32.6 C
Jakarta
25 November 2024, 11:19 AM WIB

Siswa Miskin Sulit Akses Belajar Daring, Ini Solusi Kasek SDN 3 Panji

SINGARAJA – Belajar secara online menjadi solusi para insan pendidikan di tengah pandemic Covid-19 yang tak kunjung berlalu.

Namun, system belajar daring ini membuat para guru dan siswa kerap mengalami kesulitan berinteraksi.

Bagi siswa yang kurang mampu menjadi kesulitan untuk mengikuti kegiatan belajar online karena tidak memiliki gadget.

Mereka terpaksa harus meminjam sampai ada yang putus sekolah. Sama halnya dengan sekolah yang berada di desa yang dimana rata-rata siswa berasal dari keluarga

menengah ke bawah dan juga berada di tengah perdesaan yang sangat sulit untuk mendapatkan akses jaringan yang bagus.

Salah satunya adalah sekolah dasar di Desa Panji, Sukasada, Buleleng yaitu SD Negeri 3 Panji. Sebagian siswa SDN 3 Panji adalah siswa kurang mampu yang sulit belajar secara daring.

Hal ini membuat sekolah harus membuat cara lain agar proses pembelajaran tetap belajar. Salah satu solusinya pihak sekolah

memberikan hasil print out materi dan tugas yang bisa diambil ke sekolah secara langsung oleh wali murid masing-masing.

Kepala Sekolah SD Negeri 3 Panji Ni Wayan Sekar mengatakan bahwa proses pembelajaran masih berlaku online.

Untuk pembagian kuota gratis dari pemerintah sudah didapatkan oleh masing-masing guru dan siswa sesuai dengan nomor handphone yang sudah didaftarkan tersebut.

“Proses kegiatan pembelajaran masih belum mendapatkan informasi pasti dari pemerintah kapan akan dilaksanakannya proses pembelajaran tatap muka.

Kami berharap virus ini cepat berakhir dan kegiatan proses pembelajaran bisa kembali normal seperti biasanya.

Untuk sekarang kami sudah mendapatkan bantuan kuota gratis dari pemerintah dan sudah bisa digunakan dalam proses kegiatan mengajar dan belajar,” ujar Ni Wayan Sekar.

Selain itu SD Negeri 3 Panji memiliki salah satu siswa yatim piatu yang dimana tidak mempunyai gadget.

Kadek Widiani siswa dari SD Negeri 3 Panji yang baru kelas 2 SD ini adalah anak yatim piatu.

Dia hanya tinggal bersama sang nenek dan juga kakak laki-lakinya dan dimana kakaknya sudah putus sekolah sejak kelas 2 SD karena keterbatasan biaya.

Pekerjaan sehari-hari sang nenek hanyalah mencari hasil panen yang diambil dari sawahnya dan pendapatan yang didapatkan dari menjual hasil panen tersebut bisa dibilang belum mencukupi untuk biaya kesehariannya.

“Keseharian saya untuk bisa menghasilkan uang hanya menghandalkan hasil panen sayuran yang saya dapatkan di sawah dengan menjualnya berkeliling.

Dengan itu saya sudah bisa membeli beras dan lauk secukupnya. Namun, sejak saya memiliki sakit, saya jarang mencari hasil panenan, saya hanya bisa mengandalkan bantuan dari orang,” kata Kompyang Sita, nenek dari Kadek Widiani.

Mengenai pembelajaran online sampai saat ini masih memiliki banyak kendala mulai dari sistemnya dan juga kendala bagi masyarakat menengah kebawah.

Pemerintah sudah membagikan kuota menyeluruh kepada pelajar untuk digunakan proses belajar online,

namun di sisi lain terdapat siswa dan wali tidak memiliki gadget dan itu membuat terhalangnya proses pembelajaran daring.

Tetapi dengan adanya proses pembelajaran daring ini membuat siswa lebih mengenal IT dan bisa menggunakannya dengan baik dan benar.

 

 

Dewa Ayu Komang Wangi Septiani Dewi

Mahasiswi London School of Public Relations, Bali

SINGARAJA – Belajar secara online menjadi solusi para insan pendidikan di tengah pandemic Covid-19 yang tak kunjung berlalu.

Namun, system belajar daring ini membuat para guru dan siswa kerap mengalami kesulitan berinteraksi.

Bagi siswa yang kurang mampu menjadi kesulitan untuk mengikuti kegiatan belajar online karena tidak memiliki gadget.

Mereka terpaksa harus meminjam sampai ada yang putus sekolah. Sama halnya dengan sekolah yang berada di desa yang dimana rata-rata siswa berasal dari keluarga

menengah ke bawah dan juga berada di tengah perdesaan yang sangat sulit untuk mendapatkan akses jaringan yang bagus.

Salah satunya adalah sekolah dasar di Desa Panji, Sukasada, Buleleng yaitu SD Negeri 3 Panji. Sebagian siswa SDN 3 Panji adalah siswa kurang mampu yang sulit belajar secara daring.

Hal ini membuat sekolah harus membuat cara lain agar proses pembelajaran tetap belajar. Salah satu solusinya pihak sekolah

memberikan hasil print out materi dan tugas yang bisa diambil ke sekolah secara langsung oleh wali murid masing-masing.

Kepala Sekolah SD Negeri 3 Panji Ni Wayan Sekar mengatakan bahwa proses pembelajaran masih berlaku online.

Untuk pembagian kuota gratis dari pemerintah sudah didapatkan oleh masing-masing guru dan siswa sesuai dengan nomor handphone yang sudah didaftarkan tersebut.

“Proses kegiatan pembelajaran masih belum mendapatkan informasi pasti dari pemerintah kapan akan dilaksanakannya proses pembelajaran tatap muka.

Kami berharap virus ini cepat berakhir dan kegiatan proses pembelajaran bisa kembali normal seperti biasanya.

Untuk sekarang kami sudah mendapatkan bantuan kuota gratis dari pemerintah dan sudah bisa digunakan dalam proses kegiatan mengajar dan belajar,” ujar Ni Wayan Sekar.

Selain itu SD Negeri 3 Panji memiliki salah satu siswa yatim piatu yang dimana tidak mempunyai gadget.

Kadek Widiani siswa dari SD Negeri 3 Panji yang baru kelas 2 SD ini adalah anak yatim piatu.

Dia hanya tinggal bersama sang nenek dan juga kakak laki-lakinya dan dimana kakaknya sudah putus sekolah sejak kelas 2 SD karena keterbatasan biaya.

Pekerjaan sehari-hari sang nenek hanyalah mencari hasil panen yang diambil dari sawahnya dan pendapatan yang didapatkan dari menjual hasil panen tersebut bisa dibilang belum mencukupi untuk biaya kesehariannya.

“Keseharian saya untuk bisa menghasilkan uang hanya menghandalkan hasil panen sayuran yang saya dapatkan di sawah dengan menjualnya berkeliling.

Dengan itu saya sudah bisa membeli beras dan lauk secukupnya. Namun, sejak saya memiliki sakit, saya jarang mencari hasil panenan, saya hanya bisa mengandalkan bantuan dari orang,” kata Kompyang Sita, nenek dari Kadek Widiani.

Mengenai pembelajaran online sampai saat ini masih memiliki banyak kendala mulai dari sistemnya dan juga kendala bagi masyarakat menengah kebawah.

Pemerintah sudah membagikan kuota menyeluruh kepada pelajar untuk digunakan proses belajar online,

namun di sisi lain terdapat siswa dan wali tidak memiliki gadget dan itu membuat terhalangnya proses pembelajaran daring.

Tetapi dengan adanya proses pembelajaran daring ini membuat siswa lebih mengenal IT dan bisa menggunakannya dengan baik dan benar.

 

 

Dewa Ayu Komang Wangi Septiani Dewi

Mahasiswi London School of Public Relations, Bali

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/