RadarBali.com – Masyarakat di 45 kecamatan di Bali yang berpotensi mengalami gerak tanah atau longsor diminta hati-hati, terutama saat turun hujan lebat.
“Mohon waspada saat berada di daerah lereng, bukit dan tepi sungai,” kata Sumaryono, Kasubbid Gerak Tanah Wilayah Barat PVMBG, kepada Jawa Pos Radar Bali, Selasa (10/10) siang.
Meski demikian, Sumaryono menyebut tidak semua daerah di 45 kecamatan tersebut rawan longsor. Ada beberapa titik yang memang rawan longsor karena kontur tanahnya tidak kuat.
Misal lereng atau bukit dari tanah lempung berpotensi tanah gerak (longsor) sangat tinggi. Sementara bukit atau lereng yang strukturnya bercampur bebatuan relatif lebih kuat.
“Yang perlu di waspadai masyarakat di tepi sungai. Kadang hujan lebat aliran sungainya kecil. Berarti, di hulu atau bagian atas ada longsor yang menghambat aliran air,” beber pria asli Jogjakarta itu.
Ditegaskan, masyarakat perlu waspada karena saat ini memasuki musim hujan. Di beberapa daerah di Jawa sudah terjadi longsor dan banjir bandang.
“Padahal, sekarang masih Oktober. Belum nanti November, Desember dan Januari yang diprediksi puncak musim hujan,” bebernya.
Menurut Sumaryono, peta rawan gerak tanah 45 kecamatan di delapan kabupaten di Provinsi Bali disusun berdasar beberapa peta.
Di antaranya peta geologi dan peta kelerengan. Selanjutnya peta tersebut dikombinasikan dengan prakiraan curah hujan BMKG