29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:14 AM WIB

Kasihan…Bocah 6 Tahun Hidup Tanpa Lubang Anus

RadarBali.com – Selama 6 tahun Nengah Dwi Buda Adnyana harus  menjalani hidup kesehariannya tanpa memiliki lubang anus.

Ayah dan ibunya tidak dapat melakukan operasi lubang anus untuk Dwi kala itu karena masih berusia belia. Di luar itu, keterbatasan biaya menjadi penghalang operasi dilakukan saat itu.

Karena lahir tanpa lubang anus, bocah asal Banjar Buana Poleh, Desa Tianyar Barat, Kubu, Karangasem itu harus menanggung rasa sakit saat buang air besar. 

Kelainan seperti ini dalam ilmu kedokteran disebut Malformasi anorektal (anus imperforata). Kelainan yang didapat pada bayi tanpa memiliki lubang anus ini lantaran saluran pencernaan buntu pada usus besar sebelum anus. Sehingga tidak dapat buang air besar.

Sering kali kelainan tersebut tidak disadari saat awal kelahiran. Karena bagian pembuangan anus yang terlihat tampak seolah-olah normal.

Namun, lubangnya sendiri atau saluran anus sebenarnya tidak terbentuk secara sempurna saat lahir.

Wayan Kaya, 36, ayah Nengah Dwi Buda Adnyana, saat ditemui di ruangan poliknik bedah anak RS Sanglah, kemarin mengatakan, buah hatinya baru dua kali periksa.

Pertama melakukan rontgen dan cek lab. Baru proses persiapan operasi.  Kelainan bawaan yang dialami Dwi terjadi sejak lahir.

“Keluarga tidak menyangka bahwa Dwi akan mengalami derita seperti ini. Kala itu Dwi terlahir di rumah Sakit Paramasidhi, Singaraja 6 tahun silam. Terlahir secara normal,” bebernya. 

Selama 9 bulan dalam kandungan. Tidak ada tanda-tanda dan gejala penyakit. “Jika dari faktor keturanan. Keluarga kami tidak pernah ada yang mengalami

kondisi anak terlahir tanpa lubang anus. Bahkan, kakaknya Dwi yang saat ini masih duduk di kelas 5 SD. Terlahir normal dan memiliki lubang anus,” ungkapnya.

“Saya dan istri kaget, shock, saat seorang dokter kandung memberitahukan bahwa Dwi tidak memiliki lubang anus.

Dokter saat itu sarankan untuk operasi. Namun, keterbatasan kemampuan. Akhirnya operasi pun juga mengalami penundaan,” tambahnya. 

Bertahun-tahun lubang anus buatan di atas perut sebelah kanan ditutup dengan colostomy bag wadah penampung feses. Sehingga setiap saat menimbulkan bau.

Tidak heran Dwi sendiri merasa sangat malu dan minder dengan kondisinya. Dengan kondisinya tersebut Dwi sampai tidak bersekolah.

“Saya khawatir Dwi akan menjadi bahan olok-olakan di sekolah nantinya,” ucapnya. Dituturkan Kaya, kelainan yang terjadi pada Dwi ternyata langka.

Informasi secara medis dari dokter bedah anak kelainan seperti ini kemungkinan 1 banding 1 juta anak yang ada di Bali.

Dwi dengan suspect hisprung, saraf di anus dan sebagian usus tidak berfungsi, karena kelainan bawaan. Penanganannya pasti harus dengan operasi, untuk memperbaiki anus dan usus.

Tindakan operasi dilakukan selama dua kali. Pertama pembuatan lubang pembuangan anus yang berada dibawah perut. Baru operasi kedua dilakukan pembuatan lubang anus yang berada di bawah pantat.

“Saya berharap mudah-mudahan operasi dilakukan secepatnya dibulan ini dan dapat berjalan lancar,” ujarnya.

“Mengenai segala pembiayaan rumah sakit mulai dari pengobatan, perawatan hingga proses operasi ditanggung oleh pihak yayasan,” tuturnya

RadarBali.com – Selama 6 tahun Nengah Dwi Buda Adnyana harus  menjalani hidup kesehariannya tanpa memiliki lubang anus.

Ayah dan ibunya tidak dapat melakukan operasi lubang anus untuk Dwi kala itu karena masih berusia belia. Di luar itu, keterbatasan biaya menjadi penghalang operasi dilakukan saat itu.

Karena lahir tanpa lubang anus, bocah asal Banjar Buana Poleh, Desa Tianyar Barat, Kubu, Karangasem itu harus menanggung rasa sakit saat buang air besar. 

Kelainan seperti ini dalam ilmu kedokteran disebut Malformasi anorektal (anus imperforata). Kelainan yang didapat pada bayi tanpa memiliki lubang anus ini lantaran saluran pencernaan buntu pada usus besar sebelum anus. Sehingga tidak dapat buang air besar.

Sering kali kelainan tersebut tidak disadari saat awal kelahiran. Karena bagian pembuangan anus yang terlihat tampak seolah-olah normal.

Namun, lubangnya sendiri atau saluran anus sebenarnya tidak terbentuk secara sempurna saat lahir.

Wayan Kaya, 36, ayah Nengah Dwi Buda Adnyana, saat ditemui di ruangan poliknik bedah anak RS Sanglah, kemarin mengatakan, buah hatinya baru dua kali periksa.

Pertama melakukan rontgen dan cek lab. Baru proses persiapan operasi.  Kelainan bawaan yang dialami Dwi terjadi sejak lahir.

“Keluarga tidak menyangka bahwa Dwi akan mengalami derita seperti ini. Kala itu Dwi terlahir di rumah Sakit Paramasidhi, Singaraja 6 tahun silam. Terlahir secara normal,” bebernya. 

Selama 9 bulan dalam kandungan. Tidak ada tanda-tanda dan gejala penyakit. “Jika dari faktor keturanan. Keluarga kami tidak pernah ada yang mengalami

kondisi anak terlahir tanpa lubang anus. Bahkan, kakaknya Dwi yang saat ini masih duduk di kelas 5 SD. Terlahir normal dan memiliki lubang anus,” ungkapnya.

“Saya dan istri kaget, shock, saat seorang dokter kandung memberitahukan bahwa Dwi tidak memiliki lubang anus.

Dokter saat itu sarankan untuk operasi. Namun, keterbatasan kemampuan. Akhirnya operasi pun juga mengalami penundaan,” tambahnya. 

Bertahun-tahun lubang anus buatan di atas perut sebelah kanan ditutup dengan colostomy bag wadah penampung feses. Sehingga setiap saat menimbulkan bau.

Tidak heran Dwi sendiri merasa sangat malu dan minder dengan kondisinya. Dengan kondisinya tersebut Dwi sampai tidak bersekolah.

“Saya khawatir Dwi akan menjadi bahan olok-olakan di sekolah nantinya,” ucapnya. Dituturkan Kaya, kelainan yang terjadi pada Dwi ternyata langka.

Informasi secara medis dari dokter bedah anak kelainan seperti ini kemungkinan 1 banding 1 juta anak yang ada di Bali.

Dwi dengan suspect hisprung, saraf di anus dan sebagian usus tidak berfungsi, karena kelainan bawaan. Penanganannya pasti harus dengan operasi, untuk memperbaiki anus dan usus.

Tindakan operasi dilakukan selama dua kali. Pertama pembuatan lubang pembuangan anus yang berada dibawah perut. Baru operasi kedua dilakukan pembuatan lubang anus yang berada di bawah pantat.

“Saya berharap mudah-mudahan operasi dilakukan secepatnya dibulan ini dan dapat berjalan lancar,” ujarnya.

“Mengenai segala pembiayaan rumah sakit mulai dari pengobatan, perawatan hingga proses operasi ditanggung oleh pihak yayasan,” tuturnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/