34.3 C
Jakarta
5 September 2024, 12:46 PM WIB

91 Warga Binaan Positif Covid-19, 7 di Antaranya Tahanan Warga Asing

DENPASAR – Penyebaran kasus positif Covid-19 di Lapas Kelas IIA Kerobokan berlangsung sangat cepat. Hingga kemarin sebanyak 91 orang tahanan atau warga binaan harus menjalani isolasi.

Dari 91 tahanan yang positif, 7 di antaranya adalah warga negara asing (WNA). Jumlah kasus positif Covid-19 di lapas terbesar di Bali itu berpeluang bertambah jika hasil tes terhadap 132 tahanan lain yang dilakukan pada 24 Oktober lalu keluar. 

Untuk mencegah kasus meluas, pihak lapas pun mengisolasi 91 tahanan. Mereka diisolasi di ruangan khusus, yakni di dalam aula dan Wisma Kuta yang ada di dalam Lapas Kerobokan.

Para tahanan ini akan menjalani isolasi selama 14 hari kedepan. Setelah itu mereka akan kembali melakukan swab test. Jika hasilnya negative, maka warga binaan akan dikembalikan ke dalam selnya masing-masing.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bali, Jamaruli Manihuruk menegaskan, tahanan positif Covid-19 ini tidak bisa diisolasi di luar lapas karena mereka menjalani masa hukuman. 

“Kalau ditempatkan di blok justru berbahaya karena bercampur dengan warga binaan yang sehat. Jadi kami tempatkan tersendiri yakni di Wisma Kuta dan di aula,” beber Jamaruli, kemarin.

Menurut Jamaruli, aula yang digunakan untuk isolasi sangat memadai karena ruangannya cukup luas. Jamaruli sendiri telah mengecek para warga binaan secara langsung.

“Kondisinya mereka sangat baik. Sebagian besar, mereka dalam kondisi tidak ada gangguan kesehatan atau Orang Tanpa Gejala (OTG). Mereka rata-rata OTG. Jadi, tidak ada dari mereka yang flu atau sakit lainnya,” ungkapnya.

Terkait warga asing yang positif Covid-19, mereka diisolasi dengan warga binaan lainnya dalam satu tempat.

Jamaruli menyebut isolasi dalam satu tempat antara warga asing dan WNI membuktikan tidak ada diskriminasi atau perlakuan khusus di dalam lapas.

“Sama saja (warga asing atau WNI), tidak ada perlakuan khusus,” tukasnya. Untuk mempercepat pemulihan, pihaknya juga akan menggenjot imun tubuh.

Para tahanan yang positif akan diberikan asupan vitamin. Selain itu, mereka diwajibkan mengikuti kegiatan olah raga. 

“Di dalam itu kami wajibkan mereka harus olahraga. Biar berkeringat, sehingga cairan dalam tubuh bisa berganti. Selain itu mereka harus berjemur.

Meski kondisi mereka bagus, itu harus kami jalankan. Mereka wajib memakai masker dan menjaga kebersihan,” tandasnya. 

Langkah lain yang dilakukan adalah mewajibkan petugas yang akan masuk lapas mandi terlebih dahulu. Pihaknya sudah berbicara dengan Kalapas Kerobokan.

Mulai kemarin pegawai lapas yang masuk ke dalam lapas harus mandi. Pihaknya sudah menyiapkan fasilitas mandi untuk pegawai. 

Dijelaskan lebih lanjut, pihaknya akan melakukan tracing atau penelusuran sumber penyebaran Covid-19 di dalam lapas.

Jamaruli menegaskan, sampai saat ini pihaknya belum berpikir memindah warga binaan keluar dari lapas.

Katanya, pemindahan para warga binaan itu dibutuhkan kehati-hatian. Salah satunya harus menyiapkan kendaraan khusus.

“Jangan sampai pas dipindahkan, malah masyarakat di jalan yang kena. Kami pun harus konsultasi dengan pihak kesehatan. Semuanya harus berhati-hati,” pungkasnya.

DENPASAR – Penyebaran kasus positif Covid-19 di Lapas Kelas IIA Kerobokan berlangsung sangat cepat. Hingga kemarin sebanyak 91 orang tahanan atau warga binaan harus menjalani isolasi.

Dari 91 tahanan yang positif, 7 di antaranya adalah warga negara asing (WNA). Jumlah kasus positif Covid-19 di lapas terbesar di Bali itu berpeluang bertambah jika hasil tes terhadap 132 tahanan lain yang dilakukan pada 24 Oktober lalu keluar. 

Untuk mencegah kasus meluas, pihak lapas pun mengisolasi 91 tahanan. Mereka diisolasi di ruangan khusus, yakni di dalam aula dan Wisma Kuta yang ada di dalam Lapas Kerobokan.

Para tahanan ini akan menjalani isolasi selama 14 hari kedepan. Setelah itu mereka akan kembali melakukan swab test. Jika hasilnya negative, maka warga binaan akan dikembalikan ke dalam selnya masing-masing.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bali, Jamaruli Manihuruk menegaskan, tahanan positif Covid-19 ini tidak bisa diisolasi di luar lapas karena mereka menjalani masa hukuman. 

“Kalau ditempatkan di blok justru berbahaya karena bercampur dengan warga binaan yang sehat. Jadi kami tempatkan tersendiri yakni di Wisma Kuta dan di aula,” beber Jamaruli, kemarin.

Menurut Jamaruli, aula yang digunakan untuk isolasi sangat memadai karena ruangannya cukup luas. Jamaruli sendiri telah mengecek para warga binaan secara langsung.

“Kondisinya mereka sangat baik. Sebagian besar, mereka dalam kondisi tidak ada gangguan kesehatan atau Orang Tanpa Gejala (OTG). Mereka rata-rata OTG. Jadi, tidak ada dari mereka yang flu atau sakit lainnya,” ungkapnya.

Terkait warga asing yang positif Covid-19, mereka diisolasi dengan warga binaan lainnya dalam satu tempat.

Jamaruli menyebut isolasi dalam satu tempat antara warga asing dan WNI membuktikan tidak ada diskriminasi atau perlakuan khusus di dalam lapas.

“Sama saja (warga asing atau WNI), tidak ada perlakuan khusus,” tukasnya. Untuk mempercepat pemulihan, pihaknya juga akan menggenjot imun tubuh.

Para tahanan yang positif akan diberikan asupan vitamin. Selain itu, mereka diwajibkan mengikuti kegiatan olah raga. 

“Di dalam itu kami wajibkan mereka harus olahraga. Biar berkeringat, sehingga cairan dalam tubuh bisa berganti. Selain itu mereka harus berjemur.

Meski kondisi mereka bagus, itu harus kami jalankan. Mereka wajib memakai masker dan menjaga kebersihan,” tandasnya. 

Langkah lain yang dilakukan adalah mewajibkan petugas yang akan masuk lapas mandi terlebih dahulu. Pihaknya sudah berbicara dengan Kalapas Kerobokan.

Mulai kemarin pegawai lapas yang masuk ke dalam lapas harus mandi. Pihaknya sudah menyiapkan fasilitas mandi untuk pegawai. 

Dijelaskan lebih lanjut, pihaknya akan melakukan tracing atau penelusuran sumber penyebaran Covid-19 di dalam lapas.

Jamaruli menegaskan, sampai saat ini pihaknya belum berpikir memindah warga binaan keluar dari lapas.

Katanya, pemindahan para warga binaan itu dibutuhkan kehati-hatian. Salah satunya harus menyiapkan kendaraan khusus.

“Jangan sampai pas dipindahkan, malah masyarakat di jalan yang kena. Kami pun harus konsultasi dengan pihak kesehatan. Semuanya harus berhati-hati,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/