27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 2:10 AM WIB

Cerita Sugiyono, Kapten Kapal yang Terdampar Hingga Australia

DENPASAR – Mugiyono, salah satu dari 20 awak KM Bandar Nelayan 188 yang selamat dari insiden tenggelamnya kapal hingga sebelah barat Perth Australia berbagi cerita. Meski dinyatakan selamat, insiden ini membuat mereka trauma.

 

Mugiyono, pria asal Cilacap, Jawa Tengah, itu adalah sang kapten KM Bandar Nelayan 188. Dia sudah menjadi kapten kapal KM Bandar Nelayan 188 selama tiga tahun. 

 

Dia pun bercerita ketika dia menahkodai tanggal 8 April 2021. Seperti biasanya kapal yang dinahkodainya bertolak dari Pelabuhan Benoa menuju fishing ground. Pada tanggal 13 Mei 2021, pada koordinat  31° 10.70′ S 102° 16.32′ E (radial 206°/ 1.520 Nm, ruang mesin kapal itu dinyatakan bocor.  Akibatnya, kapal itu pun tidak bisa berlayar lagi dan hanya hanya dibawa arus. 

 

Kemungkinan, insiden itu terjadi karena adanya badai gelombang setinggi 7 meter. “Kejadiannya tidak bisa dibayangkan. Kapal kami diterjang badai lebih dari tujuh meter,” kata Mugiyono kepada awak media di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Jumat (21/5/2021) pagi. 

 

 

Bahkan akibat badai itu, satu dari mereka mengalami luka. Atas insiden itu, sebagai kapten kapal Mugiyono menghubungi Basarnas Bali. Setelah pihak Basarnas berkoordinasi dengan pihak Australia dan Jepang.

 

Sebelum mendapatkan bantuan, kapal itu terombang-ambing di tengah laut selama kurang lebih emiat hari. Persediaan makanan para ABK kapal berkurang. Karena sebagiannya telah jatuh ke laut akibat hantaman badai. 

 

“Terapung di tengah laut, empat hari. Makan seadanya. Makan biskuit yang kami bawa. Untuk mengisi perut sebelum bantuan datang,” imbuh pria berusia 41 tahun itu.

 

Hari kelima, kapal itu akhirnya ditemukan oleh kapal ikan dari Jepang. Selanjutnya mereka dipindahkan dari kapal ikan asal Jepang ke kapal angkatan laut milik Australia, 

 

“Kami sempat pasrah sama Tuhan tapi kami tetap semangat. Sehingga akhrinyankamis diselamatkan. Kami berterimakasih keapda pemerintah Jepang, Australia dan Indonesia yang akhirnya kami bisa tiba di tanah air,” tandansya. 

 

Sebelumnya, Kapal ikan KM Bandar Nelayan 188 yang berlayar dari Pelabuhan Benoa, Denpasar ditemukan terdampar hingga di perairan laut Barat Pert Australia. Kapal ikan yang mengangkut 20 anak buah kapal itu berangkat dari pelabuhan Benoa pada tanggal 8 Mei 2021.

 

Lalu pada Kamis, tanggal 13 Mei kapal itu dinyatakan tenggelam setelah ruangan mesinnya kemasukan air. Beruntung, kapal itu berhasil diselamatkan oleh kapal ikan dari Jepang dan angkatan laut Australia. Para ABK itu kemudian diserahkan langsung oleh pihak angkatan laut Australia ke pemerintah Indonesia di Pelabuhan Benoa, Denpasar Jumat (22/5/2021).

 

Judha Nugraha selaku Direktur Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia, Kementrian Luar negeri menerangkan, Kementrian luar negeri menerima informasi dari Basarnas mengenai kecelakaan KM Bandar Nelayan 188 pada 14 Mei lalu.

 

“Lalu kami berkoordinasi dengan konsulat kami yang berada di Perth Australia dan Osaka, Jepang untuk berkoordinasi dengan otoritas negara setempat. Atas bantuan dari pemerintah Australia dan Jepang mengerahkan asetnya untuk melakukan pencarian dan penyelamatan,” jaganya kepada awak media dalam acara serah terima tersebut. 

 

Lanjut dia, pesawat Australia menemukan kapal itu setengah tenggelam. Pesawat itu kemudian berkoordinasi dengan kapal ikan dari Jepang untuk melakukan penyelamatan. Setelah kapal ikan Jepang melakukan penyelamatan 20 ABK itu lalu dipindahkan ke kapal angkatan laut Australia. Satu dari 20 ABK itu sempat menjalani operasi di Perth Australia dan telah dipulangkan melalui penerbangan udara. Sedangkan 19 lainnya dipulangkan melalui laut oleh angkatan laut Australia. 

 

“Proses repatriasi ini adalah cerminan akerjasama yang baik antara Australia dan Indonesia dan bentuk perlindungan negara terhadap warga negara. Nantinya para ABK akan dikarantina lima hari dan akan dilakukan tes PCR. Setelah itu akan dikembalikan ke keluarganya masing-masing,” katanya.

DENPASAR – Mugiyono, salah satu dari 20 awak KM Bandar Nelayan 188 yang selamat dari insiden tenggelamnya kapal hingga sebelah barat Perth Australia berbagi cerita. Meski dinyatakan selamat, insiden ini membuat mereka trauma.

 

Mugiyono, pria asal Cilacap, Jawa Tengah, itu adalah sang kapten KM Bandar Nelayan 188. Dia sudah menjadi kapten kapal KM Bandar Nelayan 188 selama tiga tahun. 

 

Dia pun bercerita ketika dia menahkodai tanggal 8 April 2021. Seperti biasanya kapal yang dinahkodainya bertolak dari Pelabuhan Benoa menuju fishing ground. Pada tanggal 13 Mei 2021, pada koordinat  31° 10.70′ S 102° 16.32′ E (radial 206°/ 1.520 Nm, ruang mesin kapal itu dinyatakan bocor.  Akibatnya, kapal itu pun tidak bisa berlayar lagi dan hanya hanya dibawa arus. 

 

Kemungkinan, insiden itu terjadi karena adanya badai gelombang setinggi 7 meter. “Kejadiannya tidak bisa dibayangkan. Kapal kami diterjang badai lebih dari tujuh meter,” kata Mugiyono kepada awak media di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Jumat (21/5/2021) pagi. 

 

 

Bahkan akibat badai itu, satu dari mereka mengalami luka. Atas insiden itu, sebagai kapten kapal Mugiyono menghubungi Basarnas Bali. Setelah pihak Basarnas berkoordinasi dengan pihak Australia dan Jepang.

 

Sebelum mendapatkan bantuan, kapal itu terombang-ambing di tengah laut selama kurang lebih emiat hari. Persediaan makanan para ABK kapal berkurang. Karena sebagiannya telah jatuh ke laut akibat hantaman badai. 

 

“Terapung di tengah laut, empat hari. Makan seadanya. Makan biskuit yang kami bawa. Untuk mengisi perut sebelum bantuan datang,” imbuh pria berusia 41 tahun itu.

 

Hari kelima, kapal itu akhirnya ditemukan oleh kapal ikan dari Jepang. Selanjutnya mereka dipindahkan dari kapal ikan asal Jepang ke kapal angkatan laut milik Australia, 

 

“Kami sempat pasrah sama Tuhan tapi kami tetap semangat. Sehingga akhrinyankamis diselamatkan. Kami berterimakasih keapda pemerintah Jepang, Australia dan Indonesia yang akhirnya kami bisa tiba di tanah air,” tandansya. 

 

Sebelumnya, Kapal ikan KM Bandar Nelayan 188 yang berlayar dari Pelabuhan Benoa, Denpasar ditemukan terdampar hingga di perairan laut Barat Pert Australia. Kapal ikan yang mengangkut 20 anak buah kapal itu berangkat dari pelabuhan Benoa pada tanggal 8 Mei 2021.

 

Lalu pada Kamis, tanggal 13 Mei kapal itu dinyatakan tenggelam setelah ruangan mesinnya kemasukan air. Beruntung, kapal itu berhasil diselamatkan oleh kapal ikan dari Jepang dan angkatan laut Australia. Para ABK itu kemudian diserahkan langsung oleh pihak angkatan laut Australia ke pemerintah Indonesia di Pelabuhan Benoa, Denpasar Jumat (22/5/2021).

 

Judha Nugraha selaku Direktur Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia, Kementrian Luar negeri menerangkan, Kementrian luar negeri menerima informasi dari Basarnas mengenai kecelakaan KM Bandar Nelayan 188 pada 14 Mei lalu.

 

“Lalu kami berkoordinasi dengan konsulat kami yang berada di Perth Australia dan Osaka, Jepang untuk berkoordinasi dengan otoritas negara setempat. Atas bantuan dari pemerintah Australia dan Jepang mengerahkan asetnya untuk melakukan pencarian dan penyelamatan,” jaganya kepada awak media dalam acara serah terima tersebut. 

 

Lanjut dia, pesawat Australia menemukan kapal itu setengah tenggelam. Pesawat itu kemudian berkoordinasi dengan kapal ikan dari Jepang untuk melakukan penyelamatan. Setelah kapal ikan Jepang melakukan penyelamatan 20 ABK itu lalu dipindahkan ke kapal angkatan laut Australia. Satu dari 20 ABK itu sempat menjalani operasi di Perth Australia dan telah dipulangkan melalui penerbangan udara. Sedangkan 19 lainnya dipulangkan melalui laut oleh angkatan laut Australia. 

 

“Proses repatriasi ini adalah cerminan akerjasama yang baik antara Australia dan Indonesia dan bentuk perlindungan negara terhadap warga negara. Nantinya para ABK akan dikarantina lima hari dan akan dilakukan tes PCR. Setelah itu akan dikembalikan ke keluarganya masing-masing,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/