24 C
Jakarta
13 September 2024, 0:23 AM WIB

Bali Komit Bangun EBT 2025, Ini Catatan Penting Greenpeace Indonesia

DENPASAR – Beberapa tahun belakangan ini, pihak Greenpeace Indonesia melakukan advokasi di Pulau Dewata.

Di antaranya mengkritisi PLTU Celukan Bawang berbahan bakar batubara di Buleleng dan juga kampanye Energy Baru Terbarukan (EBT).

Juru kampanye iklim dan energy Greenpeace Indonesia Satrio Swandiko kepada Jawa Pos Radar Bali menyampaikan dukungannya terhadap langkah pemerintah daerah Bali dengan rencananya ingin memajukan energi terbarukan di Bali.

“Satu hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan gas yang notabene merupakan energi fossil,” ujar Satrio Swandiko, Kamis (22/8).

Menurutnya, walaupun emisi gas pembangkit listrik tenaga gas lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit listrik batu bara, namun pembangkit listrik berbasis gas bukanlah energi terbarukan dan bukan pula energi yang bersih sepenuhnya.

Karena itu, kata dia, pemerintah Bali perlu memperjelas target yang ingin dicapai. Saran Greenpeace Indonesia, Pemerintah Bali mungkin harus lebih fokus untuk mengembangkan energi terbarukan sepenuhnya.

Pasalnya, kata dia, Bali memiliki potensi energi surya yang cukup besar yang apabila dikembangkan dapat membantu Bali dalam mencapai target 50 persen energi terbarukan pada 2025.

“Bali akan mampu mencapai target 50 persen energi terbarukan apabila mendapat dukungan penuh dari stakeholder yang terkait seperti PLN hingga ke masyarakat,” ujarnya.

Terkait EBT sendiri, Menteri Energi Sumber Daya Mineral RI Ignatius Jonan hadir ke Bali untuk menyaksikan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Pemerintah Provinsi Bali dengan

PT PLN (Persero) terkait Penguatan Sistem Ketenagalistrikan dengan Pemanfaatan Energi Bersih di Provinsi Bali, di Kantor Gubernur Bali, Rabu (21/8) kemarin.

Dalam pertemuan tersebut, baik Jonan maupun Gubernur Bali Wayan Koster sepakat untuk menggunakan energy bersih yang baik dan ramah dengan lingkungan.

Bahkan, Koster juga menyebut rencana pembangunan PLTU tahap II di Celukan Bawang juga mesti berbasis EBT, bukan batubara.

Bahkan, pada tahun 2025 nanti, Jonan berharap Bali mampu menerapkan EBT 50 persen dari sumber kelistrikan di Bali.

“Makanya saya berharap Gubernur Bali pada tahun 2025 dapat merealisasikan bukan 23 persen, melainkan 50 persen lah. Kan pakai rooftop, motor listrik dan sebaginya ini, bisalah,” ujar Jonan. 

DENPASAR – Beberapa tahun belakangan ini, pihak Greenpeace Indonesia melakukan advokasi di Pulau Dewata.

Di antaranya mengkritisi PLTU Celukan Bawang berbahan bakar batubara di Buleleng dan juga kampanye Energy Baru Terbarukan (EBT).

Juru kampanye iklim dan energy Greenpeace Indonesia Satrio Swandiko kepada Jawa Pos Radar Bali menyampaikan dukungannya terhadap langkah pemerintah daerah Bali dengan rencananya ingin memajukan energi terbarukan di Bali.

“Satu hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan gas yang notabene merupakan energi fossil,” ujar Satrio Swandiko, Kamis (22/8).

Menurutnya, walaupun emisi gas pembangkit listrik tenaga gas lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit listrik batu bara, namun pembangkit listrik berbasis gas bukanlah energi terbarukan dan bukan pula energi yang bersih sepenuhnya.

Karena itu, kata dia, pemerintah Bali perlu memperjelas target yang ingin dicapai. Saran Greenpeace Indonesia, Pemerintah Bali mungkin harus lebih fokus untuk mengembangkan energi terbarukan sepenuhnya.

Pasalnya, kata dia, Bali memiliki potensi energi surya yang cukup besar yang apabila dikembangkan dapat membantu Bali dalam mencapai target 50 persen energi terbarukan pada 2025.

“Bali akan mampu mencapai target 50 persen energi terbarukan apabila mendapat dukungan penuh dari stakeholder yang terkait seperti PLN hingga ke masyarakat,” ujarnya.

Terkait EBT sendiri, Menteri Energi Sumber Daya Mineral RI Ignatius Jonan hadir ke Bali untuk menyaksikan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Pemerintah Provinsi Bali dengan

PT PLN (Persero) terkait Penguatan Sistem Ketenagalistrikan dengan Pemanfaatan Energi Bersih di Provinsi Bali, di Kantor Gubernur Bali, Rabu (21/8) kemarin.

Dalam pertemuan tersebut, baik Jonan maupun Gubernur Bali Wayan Koster sepakat untuk menggunakan energy bersih yang baik dan ramah dengan lingkungan.

Bahkan, Koster juga menyebut rencana pembangunan PLTU tahap II di Celukan Bawang juga mesti berbasis EBT, bukan batubara.

Bahkan, pada tahun 2025 nanti, Jonan berharap Bali mampu menerapkan EBT 50 persen dari sumber kelistrikan di Bali.

“Makanya saya berharap Gubernur Bali pada tahun 2025 dapat merealisasikan bukan 23 persen, melainkan 50 persen lah. Kan pakai rooftop, motor listrik dan sebaginya ini, bisalah,” ujar Jonan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/