25.6 C
Jakarta
20 September 2024, 6:54 AM WIB

Keras!! Dapat Banyak Perlawanan, Gerak Lawan Nyatakan Tak Akan Mundur

DENPASAR-Meski mendapat banyak perlawanan dan intimidasi dari sejumlah oknum aparat, hal ini tak membuat Komunitas Gerak Lawan surut dan mundur.

 

Sebaliknya, para aktivis ini menyatakan akan terus berjuang demi kepentingan harkat martabat kehidupan dan tanggungjawab terhada bumi dan negeri.

 

Seperti ditegaskan, salah satu aktivis Gerak Lawan, Nyoman Mardika. Ditemui di Denpasar, Sabtu (13/10), Mardika tak menampik dengan derasnya perlawanan terhadap aksi mereka.

 

“Sudah ada berbagai tekanan yang dilakukan dengan alasan kepentingan pariwisata dan ketertiban padahal kami tidak melakukan kerusuhan yang merugikan Bali,” tegas Mardika.

 

Namun begitu, Mardika secara tegas tetap menilai, hajatan Annual Meeting IMF-WB tak ubahnya seperti “fun club” yang didalamnya hanyalah kumpulan para kapitalis lengkap dengan  segala kebijakannya yang merugikan lingkungan, negara dan dunia.

 

Tudingan itu, lanjut Mardika karena IMF-WB memiliki banyak catatan negatif dari semua proyek yang dilakukannya.

 

Salah satu dampak nyatanya, karena gelaran IMF-WB di Bali, ruang ekspresi masyarakat pun dikekang, dengan dalih keamanan dan demi kelancaran kegiatan.

 

Sementara di sisi lain, Undang-Undang untuk menjamin kebebasan berekspresi warga negaranya justru dikekang dan dibelenggu.

 

“Baliho-baliho tolak reklamasi dihancurkan, atas alasan gelaran IMF-WB yang digelar di Nusa Dua,”tandasnya. 

 

 

Bahkan, dengan dalih keamanan, masih kata Mardika, pihaknya dan para aktivis justru dianggap sebagai ekstrimis yang ingin berbuat kejahatan terhadap Bali dan Indonesia.

 

“Padahal semestinya logikanya dibalik. Justru IMF dan World Bank-lah yang perlahan menghancurkan masyarakat,” tegasnya.

 

Selain itu, meski mendapat hambatan dan dikekang, kata Mardika, pihaknya bersama para aktivis akan terus mencoba membuka mata dan pikiran masyarakat untuk mengungkap apa di balik IMF-WB.

 

“Dan perlu kami pertegas bahwa tujuan ini bukan ada maksud untuk mengganggu pariwisata di Bali,”ujar Mardika. 

 

Menurutnya, melalui gerakan ini ada hal-hal yang perlu dikritisi.

 

”Ada hal-hal seperti “bom waktu” yang saat ini tengah dilakukan oleh IMF-WB terhadap masyarakat Indonesia dan dunia, dan ini yang harus disadari masyarakat,” imbuhnya.

 

DENPASAR-Meski mendapat banyak perlawanan dan intimidasi dari sejumlah oknum aparat, hal ini tak membuat Komunitas Gerak Lawan surut dan mundur.

 

Sebaliknya, para aktivis ini menyatakan akan terus berjuang demi kepentingan harkat martabat kehidupan dan tanggungjawab terhada bumi dan negeri.

 

Seperti ditegaskan, salah satu aktivis Gerak Lawan, Nyoman Mardika. Ditemui di Denpasar, Sabtu (13/10), Mardika tak menampik dengan derasnya perlawanan terhadap aksi mereka.

 

“Sudah ada berbagai tekanan yang dilakukan dengan alasan kepentingan pariwisata dan ketertiban padahal kami tidak melakukan kerusuhan yang merugikan Bali,” tegas Mardika.

 

Namun begitu, Mardika secara tegas tetap menilai, hajatan Annual Meeting IMF-WB tak ubahnya seperti “fun club” yang didalamnya hanyalah kumpulan para kapitalis lengkap dengan  segala kebijakannya yang merugikan lingkungan, negara dan dunia.

 

Tudingan itu, lanjut Mardika karena IMF-WB memiliki banyak catatan negatif dari semua proyek yang dilakukannya.

 

Salah satu dampak nyatanya, karena gelaran IMF-WB di Bali, ruang ekspresi masyarakat pun dikekang, dengan dalih keamanan dan demi kelancaran kegiatan.

 

Sementara di sisi lain, Undang-Undang untuk menjamin kebebasan berekspresi warga negaranya justru dikekang dan dibelenggu.

 

“Baliho-baliho tolak reklamasi dihancurkan, atas alasan gelaran IMF-WB yang digelar di Nusa Dua,”tandasnya. 

 

 

Bahkan, dengan dalih keamanan, masih kata Mardika, pihaknya dan para aktivis justru dianggap sebagai ekstrimis yang ingin berbuat kejahatan terhadap Bali dan Indonesia.

 

“Padahal semestinya logikanya dibalik. Justru IMF dan World Bank-lah yang perlahan menghancurkan masyarakat,” tegasnya.

 

Selain itu, meski mendapat hambatan dan dikekang, kata Mardika, pihaknya bersama para aktivis akan terus mencoba membuka mata dan pikiran masyarakat untuk mengungkap apa di balik IMF-WB.

 

“Dan perlu kami pertegas bahwa tujuan ini bukan ada maksud untuk mengganggu pariwisata di Bali,”ujar Mardika. 

 

Menurutnya, melalui gerakan ini ada hal-hal yang perlu dikritisi.

 

”Ada hal-hal seperti “bom waktu” yang saat ini tengah dilakukan oleh IMF-WB terhadap masyarakat Indonesia dan dunia, dan ini yang harus disadari masyarakat,” imbuhnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/