumnya, warga di Desa Selat mengalami krisis air bersih. Krisis itu sudah terjadi sejak Juli hingga kini.

Warga di tiga dusun, masing-masing di Selat, Bululada, dan Gambuh, mengalami masalah serupa dari tahun ke tahun. Khusus warga di Bululada dan Selat, biasanya mereka mencari air bersih di Kayehan Duren.

Saat mencari air bersih, biasanya warga membawa jerigen dengan ukuran bervariasi. Antara 20 liter hingga 40 liter.

Pada hari kerja warga akan mengantre sejak pukul 16.00 sore hingga pukul 23.00 malam. Sementara pada akhir pekan atau hari libur, warga akan mengantre sejak pukul 06.00 pagi hingga pukul 19.00 malam.

Air bersih yang didapat di Kayehan Duren, biasanya digunakan untuk memasak atau minum sehari-hari. Sementara untuk mandi, mencuci, dan kebutuhan kakus, akan diambil dari sumber air bersih yang ada di Desa Tukadmungga. 

SINGARAJA – Aparat desa di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, ditengarai abai dengan kondisi kekeringan di desa tersebut.

Buktinya, hingga kini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng belum menerima permintaan pengiriman air bersih ke Desa Selat.

Masyarakat di Desa Selat pun dipastikan sangat membutuhkan air bersih. Kini ada tiga dusun yang mengalami krisis air bersih.

Masing-masing Banjar Dinas Gambuh, Banjar Dinas Bululada, serta Banjar Dinas Selat. Sementara di Banjar Dinas Gunung Sekar, kekeringan juga terjadi di sebagian wilayah.

Meski secara fakta di Desa Selat terjadi kekeringan, hingga kini belum ada suplai air bersih dari pemerintah pada warga setempat.

Alasannya belum ada permintaan secara lisan maupun resmi dari aparat desa setempat. Sekretaris BPBD Buleleng Ketut Susila mengatakan, Desa Selat memang masuk dalam salah satu desa yang berpotensi mengalami kekeringan.

Hanya saja hingga kini belum ada permintaan suplai air bersih dari aparat desa maupun dusun, pada BPBD Buleleng.

“Sejauh ini yang sudah ada permintaan itu Sembiran. Ada suratnya dan sudah kami suplai rutin kesana. Hari ini (Senin, Red) juga ada surat masuk dari Desa Kaliasem. Kami akan suplai kesana dua hari sekali,” kata Susila.

Susila memastikan pemerintah telah menyuplai air bersih di dua desa tersebut. Meski kini BPBD Buleleng tak memiliki armada karena mengalami kerusakan, air bersih disuplai oleh PDAM Buleleng.

BPBD Buleleng pun rencananya akan meminjam dua unit mobil tangki milik BPBD Bali guna melancarkan suplai air bersih.

“Kalau toh kami ada kendala armada, pasti kami koordinasi dengan instansi lain. Entah itu dengan PDAM, Dinas PU,

atau dengan Dinas Perkimta. Seperti di Sembiran, karena armada kami harus di-service, sekarang PDAM yang suplai kesana,” katanya.

Khusus terkait kekeringan di Desa Selat, Susila yang juga Mantan Camat Buleleng itu meminta agar perbekel setempat menyurati BPBD Buleleng.

Atas dasar surat itu, maka BPBD akan mengambil langkah-langkah strategis guna menanggulangi masalah air bersih di sana.

Biasanya, BPBD Buleleng akan melakukan assessment kebutuhan air bersih. Setelah itu melakukan identifikasi bak penampungan air untuk menyalurkan air bersih.

BPBD memilih melakukan suplai ke bak penampungan air, dengan harapan pembagian lebih merata.

“Kalau melayani orang per orang, waktu habis. Nanti ada yang dapat banyak, ada yang sedikit. Ujungnya kan tidak optimal.

Kalau drop ke bak penampungan kan adil. Khusus di Selat, setahu kami belum ada permintaan. Lisan pun belum ada.

Kami kontak ke PDAM juga tidak ada permintaan suplai air bersih. Kalau memang sudah kewalahan, kami minta bersurat resmi. Pasti kami suplai,” tegas Susila.

Seperti diberitakan sebelumnya, warga di Desa Selat mengalami krisis air bersih. Krisis itu sudah terjadi sejak Juli hingga kini.

Warga di tiga dusun, masing-masing di Selat, Bululada, dan Gambuh, mengalami masalah serupa dari tahun ke tahun. Khusus warga di Bululada dan Selat, biasanya mereka mencari air bersih di Kayehan Duren.

Saat mencari air bersih, biasanya warga membawa jerigen dengan ukuran bervariasi. Antara 20 liter hingga 40 liter.

Pada hari kerja warga akan mengantre sejak pukul 16.00 sore hingga pukul 23.00 malam. Sementara pada akhir pekan atau hari libur, warga akan mengantre sejak pukul 06.00 pagi hingga pukul 19.00 malam.

Air bersih yang didapat di Kayehan Duren, biasanya digunakan untuk memasak atau minum sehari-hari. Sementara untuk mandi, mencuci, dan kebutuhan kakus, akan diambil dari sumber air bersih yang ada di Desa Tukadmungga. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/