26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 2:55 AM WIB

Fakta Mengerikan, Setahun Ribuan Orang Bali Terjangkit HIV/AIDS

DENPASAR – Kasus orang dengan HIV/Aids (ODHA) di Bali ternyata masih tetap tinggi. Hal tersebut terungkap dalam diskusi bertajuk Ngobrol Santai Soal HIV pada Minggu (31/3) sore.

Acara yang dipelopori Yayasan Kesehatan Bali (YAKEBA), Forum Diskusi Peduli Bali dan Forum Peduli Aids Bali yang diselenggarakan di Kubu Kopi, Denpasar tersebut pun berlangsung menarik.

Acara tersebut mengungkap data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali terkait kasus Aids yang terjadi dari tahun 1987 hingga tahun 2018 lalu.

Total ada 20.471 orang terjangkit virus HIV/Aids dalam kurun waktu tersebut di Bali. Mereka yang terjangkit virus tersebut diperkirakan karena faktor resiko heteroseksual (15.671),

homoseksual (2.872), IDU (856), Perinatal (585), Biseksual (90), Tatto (10) dan tidak diketahui (386).

Kondisi terakhir, data di tahun 2018 menyebutkan, ada 2.174 orang terbaru yang terjangkit virus yang mematikan tersebut.

Angka tersebut terdiri dari 742 orang penderita Aids dan 1.432 orang terjangkt HIV. Bila dibandingkan dengan data di tahun 2017,

angka di tahun 2018 tersebut sejatinya sudah turun dari tahun, yakni mencapai 2.466 orang yang terdiri dari Aids 736 orang dan 2.466 orang HIV.

Menariknya juga, Kota Denpasar ternyata masih paling tertinggi yakni mencapai 7.664 orang, disusul Badung sebanyak 3.358 orang dan Buleleng dengan 3.016 orang.

Masih tingginya angka penderita HIV/Aids, ditanggapi oleh Prof. Dr.dr Ketut Tuti Parwati Merati, dosen yang juga penemu virus HIV/Aids pertama di Bali pada tahun 1987 silam.

“Kini HIV tidak hanya menjadi urusan kesehatan saja, tetapi juga moral. Bahkan saya sendiri pernah dihindari pasien karena saya kerap menangani pasien HIV,” ujarnya.

Perempuan yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tersebut kini kerap menyosialiasikan bahwa virus HIV/Aids tersebut sudah ada obatnya.

“Dulu kan stigma yang berkembang, virus ini tidak ada obatnya. Sekarang sudah ada obatnya. Stigma ini harus sering dimunculkan,” tuturnya.

Untuk itu pula, Prof Tuti mengimbau agar masyarakat untuk tak takut melakukan test HIV/Aids. Seperti para ibu hamil untuk wajib di test, agar jikalau sang ibu positif, dapat diobati, agar anaknya tak tertular juga.

“Jika Anda berasa berisiko, tes aja. Supaya tidak terkena stigma. Cegah sebelum ada stigma,” tegasnya.

Hal tersebut juga didukung oleh Angota DPRD Provinsi Bali, yakni Adhi Arnawa dari komisi II dan Nyoman Parta dari komisi IV yang hadir dalam acara Ngobrol Santai Soal HIV tersebut.

“Setelah 17 April nanti, kami tunggu kawan-kawan LSM, aktivis dan lainnya untuk ngobrol di DPRD soal ini,” ujar Parta. 

DENPASAR – Kasus orang dengan HIV/Aids (ODHA) di Bali ternyata masih tetap tinggi. Hal tersebut terungkap dalam diskusi bertajuk Ngobrol Santai Soal HIV pada Minggu (31/3) sore.

Acara yang dipelopori Yayasan Kesehatan Bali (YAKEBA), Forum Diskusi Peduli Bali dan Forum Peduli Aids Bali yang diselenggarakan di Kubu Kopi, Denpasar tersebut pun berlangsung menarik.

Acara tersebut mengungkap data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali terkait kasus Aids yang terjadi dari tahun 1987 hingga tahun 2018 lalu.

Total ada 20.471 orang terjangkit virus HIV/Aids dalam kurun waktu tersebut di Bali. Mereka yang terjangkit virus tersebut diperkirakan karena faktor resiko heteroseksual (15.671),

homoseksual (2.872), IDU (856), Perinatal (585), Biseksual (90), Tatto (10) dan tidak diketahui (386).

Kondisi terakhir, data di tahun 2018 menyebutkan, ada 2.174 orang terbaru yang terjangkit virus yang mematikan tersebut.

Angka tersebut terdiri dari 742 orang penderita Aids dan 1.432 orang terjangkt HIV. Bila dibandingkan dengan data di tahun 2017,

angka di tahun 2018 tersebut sejatinya sudah turun dari tahun, yakni mencapai 2.466 orang yang terdiri dari Aids 736 orang dan 2.466 orang HIV.

Menariknya juga, Kota Denpasar ternyata masih paling tertinggi yakni mencapai 7.664 orang, disusul Badung sebanyak 3.358 orang dan Buleleng dengan 3.016 orang.

Masih tingginya angka penderita HIV/Aids, ditanggapi oleh Prof. Dr.dr Ketut Tuti Parwati Merati, dosen yang juga penemu virus HIV/Aids pertama di Bali pada tahun 1987 silam.

“Kini HIV tidak hanya menjadi urusan kesehatan saja, tetapi juga moral. Bahkan saya sendiri pernah dihindari pasien karena saya kerap menangani pasien HIV,” ujarnya.

Perempuan yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tersebut kini kerap menyosialiasikan bahwa virus HIV/Aids tersebut sudah ada obatnya.

“Dulu kan stigma yang berkembang, virus ini tidak ada obatnya. Sekarang sudah ada obatnya. Stigma ini harus sering dimunculkan,” tuturnya.

Untuk itu pula, Prof Tuti mengimbau agar masyarakat untuk tak takut melakukan test HIV/Aids. Seperti para ibu hamil untuk wajib di test, agar jikalau sang ibu positif, dapat diobati, agar anaknya tak tertular juga.

“Jika Anda berasa berisiko, tes aja. Supaya tidak terkena stigma. Cegah sebelum ada stigma,” tegasnya.

Hal tersebut juga didukung oleh Angota DPRD Provinsi Bali, yakni Adhi Arnawa dari komisi II dan Nyoman Parta dari komisi IV yang hadir dalam acara Ngobrol Santai Soal HIV tersebut.

“Setelah 17 April nanti, kami tunggu kawan-kawan LSM, aktivis dan lainnya untuk ngobrol di DPRD soal ini,” ujar Parta. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/