MANGUPURA – Angin kencang disertai gelombang tinggi di perairan selatan Bali memaksa nelayan Pantai Kedonganan istirahat sementara waktu mencari ikan di tengah laut.
Padahal, pada bulan Juli hingga Oktober adalah waktunya musim tangkapan ikan. Salah satu nelayan di Pantai Kedonganan, Saiful Lukan, 38,
mengaku sejak seminggu terakhir hasil tangkapan ikan menurun drastis akibat cuaca buruk yang menimpa kawasan pantai.
Arah angin, menurutnya, sangat sulit di tebak. Dalam sekali melaut, dia hanya memperoleh 5 sampai 10 keranjang saja.
Sedangkan dalam cuaca normal, dia bisa memperoleh 15 sampai 18 keranjang sekali melaut. “Cuaca sekarang nggak bisa ditebak,” ujar Saiful saat ditemui Jawa Pos Radar Bali.
Dengan kondisi angin kencang ini, ia dan rekannya hanya berani melaut dalam jarak maksimal 5 mil. Dalam kondisi normal, pencarian ikan yang dia lakukan bisa sampai 17 mil.
Untuk harga jual tergantung di pasar. Misalnya, untuk jenis ikan samban, ia menjual kepada pedagang Rp 2.500 per kilogram.
Namun, sejak seminggu ini harga ikan samban dijual Rp 5.000 per kilogram kepada pedagang. “Belum lagi ongkos sekali melaut bisa habis sampai Rp 2 juta.
Jadi untungnya sangat sedikit. Bahkan, ada yang tidak dapat sama sekali,” kata pria kelahiran Gersik Jawa Timur ini.
Hal senada disampaikan nelayan lainnya, Catur Arianto. Dia menjelaskan akibat gelombang laut yang tidak menentu membuatnya tidak bisa melaut.
Untuk bertahan hidup, dia terpaksa harus berhutang kepada pengepul ikan. “Musim yang tidak menentu ini sudah berlangsung setahun ini,” pungkasnya.