DENPASAR – Jumlah penyuluh bahasa Bali mengalami penyusutan. Dari awalnya berjumlah 716 orang, dalam perjalanannya banyak penyuluh yang memutuskan berhenti.
Kini jumlah penyuluh bahasa Bali hanya tersisa 568 orang saja. Koordinator Penyuluh Bahasa Bali, I Nyoman Suka Ardiyasa mengatakan, dari 568 penyuluh tersisa sebetulnya ada yang tidak sesuai dengan harapan.
Namun sebagai sesama penyuluh, pihaknya tidak bisa terlalu banyak menegur. “Kami hanya bisa mengimbau bahwa ini bukan persoalan gaji,
tapi persoalan ideologi untuk mempertahankan bahasa Bali,” ujar Suka saat rapat dengar pendapat dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan dan Komisi IV DPRD Bali, kemarin (3/1).
Dijelaskan Suka, kendala utama yang dihadapi menyangkut jauhnya jarak tempat tinggal dan desa tempat bertugas penyuluh.
Ada penyuluh yang berasal dari Karangasem, namun harus bertugas di Buleleng seperti Desa Gerokgak dan Desa Seririt.
Alhasil, intensitas mereka datang ke desa itu bisa dihitung. Karena jarak yang terlalu jauh seminggu hanya bisa datang tiga kali. Misal penyuluh dari Denpasar dan Badung bertugas di Selemadeg, Tabanan Barat.
Suka menambahkan, saat ini baru terdata 25 penyuluh dari 568 orang yang mengundurkan diri. Dari jumlah itu, 18 diantaranya berhenti karena direkrut menjadi KAUR desa.
Selama 2017, penyuluh bahasa Bali telah berhasil melakukan pemetaan dan pendokumentasian 531 cerita rakyat/legenda,
mengidentifikasi 7 ribuan dan mengkonservasi 5 ribuan lontar, membentuk 1846 kelompok belajar dengan 64.915 peserta.
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan pemetaan 5348 plang papan nama berbahasa Bali, dokumentasi 320 dalang dalam bentuk biografi,
alih aksara 54 awig-awig desa Pakraman, pembentukan 31 Sekaa Santi dan pendampingan 103 Sekaa Santi, serta pendirian
tenda belajar di posko pengungsian bencana erupsi Gunung Agung yang tersebar di Karangasem, Klungkung, Gianyar, Denpasar dan Buleleng.
“Kami berusaha bekerja maksimal, tapi kondisi di lapangan memang lain,” jelasnya. Penyuluh bahasa Bali idealnya berjumlah 716 orang agar bisa bertugas di masing-masing desa.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali, Tjok Istri Agung Kusuma Wardhani, mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan verifikasi data untuk memastikan jumlah penyuluh yang dibutuhkan.
“Proses seleksi akan dilakukan pada triwulan pertama tahun ini. Penempatan tenaga penyuluh juga akan disesuaikan dengan daerah asalnya atau terdekat dengan daerah asalnya,” jelasnya.
Ketua Komisi IV DPRD Bali Nyoman Parta berharap perekrutan penyuluh bahasa Bali berlangsung dengan transparan.
“Saya tidak ingin mendengar ada masalah dalam proses perekrutan nanti. Termasuk tidak ada embel-embel membayar apapun,” tegas Parta