32.2 C
Jakarta
25 April 2024, 16:18 PM WIB

Kisah Warga Buleleng yang Jadi Pekerja Migran di Ukraina (1)

 

Ni Komang Wirati, 29, sama sekali tak menduga peluru kendali (rudal) dari Rusia akan menggempur kota-kota di Ukraina. Termasuk di Kiev, ibukota Ukraina tempat ia bekerja. Dalam kondisi kalut, Wirati akhirnya berhasil kembali ke tanah air. Meski harus beberapa kali merayap dalam perjalanan keluar dari zona perang.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

WIRATI terlihat bersemangat. Wanita yang kini berusia 29 tahun itu, dengan lancar menceritakan momen-momen menegangkan tatkala dia bermukim di Ukraina. Termasuk momen saat dia harus angkat kaki dari negara tempatnya mencari nafkah.

 

Dia ingat betul. Dentuman peluru kendali (rudal) pertama kali ia dengar pada Kamis (24/2) pukul 03.00 pagi, waktu setempat. Rudal itu disebut jatuh sekitar 20 kilometer dari jantung kota Kiev, ibukota Ukraina.

 

“Ada suara ledakan keras. Saya langsung tidak bisa tidur. Karyawan langsung diminta masuk bunker. Belakangan baru saya tahu, itu rudal dari Rusia. Saya baru sadar, kalau itu sudah perang,” cerita Wirati, saat ditemui di rumahnya yang terletak di Banjar Dinas Munduk, Desa Banjar, Rabu (9/1).

 

Wirati merupakan salah seorang dari 26 orang pekerja migran asal Bali yang bekerja di Ukraina. Ia berhasil kembali ke tanah air, setelah Kementerian Luar Negeri melakukan proses repatriasi (pemulangan, Red) kepada para pekerja migran di tanah air.

 

Wanita asal Desa Sinduwati, Karangasem itu, datang ke Ukraina pada akhir September 2021 lalu. Dia mendapat kontrak kerja sebagai terapis spa di Fairmont Hotel, Kiev.

 

Saat menjejakkan kaki di Ukraina pertama kalinya, dia langsung jatuh cinta dengan negara tersebut. Suasana di negara itu, disebut sangat mirip dengan negara-negara Eropa. Khususnya negara yang dekat dengan Laut Baltik.

 

“Saya langsung merasa betah di sana. Kotanya nyaman. Suasana kerja juga bagus. Manajer saya baik sekali. Selain itu salary-nya juga bagus. Saya kerja di hotel, tinggal juga di hotel itu. Ada 2 orang dari Bali yang kerja di hotel itu,” ungkapnya.

 

Baru 5 bulan menjalani kontrak kerja di Ukraina, ia harus menghadapi kenyataan bahwa negara itu digempur habis-habisan oleh negara tetangga. Wirati menyebut hal tersebut sama sekali tak terduga. Warga di Ukraina juga tak pernah menyangka bahwa Presiden Rusia, Vladamir Putin, bakal melakukan serangan militer ke negara tersebut.

 

Ia mengaku sempat memantau berita di internet. Dari berbagai referensi, ia masih yakin Rusia tak akan melakukan invasi ke Ukraina. Apalagi sampai melakukan penetrasi serangan hingga ke ibukota negara. Warga Ukraina meyakini, kontak senjata hanya akan terjadi di daerah yang dekat dengan Rusia.

 

“Kalau baca di berita, Rusia itu hanya mau memerdekakan provinsi Donetsk dan Luhansk. Tidak ada invasi, apalagi sampai ke ibukota. Sehari sebelum serangan itu, saya sama teman di Ukraina masih jalan-jalan. Warga di sana juga masih happy, ternyata jam 3 pagi itu sudah ada serangan rudal,” kata Wirati. (Bersambung)

 

Ni Komang Wirati, 29, sama sekali tak menduga peluru kendali (rudal) dari Rusia akan menggempur kota-kota di Ukraina. Termasuk di Kiev, ibukota Ukraina tempat ia bekerja. Dalam kondisi kalut, Wirati akhirnya berhasil kembali ke tanah air. Meski harus beberapa kali merayap dalam perjalanan keluar dari zona perang.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

WIRATI terlihat bersemangat. Wanita yang kini berusia 29 tahun itu, dengan lancar menceritakan momen-momen menegangkan tatkala dia bermukim di Ukraina. Termasuk momen saat dia harus angkat kaki dari negara tempatnya mencari nafkah.

 

Dia ingat betul. Dentuman peluru kendali (rudal) pertama kali ia dengar pada Kamis (24/2) pukul 03.00 pagi, waktu setempat. Rudal itu disebut jatuh sekitar 20 kilometer dari jantung kota Kiev, ibukota Ukraina.

 

“Ada suara ledakan keras. Saya langsung tidak bisa tidur. Karyawan langsung diminta masuk bunker. Belakangan baru saya tahu, itu rudal dari Rusia. Saya baru sadar, kalau itu sudah perang,” cerita Wirati, saat ditemui di rumahnya yang terletak di Banjar Dinas Munduk, Desa Banjar, Rabu (9/1).

 

Wirati merupakan salah seorang dari 26 orang pekerja migran asal Bali yang bekerja di Ukraina. Ia berhasil kembali ke tanah air, setelah Kementerian Luar Negeri melakukan proses repatriasi (pemulangan, Red) kepada para pekerja migran di tanah air.

 

Wanita asal Desa Sinduwati, Karangasem itu, datang ke Ukraina pada akhir September 2021 lalu. Dia mendapat kontrak kerja sebagai terapis spa di Fairmont Hotel, Kiev.

 

Saat menjejakkan kaki di Ukraina pertama kalinya, dia langsung jatuh cinta dengan negara tersebut. Suasana di negara itu, disebut sangat mirip dengan negara-negara Eropa. Khususnya negara yang dekat dengan Laut Baltik.

 

“Saya langsung merasa betah di sana. Kotanya nyaman. Suasana kerja juga bagus. Manajer saya baik sekali. Selain itu salary-nya juga bagus. Saya kerja di hotel, tinggal juga di hotel itu. Ada 2 orang dari Bali yang kerja di hotel itu,” ungkapnya.

 

Baru 5 bulan menjalani kontrak kerja di Ukraina, ia harus menghadapi kenyataan bahwa negara itu digempur habis-habisan oleh negara tetangga. Wirati menyebut hal tersebut sama sekali tak terduga. Warga di Ukraina juga tak pernah menyangka bahwa Presiden Rusia, Vladamir Putin, bakal melakukan serangan militer ke negara tersebut.

 

Ia mengaku sempat memantau berita di internet. Dari berbagai referensi, ia masih yakin Rusia tak akan melakukan invasi ke Ukraina. Apalagi sampai melakukan penetrasi serangan hingga ke ibukota negara. Warga Ukraina meyakini, kontak senjata hanya akan terjadi di daerah yang dekat dengan Rusia.

 

“Kalau baca di berita, Rusia itu hanya mau memerdekakan provinsi Donetsk dan Luhansk. Tidak ada invasi, apalagi sampai ke ibukota. Sehari sebelum serangan itu, saya sama teman di Ukraina masih jalan-jalan. Warga di sana juga masih happy, ternyata jam 3 pagi itu sudah ada serangan rudal,” kata Wirati. (Bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/