26.7 C
Jakarta
11 Desember 2024, 2:50 AM WIB

Penjualan Pakaian Bekas di Pasar Kodok Menurun, Ini Penyebabnya…

TABANAN – Konsumen pakaian bekas, rupanya, masih banyak. Pantauan Jawa Pos Radar Bali kemarin (31/1), Pasar Kodok Tabanan yang menjadi sentra penjualan pakaian bekas impor terbesar di Bali tidak pernah lengang.

Calon pembeli, dari anak muda hingga orang tua tidak sungkan memilih-milih pakaian di tempat ini. Salah seorang pembeli, Wahyu, 23, asal Gianyar.

Bahkan, Wahyu rela menempuh jarak lumayan jauh untuk memburu pakaian bekas di Pasar Kodok, Tabanan.

Alasan yang membuatnya suka membeli pakaian bekas, disamping harga terjangkau, model dan merek juga menjadi pertimbangan. “Kualitas jangan ditanya, saya kadang sama teman kesini (ke Pasar Kodok),” ujar Wahyu.

Pakaian yang dibeli kebanyakan lebih pada celana, dan jaket. Sementara untuk baju hampir jarang. Selain dari segi ukuran lebih besar, sangat sulit untuk divermak sesuai keinginan.

Salah seorang penjual pakaian bekas di Pasar Kodok, Misdawi mengatakan, sejak dua tahun ini kondisi Pasar Kodok mengalami penurunan dari segi pengunjung.

Menurutnya, kondisi ini terjadi lantaran menjamurnya lapak-lapak pakaian bekas yang kini menyebar di beberapa tempat di Bali.

“Justru sekarang ini perkembangan pedagang yang semakin banyak, tapi pembelinya sedikit,” kata pria yang telah berjualan sejak tahun 2005 silam ini. Disinggung mengenai harga modal yang ia keluarkan untuk satu kali pembelian.

Dia harus merogoh kocek antara Rp 7 hingga 10 juta untuk pembelian satu ball yang berisi 450 pakaian dari pengepul di wilayah Surabaya.

TABANAN – Konsumen pakaian bekas, rupanya, masih banyak. Pantauan Jawa Pos Radar Bali kemarin (31/1), Pasar Kodok Tabanan yang menjadi sentra penjualan pakaian bekas impor terbesar di Bali tidak pernah lengang.

Calon pembeli, dari anak muda hingga orang tua tidak sungkan memilih-milih pakaian di tempat ini. Salah seorang pembeli, Wahyu, 23, asal Gianyar.

Bahkan, Wahyu rela menempuh jarak lumayan jauh untuk memburu pakaian bekas di Pasar Kodok, Tabanan.

Alasan yang membuatnya suka membeli pakaian bekas, disamping harga terjangkau, model dan merek juga menjadi pertimbangan. “Kualitas jangan ditanya, saya kadang sama teman kesini (ke Pasar Kodok),” ujar Wahyu.

Pakaian yang dibeli kebanyakan lebih pada celana, dan jaket. Sementara untuk baju hampir jarang. Selain dari segi ukuran lebih besar, sangat sulit untuk divermak sesuai keinginan.

Salah seorang penjual pakaian bekas di Pasar Kodok, Misdawi mengatakan, sejak dua tahun ini kondisi Pasar Kodok mengalami penurunan dari segi pengunjung.

Menurutnya, kondisi ini terjadi lantaran menjamurnya lapak-lapak pakaian bekas yang kini menyebar di beberapa tempat di Bali.

“Justru sekarang ini perkembangan pedagang yang semakin banyak, tapi pembelinya sedikit,” kata pria yang telah berjualan sejak tahun 2005 silam ini. Disinggung mengenai harga modal yang ia keluarkan untuk satu kali pembelian.

Dia harus merogoh kocek antara Rp 7 hingga 10 juta untuk pembelian satu ball yang berisi 450 pakaian dari pengepul di wilayah Surabaya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/