NEGARA, radarbali.id- Penanganan sampah di Jembrana dengan sejumlah program, di antaranya program stop dan TPST membuat volume sampah yang dibuat ke TPA Peh berkurang drastis.
Dilemanya, warga yang bekerja sebagai pemulung merasa berkurang pendapatan dari hasil memulung sampah plastik dan sampah lain yang bernilai ekonomi. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jembrana Dewa Gede Ary Chandra Wisnawa.
Menurutnya, berkurangnya volume sampah yang masuk ke TPA Peh, Desa Kaliakah dikeluhkan sejumlah pemulung.
Karena penurunan sampah yang dibuang ke TPA itu berpengaruh kepada pendapatan mereka yang sehari harinya mengais rezeki dengan memilah sampah di TPA tersebut.
“Ada keluhan dari sejumlah pemulung yang memilah langsung sampah di TPA Peh. Artinya volume sampah yang mereka daur ulang semakin berkurang dari sebelumnya. Kita cek juga pendapatan mereka dari awal ada penurunan signifikan,” ujarnya didampingi ketua Program STOP IÂ Made Yudiarsana, saat audiensi dengan Bupati Jembrana I Nengah Tamba, Senin (1/8).
Dari data, ada penurunan volume sampah yang masuk ke TPA Peh sebesar 34 persen atau 1558 ton. Penurunan itu dikarenakan sebagian sampah berhasil diolah terlebih dahulu masuk ke TPST di Jembrana. Sehingga hanya residu yang masuk ke TPA dan beban TPA Peh menampung kiriman sampah warga Jembrana bisa dikurangi.
Berkurangnya sampah yang terbuang ke TPA dan hanya residu yang dibuang, menurutnya sebagai  bentuk sinergi pemkab Jembrana yang  menggandeng program STOP berkontribusi dalam mengurangi beban TPA Peh.
Terkait keluhan dari sejumlah pemulung pihaknya tengah mencarikan sejumlah solusi. Di antaranya, dengan menyiapkan mereka sebagai tenaga pemilah sampah di TPST.
“Sisi positif persoalan ini sampah sudah mampu terkelola dengan  baik di TPST. Volume sampah yang masuk ke TPA Peh yang kondisinya overload berkurang. Sehingga pemulung kesulitan mencari bahan material di TPA,” terangnya.
Berkurangnya volume sampah yang masuk ke TPA Peh, menurut Ketua Program STOP IÂ Made Yudiarsana, sejak awal berjalannya TPST dari Januari 2021 hingga kuarter 2 tahun 2022, TPST Jembrana telah berhasil mengurangi sampah yang dikirim ke TPA.
“Setiap harinya ada 12 ton sampah masuk dan proses di TPST Jembrana . Itu hitungan rata perhari dari Truk LH, yang kita kelola di sebelumnya. Sedangkan sebelumnya  per hari rata-rata 40-50 ton sampah masuk ke TPA Peh,” ucap Yudiarsana.
Capaian itu masih bisa ditingkatkan guna mengurangi beban TPA Peh.
“Dari sisi jumlah layanan belum terlalu naik signifikan. Artinya jumlah sampah yang diangkut dan diolah ke TPST sehingga tidak langsung ke TPA Peh masih memungkinkan,” paparnya.
Karena itu, guna menguatkan lagi program ini, perlu diperkuat dengan kampanye dan sosialisasi.
“Terpenting untuk mendorong pola partisipasi masyarakat karena  disadari bukan pekerjaan mudah. Kita juga siapkan stimulan. Misalnya melalui lomba lomba atau pemberian doorprize.Tak kalah penting sinergi dukungan pemerintah daerah, desa kelurahan serta tokoh,” jelasnya.
Bupati Jembrana I Nengah Tamba dalam kesempatan itu mengapresiasi capaian dengan program STOP yang berhasil mengurangi volume sampah ke TPA Peh.
Bupati berharap cakupan bisa diperluas di TPST sehingga lebih banyak hanya residu yang dikirim ke TPA.
Di samping itu, bupati mendorong cakupan program diperluas kembali sehingga lebih banyak masyarakat terlibat dalam pemilahan sampah ke TPST.
Di antaranya, melalui  Lomba Pesona KEDAS (Keren Tidak Ada Sampah) yang diikuti oleh semua Desa dan Kelurahan. Juga dengan menggandeng berbagai stakeholder, baik dari itu dari desa adat seperti bendesa serta tokoh-tokoh organisasi keagamaan, organisasi PKK dan program sekolah zero waste.
“Menjadi atensi khusus yaitu  sinergi dan dukungan desa/kelurahan dengan perjanjian kerja sama antar desa yang dilayani TPST lebih banyak lagi termasuk didalamnya perarem (regulasi) tentang pengelolaan sampah,” pungkasnya. (bas/ken)