33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:49 PM WIB

Korupsi Merajalela, Seniman pun Bertindak, Ini Hasilnya…

RadarBali.com – Menjelang Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia yang jatuh 9 Desember, sejumlah acara kampanye antikorupsi yang diprakarsai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus digelar.  

Kemarin (18/11) giliran Pekan Mural Peken dihelat  bersama Komunitas Pojok. Acara berlangsung di bekas tembok belakang supermarket Alfa Sanglah, Desa Dauh Puri Kelod, Denpasar.

Tak kurang 16 lukisan mural menghiasi dinding tembok bekas. Menariknya, mural yang ditampilkan mulai dari lukisan mata, anjing, tikus, babi yang rakus akan makanan, kartun Tom and Jerry dan berbagai lukisan mural lain.

Gambar-gambar itu secara khusus  menyampaikan pesan antikorupsi di negeri ini. Kalimat-kalimat pengingat juga melengkapi gambar itu. Seperti Tipu muslihat koruptor, Bahaya laten korupsi, dan lainnya.

Salah satu anggota Komunitas Pojok, Jono SM, mengatakan bahwa dia menggambar tiga lukisan yakni tikus sedang sakit, tikus yang berada di timbangan dan gurita, sebagai simbul tindak perbuatan korup.

Misalnya tikus yang sedang berada di timbangan. Ini menggambarkan bagaimana keadilan itu bisa dibayar dan diganjal dengan uang. Keadilan masih bisa dibeli dan diputarbalikkan.

Kemudian lukisan tikus yang sedang sakit, sebenarnya lebih kepada isu-isu sosial yang terjadi dan viral di dunia maya.

Bagaimana seorang pejabat dengan skenarionya dan dramanya seolah-olah sakit-sakitan ketika akan ditindak penegak hukum.

“Inti dari pesan lukisan mural kami mari secara bersama-sama dengan masyarakat memerangi dan awasi korupsi di negeri ini,” jelas pria lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. 

Penuturan lain disampaikan Dewa Keta, 37, yang juga anggota Komunitas Pojok. Lukisan mural biasanya ditampilkan dalam sebuah galeri.

Tetapi kali ini kami masyarakat dapat menikmati lukisan mural di pinggir jalan. Terlebih lagi lukisan ini sebuah pesan yang dapat dititipkan kepada masyarakat soal korupsi.

Sebagian dari mereka mengerjakan lukisan sejak Rabu lalu (15/11). Tentu saja banyak yang menggelitik gambar dan pesan mereka.

Dengan simbol-simbol atau sosok yang diakrabi masyarakat. Seperti gambar Tom yang berpakaian polisi dan Jerry yang jadi seorang pejabat.

Lukisan tersebut bermakna bagaimana orang-orang yang tersangkut kasus korupsi makin lama makin licin, liar. Juga sulit tertangkap.  

“Kami dari Komunitas Pojok bersyukur sekali ketika dilibatkan dalam gelaran hari antikorupsi sedunia,” ungkapnya, menyambut gembira acara bertema Puputan Lawan Korupsi ini.

Tak kurang 13 komunitas di Bali yang terlibat dalam acara tersebut. Antara lain Komunitas Jamur, Pojok, Plastikologi, Samas, Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Kota Denpasar,

Ruang Asah Tukad Abu, Komunitas Karikatur, Bintang Gana, Manikaya Kauci, Seni Lawan Korupsi, Kampung Fungsi, Lingkara Fotografi, Sanggar Purba Caraka, Akar Rumput, Rumah Sanur.

Kali ini aktivitas “Pekan Mural Peken” dimotori seniman dari Komunitas Pojok. “Mereka kami bebaskan meluapkan ekspresi lukisannya.

Namun tetap membawa tema besar,  yakni soal anti antikorupsi,” tandas Nyoman Mardika dari pihak panitia.

RadarBali.com – Menjelang Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia yang jatuh 9 Desember, sejumlah acara kampanye antikorupsi yang diprakarsai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus digelar.  

Kemarin (18/11) giliran Pekan Mural Peken dihelat  bersama Komunitas Pojok. Acara berlangsung di bekas tembok belakang supermarket Alfa Sanglah, Desa Dauh Puri Kelod, Denpasar.

Tak kurang 16 lukisan mural menghiasi dinding tembok bekas. Menariknya, mural yang ditampilkan mulai dari lukisan mata, anjing, tikus, babi yang rakus akan makanan, kartun Tom and Jerry dan berbagai lukisan mural lain.

Gambar-gambar itu secara khusus  menyampaikan pesan antikorupsi di negeri ini. Kalimat-kalimat pengingat juga melengkapi gambar itu. Seperti Tipu muslihat koruptor, Bahaya laten korupsi, dan lainnya.

Salah satu anggota Komunitas Pojok, Jono SM, mengatakan bahwa dia menggambar tiga lukisan yakni tikus sedang sakit, tikus yang berada di timbangan dan gurita, sebagai simbul tindak perbuatan korup.

Misalnya tikus yang sedang berada di timbangan. Ini menggambarkan bagaimana keadilan itu bisa dibayar dan diganjal dengan uang. Keadilan masih bisa dibeli dan diputarbalikkan.

Kemudian lukisan tikus yang sedang sakit, sebenarnya lebih kepada isu-isu sosial yang terjadi dan viral di dunia maya.

Bagaimana seorang pejabat dengan skenarionya dan dramanya seolah-olah sakit-sakitan ketika akan ditindak penegak hukum.

“Inti dari pesan lukisan mural kami mari secara bersama-sama dengan masyarakat memerangi dan awasi korupsi di negeri ini,” jelas pria lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. 

Penuturan lain disampaikan Dewa Keta, 37, yang juga anggota Komunitas Pojok. Lukisan mural biasanya ditampilkan dalam sebuah galeri.

Tetapi kali ini kami masyarakat dapat menikmati lukisan mural di pinggir jalan. Terlebih lagi lukisan ini sebuah pesan yang dapat dititipkan kepada masyarakat soal korupsi.

Sebagian dari mereka mengerjakan lukisan sejak Rabu lalu (15/11). Tentu saja banyak yang menggelitik gambar dan pesan mereka.

Dengan simbol-simbol atau sosok yang diakrabi masyarakat. Seperti gambar Tom yang berpakaian polisi dan Jerry yang jadi seorang pejabat.

Lukisan tersebut bermakna bagaimana orang-orang yang tersangkut kasus korupsi makin lama makin licin, liar. Juga sulit tertangkap.  

“Kami dari Komunitas Pojok bersyukur sekali ketika dilibatkan dalam gelaran hari antikorupsi sedunia,” ungkapnya, menyambut gembira acara bertema Puputan Lawan Korupsi ini.

Tak kurang 13 komunitas di Bali yang terlibat dalam acara tersebut. Antara lain Komunitas Jamur, Pojok, Plastikologi, Samas, Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Kota Denpasar,

Ruang Asah Tukad Abu, Komunitas Karikatur, Bintang Gana, Manikaya Kauci, Seni Lawan Korupsi, Kampung Fungsi, Lingkara Fotografi, Sanggar Purba Caraka, Akar Rumput, Rumah Sanur.

Kali ini aktivitas “Pekan Mural Peken” dimotori seniman dari Komunitas Pojok. “Mereka kami bebaskan meluapkan ekspresi lukisannya.

Namun tetap membawa tema besar,  yakni soal anti antikorupsi,” tandas Nyoman Mardika dari pihak panitia.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/