33.5 C
Jakarta
21 November 2024, 14:06 PM WIB

Lokasi Lama Berdebu, Pasar Senggol Pindah Jualan ke GOR Kebo Iwa

GIANYAR – Proyek rehab pasar umum Gianyar juga berdampak pada pedagang pasar senggol. Pedagang senggol yang kebanyakan jualan makanan akhirnya dipindah ke GOR Kebo Iwa sejak Kamis (28/5) lalu.

Panitia Percepatan Revitalisasi Pasar Umum Gianyar I Gede Widharma Suharta menyatakan, pemindahan pedagang ke GOR itu melalui hasil koordinasi dengan Desa Adat Gianyar.

“Pasar Sengol pindah ke GOR Kebo Iwa,” ujar Widharma Suharta. Widarma mengakui, pedagang pasar sengol yang selama ini jualan

di lahan kosong di barat pasar umum Gianyar, serta yang berjualan di sebelah utara Jalan Ngurah Rai Gianyar, dikelola oleh Desa Adat Gianyar.

Sehingga, kata Widarma, proses pemindahan pun dimotori oleh desa adat. “Pemindahan oleh desa adat, tinggal Pemda Gianyar memberikan lokasi,” jelasnya.

Berdasar data, pedagang senggol itu berjumlah sekitar 300 lebih pedagang. Kini mereka berjualan disisi selatan dan sisi timur areal parkir GOR Kena Iwa.

“Termasuk pedagang kuliner di utara Jalan Ngurah Rai dipindah.  Karena disana akan menjadi lokasi lalu lalang kendaraan proyek,” ungkapnya.

Pemindahan pasar senggol selain karena ada proyek, juga untuk menghindari debu. Sebab, sesuai rencana, pasar umum Gianyar akan digali untuk dibuatkan basement.

“Karena lokasi itu sampai malam pekerja akan menggali tanah basement agar pedagang tidak terganggu atau debuan, apalagi disana menjual makanan,” jelasnya.

Lanjut dia, terkait pemindahan senggol itu sudah kawal oleh pemerintah. Khususnya dalam mempersiapkan penunjang pasar sengol seperti listrik dan air.

“Untuk listrik, air, sudah dikoordinasikan dengan Desa Adat Gianyar dan Dinas Pemuda dan Olahraga Gianyar. Sudah siap,” pungkasnya.

Di bagian lain, puluhan pedagang toko Pasar Umum Gianyar di sebelah selatan Jalan Ngurah Rai minta ganti rugi. Sebab, mereka mengklaim membangun bangunan toko dengan kocek sendiri.

Pemilik toko Purnama, Anas Abdullah, menyatakan status mereka beda dengan pedagang pasar. “Toko kami bangun sendiri. Bahkan, kami menempati toko turun temurun. Bangunan toko kami juga harus dihargai, jangan di bongkar begitu saja,” pintanya.

GIANYAR – Proyek rehab pasar umum Gianyar juga berdampak pada pedagang pasar senggol. Pedagang senggol yang kebanyakan jualan makanan akhirnya dipindah ke GOR Kebo Iwa sejak Kamis (28/5) lalu.

Panitia Percepatan Revitalisasi Pasar Umum Gianyar I Gede Widharma Suharta menyatakan, pemindahan pedagang ke GOR itu melalui hasil koordinasi dengan Desa Adat Gianyar.

“Pasar Sengol pindah ke GOR Kebo Iwa,” ujar Widharma Suharta. Widarma mengakui, pedagang pasar sengol yang selama ini jualan

di lahan kosong di barat pasar umum Gianyar, serta yang berjualan di sebelah utara Jalan Ngurah Rai Gianyar, dikelola oleh Desa Adat Gianyar.

Sehingga, kata Widarma, proses pemindahan pun dimotori oleh desa adat. “Pemindahan oleh desa adat, tinggal Pemda Gianyar memberikan lokasi,” jelasnya.

Berdasar data, pedagang senggol itu berjumlah sekitar 300 lebih pedagang. Kini mereka berjualan disisi selatan dan sisi timur areal parkir GOR Kena Iwa.

“Termasuk pedagang kuliner di utara Jalan Ngurah Rai dipindah.  Karena disana akan menjadi lokasi lalu lalang kendaraan proyek,” ungkapnya.

Pemindahan pasar senggol selain karena ada proyek, juga untuk menghindari debu. Sebab, sesuai rencana, pasar umum Gianyar akan digali untuk dibuatkan basement.

“Karena lokasi itu sampai malam pekerja akan menggali tanah basement agar pedagang tidak terganggu atau debuan, apalagi disana menjual makanan,” jelasnya.

Lanjut dia, terkait pemindahan senggol itu sudah kawal oleh pemerintah. Khususnya dalam mempersiapkan penunjang pasar sengol seperti listrik dan air.

“Untuk listrik, air, sudah dikoordinasikan dengan Desa Adat Gianyar dan Dinas Pemuda dan Olahraga Gianyar. Sudah siap,” pungkasnya.

Di bagian lain, puluhan pedagang toko Pasar Umum Gianyar di sebelah selatan Jalan Ngurah Rai minta ganti rugi. Sebab, mereka mengklaim membangun bangunan toko dengan kocek sendiri.

Pemilik toko Purnama, Anas Abdullah, menyatakan status mereka beda dengan pedagang pasar. “Toko kami bangun sendiri. Bahkan, kami menempati toko turun temurun. Bangunan toko kami juga harus dihargai, jangan di bongkar begitu saja,” pintanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/