27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 8:55 AM WIB

Hindari Gagal Panen, Pengungsi Pilih Bercocok Tanam di Klungkung

SEMARAPURA – Kreatif. Tak mau membebani warga Klungkung, pengungsi Gunung Agung asal Karangasem banyak yang memilih menyewa lahan pertanian.

Di atas lahan tersebut, mereka menanam berbagai jenis tanaman. Salah satunya bunga gemitir. “Saya menyewa lahan di Subak Delod Banjarangkan.

Di sana, saya sewa lahan dua are dengan biaya sewa Rp 50 ribu per are sekali masa tanam,” ujar Wayan Warni, salah satu pengungsi dari Banjar Batang, Desa Besakih.

Di atas lahan tersebut dia menanam bunga gemitir. “Per 35 are biaya operasionalnya Rp 20 juta. Satu are itu bisa menghasilkan 20 kilogram bunga per sekali panen. Harganya berubah-ubah.

Dulu sempat Rp 20 ribu per kilogram, kalau sekarang Rp 8 ribu per kilogram. Biasanya per sekali masa tanam, bisa panen sebanyak 15 kali. Saya jual di Pasar Galiran,” kata Warni.

Karena status Gunung Agung diturunkan jadi Siaga, dia akhirnya pulang kampung.

Meski begitu, dia tetap bercocok tanam di Subak Delod, Banjarangkan. Apalagi, bunga yang ditanam sejak Desember 2017 itu kini memasuki masa panen.

“Setiap hari saya bersama saudara-saudara saya bolak-balik dari Besakih ke sini. Pukul 06.00 berangkat ke sini, pukul 17.00 pulang ke Besakih,” katanya.

Dia sendiri berharap diberi kesempatan menyewa lahan di Klungkung. Karena dia masih khawatir bercocok tanam di Besakih mengingat kondisinya masih fluktuatif. 

SEMARAPURA – Kreatif. Tak mau membebani warga Klungkung, pengungsi Gunung Agung asal Karangasem banyak yang memilih menyewa lahan pertanian.

Di atas lahan tersebut, mereka menanam berbagai jenis tanaman. Salah satunya bunga gemitir. “Saya menyewa lahan di Subak Delod Banjarangkan.

Di sana, saya sewa lahan dua are dengan biaya sewa Rp 50 ribu per are sekali masa tanam,” ujar Wayan Warni, salah satu pengungsi dari Banjar Batang, Desa Besakih.

Di atas lahan tersebut dia menanam bunga gemitir. “Per 35 are biaya operasionalnya Rp 20 juta. Satu are itu bisa menghasilkan 20 kilogram bunga per sekali panen. Harganya berubah-ubah.

Dulu sempat Rp 20 ribu per kilogram, kalau sekarang Rp 8 ribu per kilogram. Biasanya per sekali masa tanam, bisa panen sebanyak 15 kali. Saya jual di Pasar Galiran,” kata Warni.

Karena status Gunung Agung diturunkan jadi Siaga, dia akhirnya pulang kampung.

Meski begitu, dia tetap bercocok tanam di Subak Delod, Banjarangkan. Apalagi, bunga yang ditanam sejak Desember 2017 itu kini memasuki masa panen.

“Setiap hari saya bersama saudara-saudara saya bolak-balik dari Besakih ke sini. Pukul 06.00 berangkat ke sini, pukul 17.00 pulang ke Besakih,” katanya.

Dia sendiri berharap diberi kesempatan menyewa lahan di Klungkung. Karena dia masih khawatir bercocok tanam di Besakih mengingat kondisinya masih fluktuatif. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/