26.3 C
Jakarta
9 Desember 2024, 19:25 PM WIB

Menteri ESDM Harap Bali Tahun 2025 Sudah 50 Persen Gunakan EBT

DENPASAR – Menteri Energi Sumber Daya Mineral RI Ignatius Jonan mendorong pemerintah provinsi Bali untuk menggunakan Energy Baru Terbarukan (EBT).

Bahkan, berharap Pulau Dewata ini dapat menerapkannya hingga 50 persen. Hal tersebut disampaikan Ignatius Jonan saat acara penandatanganan perjanjian kerjasama

antara Pemerintah Provinsi Bali dengan PT PLN (Persero) tentang Penguatan Sistem Ketenagalistrikan dengan Pemanfaatan Energi Bersih di Provinsi Bali di Kantor Gubenur Bali, Rabu (21/8) siang.

Kata Jonan, sesuai dengan Paris Agreement Tahun 2015, pemerintah Indonesia mendukung dan berkomitmen untuk 23 persen bauran energy maupun kelistrikan itu berasal dari bahan bakar yang terbarukan atau energi terbarukan.

“Nah, Gubenur Bali ini sangat mendukung. Makanya saya berharap Gubernur Bali pada tahun 2025 dapat merealisasikan bukan 23 persen, melainkan 50 persen lah. Kan pakai rooftop, motor listrik dan sebaginya ini, bisalah,” ujar Jonan.

Jonan berharap penerapan 50 persen menggunakan EBT di pulau Dewata ini juga dapat dukungan dari para bupati dan wali kota.

Agar nantinya Bali dapat menjadi percontohan nasional sebagai provinsi pertama yang berhasil menerapkan energi bersih dan tidak merusak lingkungan.

Hal ini pun disambut baik oleh Gubenur Bali Wayan Koster. Pria asal Buleleng ini memang terlihat semangat untuk membuat Bali ini mandiri dalam urusan energi dan tentunya harus menggunakan energi yang ramah lingkungan.

Koster menyebut berbagai cara dapat dilakukan untuk merealisasikan hal ini. Salahs satunya menggunakan kendaraan listrik.

Namun masalahnya, biayanya memang cukup mahal untuk di pembelian kendaraan motor listrik.

“Kalau sepeda motor listrik itu mahal belinya dan mahal baterainya. Tapi, dia murah untuk perawatan karena dia tidak pakai bahan bakar dan juga oli,” ujarnya.

Menurut Koster, masyarakat selama ini tidak terlalu menyadari kalau pembelian sepeda motor yang masih menggunakan bahan bakar minyak, memiliki biaya perawatan yang mahal.

Berbeda halnya dengan kendaraan listrik. Selain tidak perawatan yang mahal, juga nantinya tidak menimbulkan polusi udara dan tentunya baik untuk lingkungan sebagaimana visinya Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

Kabar terbarunya juga, Koster sendiri akan membuat perakitan motor listrik ini akan dilakukan di Jembrana. Kapan? “Sabar dikit ya,” pungkasnya.

DENPASAR – Menteri Energi Sumber Daya Mineral RI Ignatius Jonan mendorong pemerintah provinsi Bali untuk menggunakan Energy Baru Terbarukan (EBT).

Bahkan, berharap Pulau Dewata ini dapat menerapkannya hingga 50 persen. Hal tersebut disampaikan Ignatius Jonan saat acara penandatanganan perjanjian kerjasama

antara Pemerintah Provinsi Bali dengan PT PLN (Persero) tentang Penguatan Sistem Ketenagalistrikan dengan Pemanfaatan Energi Bersih di Provinsi Bali di Kantor Gubenur Bali, Rabu (21/8) siang.

Kata Jonan, sesuai dengan Paris Agreement Tahun 2015, pemerintah Indonesia mendukung dan berkomitmen untuk 23 persen bauran energy maupun kelistrikan itu berasal dari bahan bakar yang terbarukan atau energi terbarukan.

“Nah, Gubenur Bali ini sangat mendukung. Makanya saya berharap Gubernur Bali pada tahun 2025 dapat merealisasikan bukan 23 persen, melainkan 50 persen lah. Kan pakai rooftop, motor listrik dan sebaginya ini, bisalah,” ujar Jonan.

Jonan berharap penerapan 50 persen menggunakan EBT di pulau Dewata ini juga dapat dukungan dari para bupati dan wali kota.

Agar nantinya Bali dapat menjadi percontohan nasional sebagai provinsi pertama yang berhasil menerapkan energi bersih dan tidak merusak lingkungan.

Hal ini pun disambut baik oleh Gubenur Bali Wayan Koster. Pria asal Buleleng ini memang terlihat semangat untuk membuat Bali ini mandiri dalam urusan energi dan tentunya harus menggunakan energi yang ramah lingkungan.

Koster menyebut berbagai cara dapat dilakukan untuk merealisasikan hal ini. Salahs satunya menggunakan kendaraan listrik.

Namun masalahnya, biayanya memang cukup mahal untuk di pembelian kendaraan motor listrik.

“Kalau sepeda motor listrik itu mahal belinya dan mahal baterainya. Tapi, dia murah untuk perawatan karena dia tidak pakai bahan bakar dan juga oli,” ujarnya.

Menurut Koster, masyarakat selama ini tidak terlalu menyadari kalau pembelian sepeda motor yang masih menggunakan bahan bakar minyak, memiliki biaya perawatan yang mahal.

Berbeda halnya dengan kendaraan listrik. Selain tidak perawatan yang mahal, juga nantinya tidak menimbulkan polusi udara dan tentunya baik untuk lingkungan sebagaimana visinya Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

Kabar terbarunya juga, Koster sendiri akan membuat perakitan motor listrik ini akan dilakukan di Jembrana. Kapan? “Sabar dikit ya,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/