25.6 C
Jakarta
24 November 2024, 3:13 AM WIB

Cegah Stunting dengan Konsumsi Gizi Seimbang

KLUNGKUNG, Radar Bali- Pemerintah mengajak generasi muda di Kabupaten Klungkung untuk melakukan pencegahan stunting sejak dini. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah menjaga asupan makan dengan gizi seimbang. Terpenuhinya asupan gizi dapat mencegah calon anak mereka bebas stunting.

Demikian disampaikan Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta dalam Diseminasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting bertajuk Kepoin GenBest: “Cegah Stunting dengan Gizi Seimbang, untuk Generasi yang Cemerlang” yang diselenggarakan di Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis (27/10).

Menurutnya angka prevalensi stunting di Kabupaten Klungkung masih diatas target pemerintah yaitu 14 persen, oleh karenanya diharapkan pada tahun 2024 angka stunting Kabupaten Klungkung sudah harus mencapai target. Stunting harus dicegah karena berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, serta risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

“Angka prevalensi stunting di Kabupaten Klungkung masih berada pada angka 19,4 persen. Untuk itu, mari kita bersama-sama mendukung percepatan penurunan stunting ini,” katanya. Data Studi Status Gizi Indonesia tahun 2021, menyatakan angka stunting Provinsi Bali sebesar 10,9 persen atau yang terendah di Indonesia. Sementara angka rata-rata nasional yaitu 24,4 persen. Pemenuhan gizi seimbang dapat dilakukan dengan merujuk pada “Isi Piringku” yang menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring. Porsi makan tersebut terdiri dari 50 persen buah dan sayur, serta 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. Isi Piringku juga menekankan untuk membatasi gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari.

Pemerintah hingga kini terus berupaya menurunkan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024. Hal ini karena pada tahun 2030, Indonesia akan menghadapi era bonus demografi dimana generasi produktif yakni generasi milenial dan generasi Z akan mendominasi komposisi penduduk Indonesia. Artinya, pada era tersebut jumlah angkatan kerja usia produktif di Indonesia akan berjumlah di atas 50 persen. “Golongan usia sangat produktif ini bisa meningkatkan produktivitas nasional. Kunci dari kemajuan bangsa sebetulnya letaknya ada di produktifitas,” ujarnya.

Dokter yang kerap membagikan edukasi melalui media sosial Gia Pratama Putra, yang hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, mengulas pentingnya asupan nutrisi bagi tubuh. Ia menjelaskan tubuh terdiri dari triliunan sel yang berbeda-beda fungsinya. Sel-sel tersebut dikumpulkan menjadi satu menjadi organ yang menjalankan fungsi dalam satu sistem tubuh yang berbeda-beda, dimana setiap sel beregenerasi terus menerus karena selalu ada sel yang mati. “Tubuh mendapatkan bahan baku untuk regenerasi sel yang baru hanya dari apapun yang dikonsumsi. Oleh karena itu apapun yang dikonsumsi manusia sangat krusial karena akan menjadi bahan baku regenerasi sel berikutnya,” kata Gia.

Narasumber lain, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Bali, Ni Luh Gede Sukardiasih, mengatakan meskipun Provinsi Bali memiliki angka stunting yang paling rendah di Indonesia, namun masih ada kesenjangan di antara setiap kabupaten atau kota. “Apalagi jika kita masuk ke daerah pedesaan, masih ada angka stunting yang di atas 25 persen. Oleh karena itu kita tidak boleh berbangga dan lalai. Tetap harus menjaga, mempertahankan bahkan menurunkan angka stunting ini,” jelasnya.

Dilanjutkan Ni Luh, selain asupan nutrisi ada banyak faktor yang menjadi penyebab stunting. “Faktor sensitif yang paling banyak mempengaruhi, yaitu sosial ekonomi. Ada faktor langsung, penyakit atau infeksi kronis. Kemiskinan, kesulitan makanan dan sanitasi yang buruk,” ungkapnya.

Forum Kepoin GenBest yang diadakan di Kabupaten Klungkung adalah bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.

Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik. (mar/han)

 

KLUNGKUNG, Radar Bali- Pemerintah mengajak generasi muda di Kabupaten Klungkung untuk melakukan pencegahan stunting sejak dini. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah menjaga asupan makan dengan gizi seimbang. Terpenuhinya asupan gizi dapat mencegah calon anak mereka bebas stunting.

Demikian disampaikan Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta dalam Diseminasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting bertajuk Kepoin GenBest: “Cegah Stunting dengan Gizi Seimbang, untuk Generasi yang Cemerlang” yang diselenggarakan di Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis (27/10).

Menurutnya angka prevalensi stunting di Kabupaten Klungkung masih diatas target pemerintah yaitu 14 persen, oleh karenanya diharapkan pada tahun 2024 angka stunting Kabupaten Klungkung sudah harus mencapai target. Stunting harus dicegah karena berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, serta risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

“Angka prevalensi stunting di Kabupaten Klungkung masih berada pada angka 19,4 persen. Untuk itu, mari kita bersama-sama mendukung percepatan penurunan stunting ini,” katanya. Data Studi Status Gizi Indonesia tahun 2021, menyatakan angka stunting Provinsi Bali sebesar 10,9 persen atau yang terendah di Indonesia. Sementara angka rata-rata nasional yaitu 24,4 persen. Pemenuhan gizi seimbang dapat dilakukan dengan merujuk pada “Isi Piringku” yang menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring. Porsi makan tersebut terdiri dari 50 persen buah dan sayur, serta 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. Isi Piringku juga menekankan untuk membatasi gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari.

Pemerintah hingga kini terus berupaya menurunkan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024. Hal ini karena pada tahun 2030, Indonesia akan menghadapi era bonus demografi dimana generasi produktif yakni generasi milenial dan generasi Z akan mendominasi komposisi penduduk Indonesia. Artinya, pada era tersebut jumlah angkatan kerja usia produktif di Indonesia akan berjumlah di atas 50 persen. “Golongan usia sangat produktif ini bisa meningkatkan produktivitas nasional. Kunci dari kemajuan bangsa sebetulnya letaknya ada di produktifitas,” ujarnya.

Dokter yang kerap membagikan edukasi melalui media sosial Gia Pratama Putra, yang hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, mengulas pentingnya asupan nutrisi bagi tubuh. Ia menjelaskan tubuh terdiri dari triliunan sel yang berbeda-beda fungsinya. Sel-sel tersebut dikumpulkan menjadi satu menjadi organ yang menjalankan fungsi dalam satu sistem tubuh yang berbeda-beda, dimana setiap sel beregenerasi terus menerus karena selalu ada sel yang mati. “Tubuh mendapatkan bahan baku untuk regenerasi sel yang baru hanya dari apapun yang dikonsumsi. Oleh karena itu apapun yang dikonsumsi manusia sangat krusial karena akan menjadi bahan baku regenerasi sel berikutnya,” kata Gia.

Narasumber lain, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Bali, Ni Luh Gede Sukardiasih, mengatakan meskipun Provinsi Bali memiliki angka stunting yang paling rendah di Indonesia, namun masih ada kesenjangan di antara setiap kabupaten atau kota. “Apalagi jika kita masuk ke daerah pedesaan, masih ada angka stunting yang di atas 25 persen. Oleh karena itu kita tidak boleh berbangga dan lalai. Tetap harus menjaga, mempertahankan bahkan menurunkan angka stunting ini,” jelasnya.

Dilanjutkan Ni Luh, selain asupan nutrisi ada banyak faktor yang menjadi penyebab stunting. “Faktor sensitif yang paling banyak mempengaruhi, yaitu sosial ekonomi. Ada faktor langsung, penyakit atau infeksi kronis. Kemiskinan, kesulitan makanan dan sanitasi yang buruk,” ungkapnya.

Forum Kepoin GenBest yang diadakan di Kabupaten Klungkung adalah bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.

Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik. (mar/han)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/