25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:41 AM WIB

Demo Ricuh di Renon, Mahasiswa Papua Tuntut Freeport Ditutup

DENPASAR – Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Bali melakukan aksi demonstrasi di parkiran timur, Lapangan Renon, Denpasar, Sabtu (6/7) pagi.

Aksi yang dimulai sekitar pukul 09.30 pagi ini awalnya akan digelar di depan Konsulat Jenderal Amerika di jalan Hayam Wuruk, Denpasar.

Namun, aksi mereka terpaksa hanya dilakuakan di parkiran timur Lapangan Renon, karena adanya tekanan dari pihak kepolisian, ormas dan pihak pecalang Desa Adat Tanjung Bungkak.

Demonstrasi ini sendiri mereka gelar dalam rangka memperingati Peristiwa Biak Berdarah. Peristiwa Biak Berdarah sendiri terjadi pada 6 Juli 1998 silam di Kota Biak, Papua.

Yesaya selaku Koordinator aksi,  menuturkan bahwa dalam aksinya ini, pihak Aliansi Mahasiswa Papua mengorasikan lima pernyataan sikap yang berhubungan dengan Peristiwa Biak Berdarah. 

Lima pernyataan sikap itu di antaranya:

 

1. Negara bertanggungjawab atas tragedi Biak Berdarah tahun 1998 yang telah menewaska ratusan nyawa manusia dan rentetan pelanggaran HAM lainnya di Papua.

 

2. Buka ruang demokrasi seluas-luasnya dan berikan hak menenrukan nasib sendiri bagi rakyat Papua sebagai solusi demokratis.

 

3. Tarik militer TNI dan Polri organik dan non organik dari seluruh tanah Papua

 

4. Tutup Freepport, BP, LNG Tangguh dan MNC dan juga perusahaan lainnya yang merupakan dalang kejahatan kemanusiaan di atas tanah Papua.

 

5. Hentikan pengiriman dan agresi militer yang mengorbankan rakyat sipil di Nduga. 

 

“Setelah Biak Berdarah, ada pula tragedi Wamena Berdarah tahun 2000 dan 2003, Wasyor Berdarah tahun 2001, Uncen Berdarah tahun 2006, Nabire Berdarah tahun 2012,

Paniai Berdarah tahun 2014 dan peristiwa lainnya yang negara pun tidak menyelesaikan kasusnya,” tandas Yesaya. 

DENPASAR – Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Bali melakukan aksi demonstrasi di parkiran timur, Lapangan Renon, Denpasar, Sabtu (6/7) pagi.

Aksi yang dimulai sekitar pukul 09.30 pagi ini awalnya akan digelar di depan Konsulat Jenderal Amerika di jalan Hayam Wuruk, Denpasar.

Namun, aksi mereka terpaksa hanya dilakuakan di parkiran timur Lapangan Renon, karena adanya tekanan dari pihak kepolisian, ormas dan pihak pecalang Desa Adat Tanjung Bungkak.

Demonstrasi ini sendiri mereka gelar dalam rangka memperingati Peristiwa Biak Berdarah. Peristiwa Biak Berdarah sendiri terjadi pada 6 Juli 1998 silam di Kota Biak, Papua.

Yesaya selaku Koordinator aksi,  menuturkan bahwa dalam aksinya ini, pihak Aliansi Mahasiswa Papua mengorasikan lima pernyataan sikap yang berhubungan dengan Peristiwa Biak Berdarah. 

Lima pernyataan sikap itu di antaranya:

 

1. Negara bertanggungjawab atas tragedi Biak Berdarah tahun 1998 yang telah menewaska ratusan nyawa manusia dan rentetan pelanggaran HAM lainnya di Papua.

 

2. Buka ruang demokrasi seluas-luasnya dan berikan hak menenrukan nasib sendiri bagi rakyat Papua sebagai solusi demokratis.

 

3. Tarik militer TNI dan Polri organik dan non organik dari seluruh tanah Papua

 

4. Tutup Freepport, BP, LNG Tangguh dan MNC dan juga perusahaan lainnya yang merupakan dalang kejahatan kemanusiaan di atas tanah Papua.

 

5. Hentikan pengiriman dan agresi militer yang mengorbankan rakyat sipil di Nduga. 

 

“Setelah Biak Berdarah, ada pula tragedi Wamena Berdarah tahun 2000 dan 2003, Wasyor Berdarah tahun 2001, Uncen Berdarah tahun 2006, Nabire Berdarah tahun 2012,

Paniai Berdarah tahun 2014 dan peristiwa lainnya yang negara pun tidak menyelesaikan kasusnya,” tandas Yesaya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/