NEGARA-Seorang balita berusia 2 tahun enam bulan bernama Ni Kadek Ranta Cantikawati, warga Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, meninggal pada Senin (16/5) sore lalu. Korban mengalami gejala demam, takut air dan akhirnya meninggal setelah menjalani perawatan di rumah sakit umum (RSU) Negara.
Informasi yang dihimpun, balita ini meninggal setelah diterkam anjing warna putih milik tetangganya pada awal bulan April. “Anjing tetangga yang gigit, memang diliarkan,” kata Komang Darma Susada, ayah korban.
Korban digigit pada bagian lengan kiri, tepat di bagian lipatan lengan terdapat dua luka bekas gigitan. Sehingga korban dibawa ke Puskesmas 1 Negara. Namun, ayah korban yang disuruh untuk membersihkan luka gigitan anjing. “Saya dikasih sabun mama lemon oleh petugas. Ini di luar bersihin anaknya,” ujarnya, sembari menirukan ucapan perawat waktu itu.
Saat itu, lanjutnya, ia sudah menyampaikan pada tim medis puskesmas bahwa anaknya digigit anjing. Namum, tidak diberikan vaksin anti rabies. Korban hanya diberikan betadine pada luka bekas gigitan.
Sebelum meninggalkan puskesmas, dokter meminta ayah korban agar anjing tidak dibunuh. Nah, setelah sampai di rumah ia langsung mendatangi tetangganya dan memberitahukan agar anjingnya diikat dan dipantau.
Namun ternyata, lima hari kemudian anjing yang tidak diikat tiba-tiba menghilang. Komang Darma Susada kemudian meminta istrinya menghubungi petugas puskemas untuk menyampaikan bahwa anjing yang menggigit anaknya hilang. Sayangnya, pihak puskesmas menyampaikan agar membawa anaknya 14 hari lagi.
Hal itu membuatnya kecewa. Padahal ia berharap, setelah menyampaikan anjingnya hilang, puskesmas segera menyuntikkan vaksin pada anaknya. Karena Komang Darma Susada beranggapan, anjing yang hilang sudah dianggap mati, sehingga curiga rabies. “Karena anjingnya hilang, menurut saya sama dengan mati,” ungkapnya.
Korban dikira sudah sembuh. Karena beraktivitas seperti biasa. Namun berselang sekitar sebulan setelah gigitan anjing, tiba-tiba korban demam, Jumat (13/5) pagi. Sehingga dibawa lagi ke puskesmas 1 Negara. Namun korban tidak segera disuntik vaksin antirabies (VAR).
” Dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore, dokter dan perawat rembukan dulu. Tidak langsung dikasih VAR. Ada yang bilang tidak usah dikasih VAR nanti bermasalah, ada yang bilang dikasih saja sudah ada izin,” ungkapnya, menceritakan situasi saat dibawa ke puskesmas.
Akhirnya, korban disuntik VAR pada lengan kanan dan kirinya. Saat itu, ayah korban mempertanyakan pelayanan puskesmas yang telat memberikan VAR ada anaknya. Lalu dokter menjawab bahwa saat ini memang sulit VAR. “Kalau menurut dokter, kalau memang terjangkit anak Anda positif baru disuntik VAR. Makanya saya bilang apa nunggu mati anak saya biar dapat VAR, ternyata beneran,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur RSU Negara Ni Putu Eka Indrawati saat dikonfimasi menjelaskan, dari cerita saat pasien dibawa ke IGD RSU Negara, pasien digigit anjing tetangganya pada hari Selasa 5 April 2022. Sudah lapor ke Puskemas 1 Negara, lalu dilakukan observasi terhadap pasien. Anjing yang menggit hilang lima hari kemudian, tepatnya Minggu 10 April. “Laporan itu ditindaklanjuti dengan observasi lagi,” ujarnya.
Kemudian pada Kamis 12 April, pasien mengeluhkan panas, gelisah, muntah setiap diberi minum, hiperaktif, sering menangis dan setiap bertemu orang banyak panik.
Dengan keluhan itu, orangtuanya lalu membawa lagi Puskesmas 1 Negara, Jumat 13 April dan pasien diberi suntikan VAR pertama. Karena korban tidak sembuh, Sabtu (14/5) dirujuk ke IGD RSU Negara dan rawat inap. “Pasien dirujuk karena nambah gelisah tidak tidur 2 hari,” jelasnya.
Menurutnya, dari gejala seperti tidak mau tidur, diberi minum mual, sama orang takut, maka tim medis menyimpulkan yang dialami pasien mengarah rabies. “Kalau dari gejala mengarahnya rabies,” terangnya. (bas)