SINGARAJA – Kasus Covid-19 di Bali tak kunjung bisa dikendalikan. Kasus Covid-19 dengan kondisi orang tanpa gejala (asimtomatik) dan pasien dengan gejala ringan (simtomatik), terus bertambah.
Bahkan, penularan Covid-19 kini menyasar klaster keluarga dan ruang-ruang perkantoran. Ironisnya, berbagai kebijakan dan upaya yang dilakukan Gubernur Bali Wayan Koster belum membuahkan hasil.
Kondisi ini mendapat perhatian anggota DPR RI dapil Bali I Ketut Kariyasa Adnyana. Ditemui saat menyalurkan bantuan bahan pangan tambahan bagi tenaga kesehatan dan nontenaga kesehatan
di Desa Kalibukbuk, Lovina, kemarin, mengatakan, penanganan Covid-19 di Bali belum optimal lantaran masih rendahnya metode real time polymerase chain reaction (RT PCR).
Semestinya penanganan Covid-19 di Bali lebih banyak test swab dilakukan. Karena makin banyak dilakukan tes makin cepat mengetahui orang terkonfirmasi Covid-19 makin mudah menangani.
“Karena saya tidak yakin, kendati vaksin ditemukan tahun 2020 ini belum tentu dapat disebarluaskan ditengah masyarakat dalam waktu cepat.
Kalau masih mendeteksi orang yang positif Covid-19 dengan tracking sudah tidak relevan. Kami dorong Pemprov Bali perbanyak test swab,” ujar Kariyasa Adnyana.
Politisi PDIP ini menyebut setiap hari angka penderita Covid-19 terus terjadi penambahan dan tidak terkendali. Ditambah lagi adanya klaster keluarga dan perkantoran.
“Khawatirnya, jangan sampai pejabat menular Covid-19 kepada rakyat. Ini tambah masalah lagi. Solusi tes swab diperbanyak sesuai petunjuk WHO,” ungkapnya.
Standar test swab setiap hari seharusnya 1 berbanding 1.000. Namun, di Bali masih rendah. Dulu sejak muncul Covid-19 Bali kekurangan alat tes PCR.
Tapi, saat ini alat ts PCR tersebut sudah ada dimasing-masing rumah sakit rujukan Covid-19. Cara yang dapat dilakukan untuk test PCR massal dilakukan di daerah yang masuk zona merah Covid-19.
Dan, itu dapat dilakukan sementara waktu dengan metode acak. Semakin banyak mengetahui dan mendeteksi angka Covid-19, maka kasus Covid-19 akan semakin menurun.
“Sehingga warga yang sudah memiliki hasil tes PCR begitu ada gejala klinis menunjukkan Covid-19 dengan cepat dirujuk ke rumah sakit,” beber politisi asal Busungbiu, Buleleng ini.
Dia menambahkan, dampak Covid-19, dirasakan semua wilayah. Terlebih bagi Bali yang menjadi salah satu provinsi terkena dampak paling parah akibat pandemic ini.
Dimana Bali sumber pendapatan hampir 60 persen lebih pada sektor pariwisata. Pertumbuhan ekonomi Bali sudah minus 10 persen. Bahkan, pengusaha pariwisata di Bali mulai angkat tangan.
Untuk dapat menggerakan roda ekonomi diluar pariwisata. Selain dapat ditempuh dengan program sosial BLT, BSU, bantuan pekerja swasta.
“Jalan lain yang bisa ditempuh pertanian dengan program padat karya yang bisa dilakukan di tingkat desa,” imbuh Kariyasa.