27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:54 AM WIB

Sampah di Denpasar 27.000 Ton Per Bulan, Yang Jadi Kompos Cuma 15 Ton

Adrian Suwanto/ Radar Bali  

DENPASAR – Program pengolahan sampah terpadu berbasis desa/ kelurahan di Kota Denpasar tampaknya masih kurang menggembirakan. Keberadaan Tempat Pembuangan Sampah Reuse, Reduce dan Recycle (TPS-3R) di Kota Denpasar untuk mengurangi distribusi sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) belum signifikan.

Data yang didapat radarbali.id dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar, produksi pupuk kompos cuma 15 ton per bulan. Padahal, produksi sampah yang menjadi bahan baku kompos per harinya ada 900 ton, atau 27.000 ton per bulan. Atau hanya 0,05 persen sampah yang jadi kompos.

Padahal, jumlah sampah organik umumnya sekitar 60 persen dari volume sampah perkotaan. Jika volume sampah di Denpasar 27.000 per bulan, maka potensi sampah organik sebetulnya mencapai 16.200 ton. Bila per bulan hanya menghasilkan 15 ton kompos, itu artinya hanya 0,09 persen dari jumlah sampah organik.

Plt. Kadis DLHK Kota Denpasar, IB Putra Wirabawa saat diwawancarai Kamis (10/9) menjelaskan bahwa keberadaan TPS-3R di Kota Denpasar hingga saat ini diupayakan mengurangi distribusi sampah langsung menuju TPA.

Hal ini dikarenakan adanya pemilahan sampah yang terpadu dari hulu atau sumber sampah. hingga saat ini, TPS3R yang terdapat di tiga lokasi, yakni di Desa Kesiman Kertalangu, Jalan Bung Tomo dan TPA Suwung telah sukses memproduksi pupuk kompos sebanyak 15 ton setiap bulanya.

“Setiap bulannya kami mampu memproduksi pupuk kompos dari sampah organik sebanyai 15 ton, jumlah tersebut belum termasuk sampah an organik yang ditangani dan diolah oleh Bank Sampah di Kota Denpasar, ujar Gustra

Lebih lanjut dijelaskan, sinergitas dalam upaya menciptakan Denpasar yang bersih, indah dan asri ini merupakan upaya berkelanjutan yang memerlukan sinergitas bersama. Baik dari masyarakat, yayasan, dan kelompok swakelola sampah sangatlah penting. Di Kota Denpasar sendiri terdapat sedikitnya 220 Bank Sampah yang tersebar di 4 kecamatan.

“Tentu ini sangat produktif dalam mensukseskan pengolahan sampah dari sumber, namun hal ini diperlukan dukungan masyarakat untuk memilah sampah sebelum diangkut oleh Swakelola Sampah, kerjasama ini sangat penting, sehingga diharapkan sampah harian Kota Denpasar yang mencapai 900 ton ini dapat dikurangi pergerakanya menuju TPA,” jelasnya

Gustra menambahkan, hasil produksi pupuk kompos ini sudah siap didistribusikan. Adapun yang menjadi sasaran distribusi yakni desa/kelurahan, yayasan, sekolah serta komunitas-komunitas yang bergerak di bidang pertanian dan perkebunan. Selain itu, taman media pinggir jalan juga menjadi target utama pemupukan kompos ini.

“Di masa pandemi Covid-19 ini, banyak masyarakat yang menekuni hoby bertani untuk menciptakan ketahanan pangan, jadi bagi yang memerlukan bisa mengajukan permohonan melalui DLHK Kota Denpasar,” ajaknya.

Adrian Suwanto/ Radar Bali  

DENPASAR – Program pengolahan sampah terpadu berbasis desa/ kelurahan di Kota Denpasar tampaknya masih kurang menggembirakan. Keberadaan Tempat Pembuangan Sampah Reuse, Reduce dan Recycle (TPS-3R) di Kota Denpasar untuk mengurangi distribusi sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) belum signifikan.

Data yang didapat radarbali.id dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar, produksi pupuk kompos cuma 15 ton per bulan. Padahal, produksi sampah yang menjadi bahan baku kompos per harinya ada 900 ton, atau 27.000 ton per bulan. Atau hanya 0,05 persen sampah yang jadi kompos.

Padahal, jumlah sampah organik umumnya sekitar 60 persen dari volume sampah perkotaan. Jika volume sampah di Denpasar 27.000 per bulan, maka potensi sampah organik sebetulnya mencapai 16.200 ton. Bila per bulan hanya menghasilkan 15 ton kompos, itu artinya hanya 0,09 persen dari jumlah sampah organik.

Plt. Kadis DLHK Kota Denpasar, IB Putra Wirabawa saat diwawancarai Kamis (10/9) menjelaskan bahwa keberadaan TPS-3R di Kota Denpasar hingga saat ini diupayakan mengurangi distribusi sampah langsung menuju TPA.

Hal ini dikarenakan adanya pemilahan sampah yang terpadu dari hulu atau sumber sampah. hingga saat ini, TPS3R yang terdapat di tiga lokasi, yakni di Desa Kesiman Kertalangu, Jalan Bung Tomo dan TPA Suwung telah sukses memproduksi pupuk kompos sebanyak 15 ton setiap bulanya.

“Setiap bulannya kami mampu memproduksi pupuk kompos dari sampah organik sebanyai 15 ton, jumlah tersebut belum termasuk sampah an organik yang ditangani dan diolah oleh Bank Sampah di Kota Denpasar, ujar Gustra

Lebih lanjut dijelaskan, sinergitas dalam upaya menciptakan Denpasar yang bersih, indah dan asri ini merupakan upaya berkelanjutan yang memerlukan sinergitas bersama. Baik dari masyarakat, yayasan, dan kelompok swakelola sampah sangatlah penting. Di Kota Denpasar sendiri terdapat sedikitnya 220 Bank Sampah yang tersebar di 4 kecamatan.

“Tentu ini sangat produktif dalam mensukseskan pengolahan sampah dari sumber, namun hal ini diperlukan dukungan masyarakat untuk memilah sampah sebelum diangkut oleh Swakelola Sampah, kerjasama ini sangat penting, sehingga diharapkan sampah harian Kota Denpasar yang mencapai 900 ton ini dapat dikurangi pergerakanya menuju TPA,” jelasnya

Gustra menambahkan, hasil produksi pupuk kompos ini sudah siap didistribusikan. Adapun yang menjadi sasaran distribusi yakni desa/kelurahan, yayasan, sekolah serta komunitas-komunitas yang bergerak di bidang pertanian dan perkebunan. Selain itu, taman media pinggir jalan juga menjadi target utama pemupukan kompos ini.

“Di masa pandemi Covid-19 ini, banyak masyarakat yang menekuni hoby bertani untuk menciptakan ketahanan pangan, jadi bagi yang memerlukan bisa mengajukan permohonan melalui DLHK Kota Denpasar,” ajaknya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/