27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:44 AM WIB

Kasus Covid-19 Melonjak di Bali, Prof Mahardika: Harus Lockdown!

DENPASAR – Meningginya kasus positif dan kematian akibat Covid-19 di Bali memang menjadi perhatian semua pihak. Tak kecuali para ahli dan akademisi pun satu persatu angkat bicara. Salah satu wacana yang mencengangkan adalah munculnya saran agar Pulau Dewata dilakukan lockdown atau penguncian/ karantina wilayah.

Ya, statemen tersebut dikeluarkan langsung oleh guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana (FKH Unud), Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika. “Harus (Lockdown). Mau meledak lebih hebat lagi?” ujarnya saat diwawancara pada Rabu (9/8).

Ditanya apakah tidak ada alternatif lain selain lockdown? “Dasarnya kesehatan nomor satu. Saya tak melihat alternatif lain,” jawab ahli virus atau virolog ini dengan tegas.

Lockdown menurut Prof Mahardika perlu dilakukan dalam kurun waktu empat minggu. Secara detailnya, 2 minggu plus 2 minggu. “Dua minggu pertama untuk memastikan semua yang positif sudah menjadi negatif. Dua minggu kedua memutus penularan di masyarakat,” sarannya.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Salah satu ahli epidemiologi Universitas Udayana dari kampus Ilmu Kesehatan Masyarakat, I Made Ady Wirawan sebelumnya menyebut tak terkendalinya kasus Covid-19 di Bali dikarenakan rendahnya test yang dilakukan pemerintah.

Ia menyebut, pemerintah harus lebih gerak cepat lagi melakukan tes swab terhadap masyarakat. Hal ini penting untuk cepat memutus angka Covid 19 di Bali yang setiap hari angkanya diatas ratusan yang positif sebagaimana data yang disampaikan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19.

Menanggapi ini, Prof Mahardika memiliki jawaban yang berbeda. Dia lebih memilih untuk meningkatkan kapasitas rumah sakit. “Memperbanyak tes swab perlu kapasitas tambahan yang luar biasa. Sangat tak mungkin dicapai Indonesia sampai jumlah ideal,” katanya.

“Jika ada dana, lebih baik fokus pada peningkatan kapasitas rumah sakit,” pungkasnya.

Sekadar diketahui, di Bali sendiri data Dinas Kesehatan per Juni 2020 lalu, pemerintah hanya menyediakan ruang isolasi di RS Rujukan sebanyak 473 kamar. Dan tempat karantina sebanyak 601 kamar. Radarbali.id belum mendapat data terbaru terkait fasilitas ruang isolasi di RS Rujukan dan tempat karantina di Provinsi Bali. Sedangkan kasus aktif di Bali sampai tanggal 8 September mencapai 1.196.

Dalam beberapa hari ini, kasus Covid-19 di Bali melonjak drastis. Pada 8 September kemarin saja mencapai 164 tambahan kasus positif Covid-19, dengan warga meninggal dunia 12 orang.

DENPASAR – Meningginya kasus positif dan kematian akibat Covid-19 di Bali memang menjadi perhatian semua pihak. Tak kecuali para ahli dan akademisi pun satu persatu angkat bicara. Salah satu wacana yang mencengangkan adalah munculnya saran agar Pulau Dewata dilakukan lockdown atau penguncian/ karantina wilayah.

Ya, statemen tersebut dikeluarkan langsung oleh guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana (FKH Unud), Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika. “Harus (Lockdown). Mau meledak lebih hebat lagi?” ujarnya saat diwawancara pada Rabu (9/8).

Ditanya apakah tidak ada alternatif lain selain lockdown? “Dasarnya kesehatan nomor satu. Saya tak melihat alternatif lain,” jawab ahli virus atau virolog ini dengan tegas.

Lockdown menurut Prof Mahardika perlu dilakukan dalam kurun waktu empat minggu. Secara detailnya, 2 minggu plus 2 minggu. “Dua minggu pertama untuk memastikan semua yang positif sudah menjadi negatif. Dua minggu kedua memutus penularan di masyarakat,” sarannya.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Salah satu ahli epidemiologi Universitas Udayana dari kampus Ilmu Kesehatan Masyarakat, I Made Ady Wirawan sebelumnya menyebut tak terkendalinya kasus Covid-19 di Bali dikarenakan rendahnya test yang dilakukan pemerintah.

Ia menyebut, pemerintah harus lebih gerak cepat lagi melakukan tes swab terhadap masyarakat. Hal ini penting untuk cepat memutus angka Covid 19 di Bali yang setiap hari angkanya diatas ratusan yang positif sebagaimana data yang disampaikan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19.

Menanggapi ini, Prof Mahardika memiliki jawaban yang berbeda. Dia lebih memilih untuk meningkatkan kapasitas rumah sakit. “Memperbanyak tes swab perlu kapasitas tambahan yang luar biasa. Sangat tak mungkin dicapai Indonesia sampai jumlah ideal,” katanya.

“Jika ada dana, lebih baik fokus pada peningkatan kapasitas rumah sakit,” pungkasnya.

Sekadar diketahui, di Bali sendiri data Dinas Kesehatan per Juni 2020 lalu, pemerintah hanya menyediakan ruang isolasi di RS Rujukan sebanyak 473 kamar. Dan tempat karantina sebanyak 601 kamar. Radarbali.id belum mendapat data terbaru terkait fasilitas ruang isolasi di RS Rujukan dan tempat karantina di Provinsi Bali. Sedangkan kasus aktif di Bali sampai tanggal 8 September mencapai 1.196.

Dalam beberapa hari ini, kasus Covid-19 di Bali melonjak drastis. Pada 8 September kemarin saja mencapai 164 tambahan kasus positif Covid-19, dengan warga meninggal dunia 12 orang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/