TABANAN- Setelah aksi Samuel Lockton, wisatawan asal Australia memanjat pohon beringin di dekat pura Dalem Dakdakan, Desa Abiantuwung, Kediri Tabanan viral di medsos. Pengurus atau Prajuru Desa Adat Kelaci Kelod, Banjar Dakdakan, Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri bakal melaksanakan upacara mareresik atau pembersihan secara niskala sekitar pohon beringin tersebut.
Hal itu dilakukan untuk menjaga nilai kesucian areal setra dan pura dalem. “Besok, Senin (13/6) Upacara. Upacaranya bukan guru piduka, tetapi Prayascita Durmanggala,” ucap Bendesa Adat Kelaci Kelod, I Gusti Made Astawa I Gusti Made Astawa, Minggu (12/6).
Dia mengatakan upacara dengan sarana banten Prayascita dan Tebasan Durmanggala ini akan dilaksanakan pada Senin pagi. Upacara itu akan dilaksanakan setelah pihaknya meminta pendapat pemangku dan beberapa tokoh desa di adat usai kejadian itu.
Perihal biaya pelaksanaan upacara, dia menyebut bahwa Samuel Lockton berjanji akan memenuhinya. Bule itu juga akan datang saat pelaksanaan upacara dan diantar pihak Keimigrasian.
“Kemarin dia betul-betul tidak bawa uang. Cuma memberikan Rp 150 ribu. Kebetulan yang terima kemarin itu petajuh atau wakil saya,” ungkapnya.
Kepastian ini ia dapatkan setelah Samuel Lockton membuat surat pernyataan di Polsek Kediri. “Tadi pertemuan dengan Imigrasi lagi. Kami sudah buat berita acara perdamaian. Kemarin itu dia saja yang buat. Besok (saat upacara) dia datang diantar pihak Imigrasi,” akunya.
Upacara yang akan dilaksanakan pihaknya ini sama seperti yang dilakukan saat prajuru adat memangkas beberapa bagian pohon beringin tersebut sekitar satu bulan lalu.
“Waktu itu kebetulan lagi musim angin kencang, kami waswas ada bagian beringin yang patah atau tumbang dan menimpa bangunan pura. Habis pemangkasan kami haturkan Prayascita Durmanggala juga,” kata I Gusti Made Astawa.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa pohon beringin yang dipanjat Samuel Lockton berada di areal setra atau kuburan. “Beringin itu posisinya di kuburan. Bukan di pura,” jelasnya.
Karena itu, pihaknya di kepengurusan adat tidak memperpanjang persoalan akibat ulah bule itu. Meski ia mengakui, perbuatan itu membuat terkejut dan marah warga lantaran pohon beringin itu dikeramatkan. “Di bawah beringin itu ada patung raksasa Celuluk,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, patung itu sudah ada sejak tahun 80-an. Pohon beringin yang ada sekarang tumbuh dari bagian lengan kanan patung itu.
“Awalnya cuma di kepala. Pas di ubun-ubun. Habis itu dicabut karena takut merusak patung. Beberapa tahun kemudian muncul lagi di lengan kanannya. Sejak itu masyarakat tidak berani lagi mencabutnya,” tuturnya.
Disisi lain Kapolres Tabanan AKBP Ranefli Dian Candra mengungkapkan, proses selanjutnya terhadap Samuel Lockton akan dilakukan pihak Imigrasi. “Tim Imigrasi melakukan interogasi juga. Saat ini yang bersangkutan (bule) itu kami serahkan kepada pihak Imigrasi untuk penanganan lebih lanjutnya,” jelasnya.
Apakah ada unsur gangguan kamtibmas, atau tindak pidana lainnya dalam kejadian tersebut. AKBP Ranefli menyebut pihaknya tidak dapat memproses secara pidana karena tidak ada sama sekali memenuhi untuk dilakukan penyidikan. “Unsur pidananya tidak ada maka tidak kami proses,” kata Kapolres.
Pun terkait dengan pidana penodaan agama pun sama. Dimana unsur niat dalam melakukan tindak kejahatan oleh WN Australia itu tidak ada. Dari pengakuannya bahwa memang ingin membuat konten.
Dan dirinya tidak mengetahui bahwa pohon yang dipanjat itu disucikan oleh umat Hindu Bali. Karena tidak ada unsur apapun, maka penyelesaian apakah akan dideportasi atau tetap bisa tinggal dengan pemantauan adalah wilayah Imigrasi untuk penanganannya. “Jadi mereka yang akan melakukan proses apakah ada unsur pelanggaran UU Keimigrasian,” tandasnya.