RadarBali.com – Ada yang berbeda di posko Pengungsian Bung Tomo di wilayah Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Barat.
Ada bayi dan anak pengungsi KRB (kawasan rawan bencana) lereng Gunung Agung menjalani upacara tiga bulanan Jumat (3/11) kemarin.
Meski upacara yang dihelat sederhana. Namun tidak mengurangi nilai dan makna upacara. Upacara tiga bulan ini dilakukan oleh pengungsi asal Bebandem, Desa Jungutan Karangasem.
Yakni pasangan suami dan istri I Ketut Mudita, 25 dan Ni Luh Arianti, 24 terhadap anak keduanya yakni I Kadek Satya.
Acara tersebut dipuput langsung Jro Mangku Dewa Made Sudana asal Desa Pemecutan Kaja. Menurutnya, pelaksanaan upacara tiga bulanan yang telah dilaksanakan bertepatan dengan Purnama Sasih Kalima.
Dalam ajaran agama Hindu upacara tiga bulanan dilakukan pada bayi setelah berumur 105 hari (kurang lebih 3 bulan). Maka dibuatlah upacara “nelu nulanin.
Bayi, bapak dan ibunya menghadap para dewa di hyang kemulan atau merajan memohon kepada Betara Siwa Adidaya agar bebas dari segala malapetaka.
Perbekel Desa Pemecutan Kaja A.A. Arwata mengatakan upacara tiga bulana ini juga sebagai bentuk perhatian dan sumbangsih desa setempat, yayasan forum sekar Denpasar dan Pemkot Denpasar.
Saat ini sudah kedua kalinya Desa Pemecutan Kaja membantu para pengungsi dalam upacara tiga bulanan. Dimana sebelumnya dilaksanakan di posko bekas Kantor Desa Pemecutan Kaja pada bulan Oktober lalu.
“Ini merupakan komitmen kami untuk membantu para pengungsi Gunung Agung yang ada di Denpasar, khususnya di wilayah Desa Pemecutan Kaja, walaupun secara sederhana,” papar Arwata.
Kadis Pemberdayaan Masyarakat dan Desa I.B Alit Wiradana mengatakan untuk pelaksanaan upacara tiga bulanan ini sarana dan prasana upacara diberikan secara gratis.
Pelaksanaan upacara tiga bulanan sebagai wujud perhatian dari warga desa setempat, Yayasan Forum Sekar Kota Denpasar, dan Pemkot Denpasar kepada pengungsi.
“Mudah-mudahan upacara ini bisa terus berlanjut. Meski status Gunung Agung sudah mengalami penurunan,” harap Wiradana .
I Ketut Mudita ayah bayi pengungsi mengaku senang dengan upacara ini. Pasalnya keluarganya merasa terbantu. Biasa upacara tiga bulanan dilakukan di kampung.
Namun karena masih pengungsi maka dilakukan di posko pengungsian. “Kami dan keluarga sampaikan terima kasih kepada pemerintah dan pihak lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan upacara ini,” imbuhnya.