26.7 C
Jakarta
19 April 2024, 1:00 AM WIB

Pariwisata Sekarat, Warga Lembongan Banting Setir Budidaya Rumput Laut

SEMARAPURA – Wabah virus korona (Covid-19) membuat sektor pariwisata di Kecamatan Nusa Penida sekarat. Tidak terkecuali di Desa Lembongan yang selama ini banyak dikunjungi wisatawan mancanegara karena keindahan alam bawah lautnya. Untuk bisa bertahan hidup, pasalnya sekitar 90 persen warga desa tersebut kini menekuni budidaya rumput laut.

Perbekel Lembongan, Ketut Gede Arjaya, Minggu (30/8) mengungkapkan, budidaya rumput laut mulai bangkit kembali sejak tahun 2018 setelah hasil demplot rumput laut Pemkab Klungkung menunjukkan kondisi perairan Lembongan masih baik untuk budidaya rumput laut. Walau begitu, masih tidak banyak warga Lembongan yang tertarik untuk melakukan budidaya rumput laut lantaran pada saat itu pendapatan dari sektor pariwisata dan sektor pendukungnya cukup lumayan. 

“Kami coba berkomunikasi dengan masyarakat dan mendata kembali siapa saja masyarakat yang mau kembali membudidaya rumput laut. Memang ada beberapa wilayah atau dusun yang warganya antusias. Namun tidak sebanyak dulu (sebelum pariwisata berkembang di Nusa Penida),” ujarnya.

Barulah akhir Maret 2020 lalu, budidaya rumput laut mulai dilirik sebagian besar warga Desa Lembongan. Bahkan dia mengklaim, sekitar 90 persen warga Lembongan saat ini telah menggeluti profesi sebagai pembudidaya rumput laut. Itu lantaran wabah virus korona membuat sektor pariwisata lumpuh total. Sehingga untuk bisa bertahan hidu, warganya harus mencari peluang pendapatan lain. 

“Masyarakat yang dulu ke pariwisata dan juga pertukangan dan nelayan sekarang kembali membudidayakan rumput laut. Sekarang perairan Nusa Lembongan-Ceningan pada dengan budidaya rumput laut,” katanya.

Hanya saja menurutnya harga rumput laut saat ini mengalami penurunan. Jika biasanya pengepul memberikan harga rata-rata sekitar Rp 14 ribu per kg, kini hanya berkisar Rp 9 ribu- Rp 10 ribu per kg. Ekspor rumput laut yang terhambat pasalnya menjadi penyebab hal itu terjadi. 

“Berdasarkan informasi yang saya peroleh, gudang-gudang rumput laut di seluruh Indonesia saat ini dalam kondisi penuh lantaran tidak lancarnya ekspor rumput laut,” terangnya.

Lebih lanjut pihaknya mengungkapkan, harga yang tidak stabil inilah yang dulunya menyebabkan pembudidaya rumput laut di Nusa Penida beralih ke sektor pariwisata yang pada saat itu memberikan penghasilan jauh lebih besar. Untuk itu pihaknya berharap rencana Pemkab Klungkung untuk menjalin kerja sama dalam menjaga stabilitas harga dan kualitas rumput laut dapat terealisasi. Sehingga tidak ada alasan bagi pembudidaya rumput laut untuk meninggalkan profesinya tersebut.

“Apalagi sekarang banyak yang sadar bila sektor pariwisata itu sangat rawan dengan isu. Agar bisa jalan beriringan, kami merancang tempat pembudidayaan rumpun laut ini sebagai salah satu destinasi wisata. Di mana wisatawan dapat melihat proses budidaya rumput laut,” tandasnya.

SEMARAPURA – Wabah virus korona (Covid-19) membuat sektor pariwisata di Kecamatan Nusa Penida sekarat. Tidak terkecuali di Desa Lembongan yang selama ini banyak dikunjungi wisatawan mancanegara karena keindahan alam bawah lautnya. Untuk bisa bertahan hidup, pasalnya sekitar 90 persen warga desa tersebut kini menekuni budidaya rumput laut.

Perbekel Lembongan, Ketut Gede Arjaya, Minggu (30/8) mengungkapkan, budidaya rumput laut mulai bangkit kembali sejak tahun 2018 setelah hasil demplot rumput laut Pemkab Klungkung menunjukkan kondisi perairan Lembongan masih baik untuk budidaya rumput laut. Walau begitu, masih tidak banyak warga Lembongan yang tertarik untuk melakukan budidaya rumput laut lantaran pada saat itu pendapatan dari sektor pariwisata dan sektor pendukungnya cukup lumayan. 

“Kami coba berkomunikasi dengan masyarakat dan mendata kembali siapa saja masyarakat yang mau kembali membudidaya rumput laut. Memang ada beberapa wilayah atau dusun yang warganya antusias. Namun tidak sebanyak dulu (sebelum pariwisata berkembang di Nusa Penida),” ujarnya.

Barulah akhir Maret 2020 lalu, budidaya rumput laut mulai dilirik sebagian besar warga Desa Lembongan. Bahkan dia mengklaim, sekitar 90 persen warga Lembongan saat ini telah menggeluti profesi sebagai pembudidaya rumput laut. Itu lantaran wabah virus korona membuat sektor pariwisata lumpuh total. Sehingga untuk bisa bertahan hidu, warganya harus mencari peluang pendapatan lain. 

“Masyarakat yang dulu ke pariwisata dan juga pertukangan dan nelayan sekarang kembali membudidayakan rumput laut. Sekarang perairan Nusa Lembongan-Ceningan pada dengan budidaya rumput laut,” katanya.

Hanya saja menurutnya harga rumput laut saat ini mengalami penurunan. Jika biasanya pengepul memberikan harga rata-rata sekitar Rp 14 ribu per kg, kini hanya berkisar Rp 9 ribu- Rp 10 ribu per kg. Ekspor rumput laut yang terhambat pasalnya menjadi penyebab hal itu terjadi. 

“Berdasarkan informasi yang saya peroleh, gudang-gudang rumput laut di seluruh Indonesia saat ini dalam kondisi penuh lantaran tidak lancarnya ekspor rumput laut,” terangnya.

Lebih lanjut pihaknya mengungkapkan, harga yang tidak stabil inilah yang dulunya menyebabkan pembudidaya rumput laut di Nusa Penida beralih ke sektor pariwisata yang pada saat itu memberikan penghasilan jauh lebih besar. Untuk itu pihaknya berharap rencana Pemkab Klungkung untuk menjalin kerja sama dalam menjaga stabilitas harga dan kualitas rumput laut dapat terealisasi. Sehingga tidak ada alasan bagi pembudidaya rumput laut untuk meninggalkan profesinya tersebut.

“Apalagi sekarang banyak yang sadar bila sektor pariwisata itu sangat rawan dengan isu. Agar bisa jalan beriringan, kami merancang tempat pembudidayaan rumpun laut ini sebagai salah satu destinasi wisata. Di mana wisatawan dapat melihat proses budidaya rumput laut,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/