29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:32 AM WIB

Peduli Kesehatan Nasabah, Bayar Klaim Hingga November Capai Rp 54,5 M

DENPASAR – PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia ditengah pandemi Covid-19 terus melakukan berbagai terobosan untuk menjaga agar para nasabahnya tetap aman terutama untuk masalah kesehatan. 

Berdasar data yang diperoleh hingga 9 November lalu, jumlah klaim yang dibayarkan Manulife Indonesia tercatat sebesar Rp 54,5 miliar. 

Jumlah tersebut termasuk manfaat rawat inap dan perlindungan jiwa. Sedangkan, klaim keseluruhan Manulife Indonesia (konsolidasi) per Oktober 2020 year to date tercatat sebesar Rp 4 triliun.

Hal ini diungkap langsung Presdir dan CEO Manulife Indonesia Ryan Charland Kamis (3/12) di Jakarta. 

Apa yang dilakukan Manulife Indonesia kali ini, menurut Ryan, menjadi salah satu fokus utama untuk mengatasi masalah kesehatan dan tantangan ekonomi akibat pandemi Covid-19 di Indonesia. 

“Tahun depan, Manulife Indonesia akan terus memberikan solusi perencanaan keuangan terkait dengan biaya kesehatan dan proteksi keuangan keluarga. 

Mengingat pandemi Covid-19 masih akan mewarnai perjalanan pada tahun depan. Tak hanya kesehatan dan proteksi keuangan, 

pelaku industri asuransi jiwa juga dituntut untuk menjaga keselamatan masyarakat,” ujar Ryan Charland.

“Pembayaran klaim dilakukan Manulife Indonesia setelah nasabah memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan.

Sementara itu, total donasi yang diberikan Manulife Indonesia tercatat lebih dari Rp 4 miliar yang diberikan kepada sekitar 200 pusat pelayanan kesehatan di Indonesia,” tambahnya. 

Untuk pelayanan, Manulife Indonesia menerapkan layanan non face to face. Layanan ini, menurut Ryan, 

agar tenaga pemasaran Manulife Indonesia ditengah pandemi tetap berupaya memberikan layanan terkait advis finansial meski tanpa bertatap muka. 

“Untuk itu, para tenaga pemasar telah dibekali dengan pelatihan yang mumpuni dan profesional agar tetap optimal membantu masyarakat di tengah pandemi Covid-19 ini,” ucapnya. 

Menurut prediksi mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, perekonomian Indonesia baru bisa benar-benar pulih pada 2022. 

“Maka dari itu,  masalah kesehatan dan keselamatan masyarakat masih menjadi kunci utama pemulihan ekonomi tahun depan,” jelasnya. 

Disatu sisi, digitalisasi pemasaran menjadi momentum bagi industri asuransi jiwa ditengah pandemi seperti saat ini. 

Digitalisasi layanan, menurut Anggota Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Riswinandi, untuk meningkatkan inklusi keuangan nasional. 

“Dengan menggunakan teknologi informasi ini diharapkan daya jangkau industri asuransi kepada nasabah akan lebih efektif dan efisien,” ujarnya. 

Selain itu, industri asuransi juga harus bisa memaksimalkan potensi besar di sektor digital.

Apalagi, penetrasi asuransi saat ini relatif masih kecil yakni tidak pernah di atas 3 persen dengan total potensi 270 juta jiwa. 

Jika saja 20 persen  masyarakat Indonesia sadar asuransi, maka industri ini akan meningkat secara signifikan.

Sebagaimana diketahui, potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar. Pada 2025, ekonomi digital Indonsia diprediksi bisa bertumbuh hingga US$ 133 miliar atau Rp 1,8 kuadriliun.

Mengenai pasar digital ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengatakan jika nilai ekonomi digital internet Indonesia berpotensi naik tiga kali lipat pada 2025.

Nilai ekonomi digital internet pada 2019 sebesar US$ 40 miliar, sedangkan lima tahun lagi diprediksi lebih dari US$ 133 miliar. 

Proyeksi dibuat berdasar riset yang dilakukan oleh Google, Temasek dan Bain & Company bertajuk e-Conomy SEA 2020 at Full Velocity: Resilient and Racing Ahead. 

Sedangkan, ekonomi digital dari transaksi e-commerce berpotensi naik dari US$ 20 miliar menjadi US$ 82 miliar atau meningkat empat kali lipat. 

DENPASAR – PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia ditengah pandemi Covid-19 terus melakukan berbagai terobosan untuk menjaga agar para nasabahnya tetap aman terutama untuk masalah kesehatan. 

Berdasar data yang diperoleh hingga 9 November lalu, jumlah klaim yang dibayarkan Manulife Indonesia tercatat sebesar Rp 54,5 miliar. 

Jumlah tersebut termasuk manfaat rawat inap dan perlindungan jiwa. Sedangkan, klaim keseluruhan Manulife Indonesia (konsolidasi) per Oktober 2020 year to date tercatat sebesar Rp 4 triliun.

Hal ini diungkap langsung Presdir dan CEO Manulife Indonesia Ryan Charland Kamis (3/12) di Jakarta. 

Apa yang dilakukan Manulife Indonesia kali ini, menurut Ryan, menjadi salah satu fokus utama untuk mengatasi masalah kesehatan dan tantangan ekonomi akibat pandemi Covid-19 di Indonesia. 

“Tahun depan, Manulife Indonesia akan terus memberikan solusi perencanaan keuangan terkait dengan biaya kesehatan dan proteksi keuangan keluarga. 

Mengingat pandemi Covid-19 masih akan mewarnai perjalanan pada tahun depan. Tak hanya kesehatan dan proteksi keuangan, 

pelaku industri asuransi jiwa juga dituntut untuk menjaga keselamatan masyarakat,” ujar Ryan Charland.

“Pembayaran klaim dilakukan Manulife Indonesia setelah nasabah memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan.

Sementara itu, total donasi yang diberikan Manulife Indonesia tercatat lebih dari Rp 4 miliar yang diberikan kepada sekitar 200 pusat pelayanan kesehatan di Indonesia,” tambahnya. 

Untuk pelayanan, Manulife Indonesia menerapkan layanan non face to face. Layanan ini, menurut Ryan, 

agar tenaga pemasaran Manulife Indonesia ditengah pandemi tetap berupaya memberikan layanan terkait advis finansial meski tanpa bertatap muka. 

“Untuk itu, para tenaga pemasar telah dibekali dengan pelatihan yang mumpuni dan profesional agar tetap optimal membantu masyarakat di tengah pandemi Covid-19 ini,” ucapnya. 

Menurut prediksi mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, perekonomian Indonesia baru bisa benar-benar pulih pada 2022. 

“Maka dari itu,  masalah kesehatan dan keselamatan masyarakat masih menjadi kunci utama pemulihan ekonomi tahun depan,” jelasnya. 

Disatu sisi, digitalisasi pemasaran menjadi momentum bagi industri asuransi jiwa ditengah pandemi seperti saat ini. 

Digitalisasi layanan, menurut Anggota Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Riswinandi, untuk meningkatkan inklusi keuangan nasional. 

“Dengan menggunakan teknologi informasi ini diharapkan daya jangkau industri asuransi kepada nasabah akan lebih efektif dan efisien,” ujarnya. 

Selain itu, industri asuransi juga harus bisa memaksimalkan potensi besar di sektor digital.

Apalagi, penetrasi asuransi saat ini relatif masih kecil yakni tidak pernah di atas 3 persen dengan total potensi 270 juta jiwa. 

Jika saja 20 persen  masyarakat Indonesia sadar asuransi, maka industri ini akan meningkat secara signifikan.

Sebagaimana diketahui, potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar. Pada 2025, ekonomi digital Indonsia diprediksi bisa bertumbuh hingga US$ 133 miliar atau Rp 1,8 kuadriliun.

Mengenai pasar digital ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengatakan jika nilai ekonomi digital internet Indonesia berpotensi naik tiga kali lipat pada 2025.

Nilai ekonomi digital internet pada 2019 sebesar US$ 40 miliar, sedangkan lima tahun lagi diprediksi lebih dari US$ 133 miliar. 

Proyeksi dibuat berdasar riset yang dilakukan oleh Google, Temasek dan Bain & Company bertajuk e-Conomy SEA 2020 at Full Velocity: Resilient and Racing Ahead. 

Sedangkan, ekonomi digital dari transaksi e-commerce berpotensi naik dari US$ 20 miliar menjadi US$ 82 miliar atau meningkat empat kali lipat. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/