SINGARAJA-Kasus gigitan anjing terus melonjak tajam. Sepanjang tahun 2022, Dinas Pertanian Buleleng mencatat ada 88 kasus gigitan yang dilaporkan pada petugas peternakan. Diperkirakan masih ada belasan, bahkan puluhan kasus lain yang tak dilaporkan pada petugas.
Mengacu data Dinas Pertanian Buleleng, sepanjang tahun 2022 saja ada 88 kasus gigitan anjing yang dilaporkan. Sebanyak 6 kasus gigitan tidak ditemukan sampelnya, 8 kasus gigitan dinyatakan negatif rabies, sementara 74 kasus lainnya positif rabies. Itu artinya positivity rate dari 10 kasus gigitan anjing, 8 kasus diantaranya positif rabies.
Khusus bulan Juni tahun ini, juga mengalami peningkatan signifikan. Sejak tanggal 1-10 Juni, tercatat ada 20 kasus gigitan. Dari puluhan kasus itu, hanya 1 kasus yang dinyatakan negatif. Sedangkan 19 kasus lainnya, positif rabies.
Pada bulan Juni, kasus gigitan positif ditemukan di sejumlah desa. Yakni Desa Tinga-tinga, Pengulon, Pemuteran, dan Desa Gerokgak di Kecamatan Gerokgak; Desa Busungbiu, Tista, Pucaksari, dan Titab di Kecamatan Busungbiu; Desa Tangguwisia dan Patemon di Kecamatan Seririt; Kelurahan Banyuasri dan Desa Pohbergong di Kecamatan Buleleng; Desa Temukus, Desa Banyuatis, dan Desa Sidatapa di Kecamatan Banjar; serta Desa Kayuputih dan Desa Selat di Kecamatan Sukasada.
“Itu baru kasus yang dilaporkan saja. Kami menduga ada banyak kasus yang tidak dilaporkan pada kami. Karena kalau lihat laporan teman-teman di (dinas) kesehatan, warga yang minta VAR (Vaksin Anti Rabies), jumlahnya naik terus,” kata Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Dinas Pertanian Buleleng, I Made Suparma.
Menurut Suparma, warga idealnya segera melaporkan kasus gigitan anjing pada petugas peternakan. Sehingga petugas dapat memantau secara berkala kondisi kesehatan anjing.
“Kalau misalnya anjing liar yang menggigit, dan dibunuh, kami juga akan tindaklanjuti. Sampelnya akan kami ambil dan kirim ke Balai Besar Veteriner untuk diperiksa. Kalau hewan yang menggigit itu peliharaan sendiri, kami akan bantu memantau dan observasi kondisi kesehatannya,” ujarnya.
Lebih lanjut Suparma mengatakan, kasus rabies di Buleleng memang tergolong mengkhawatirkan. Sebab kasus gigitan anjing terus melonjak. Bahkan kini Buleleng berada pada posisi tiga besar kasus gigitan anjing tertinggi di Bali. Selain Buleleng, ada Kabupaten Karangasem dan Jembrana yang ikut masuk dalam posisi tersebut.
Ia mengaku pemerintah terus melakukan upaya untuk menekan kasus rabies. Salah satunya melakukan vaksinasi rabies. Hingga Kamis (16/6), Dinas Pertanian telah melakukan vaksinasi terhadap 20.895 ekor anjing.
“Sebagian besar itu anjing yang dipelihara dengan baik. Anjing liar juga ada beberapa. Jujur kami sangat terkendala melakukan vaksin anjing liar. Karena saat kami turun, anjingnya sembunyi. Sehingga harus kejar-kejaran,” demikian Suparma.
Asal tahu saja, kasus rabies di Kabupaten Buleleng kini kian mengkhawatirkan. Pada tahun 2021 lalu, hanya ada seorang warga yang meninggal karena rabies. Namun pada tahun 2022, sudah ada 7 orang yang jadi korban. (eps)