RadarBali.com – PT PLN (persero) Distribusi Bali masih melakukan evaluasi terkait penurunan konsumsi listrik belakangan ini. Selain Bali, penurunan konsumsi listrik juga terjadi di DKI Jakarta.
Menurut General Manager PLN Distribusi Bali Nyoman Suwarjoni Astawa, fenomena penurunan konsumsi listrik di Bali terlacak saat beban puncak yang tidak naik.
Jika dibandingkan tahun lalu, kenaikan beban puncak rata-rata hampir 11 persen. Namun, hingga Juli tahun ini menurun hingga 0,48 persen (year on year) jika dibandingkan Juli 2016 lalu.
“Hanya ada dua daerah yang minus yakni Bali dan DKI Jakarta. Sementara yang lain positif naik, tapi tidak lebih dari 2 sampai 3 persen,” ujar Suwarjoni Astawa, kemarin (5/9).
Yang aneh, saat ini wisatawan yang datang ke Bali sedang tinggi-tingginya. Logikanya konsumsi listrik naik. Namun, yang terjadi malah sebaliknya.
Karena itu, PLN Distribusi Bali akan melakukan evaluasi. Dugaan sementara, masyarakat mulai sadar dan berhemat saat mengonsumsi listrik. Salah satunya memanfaatkan lampu LED dan penghematan lainnya.
“Bisa juga dari segi cuaca yang tidak menentu. Dulu menggunakan AC dan kipas angin nonstop. Sekarang tidak. Konsumsi listrik pabrik es juga turun, karena sepanjang tahun kan hujan. Jadi, orang tidak butuh es,” jelasnya.
Apakah PLN merugi? Menurutnya, jika terjadi terus menerus, PLN berpeluang merugi. Pasalnya, fix cost (pengeluaran) terus membengkak, sementara pendapatan dari tarif menurun.
“Kami harus melakukan internal efisiensi agar tidak membebani keuangan PLN, terlebih tidak ada kenaikan tarif listrik tahun ini,” katanya.
Saat ini, jumlah pelanggan PLN di Bali hingga bulan Agustus mencapai 1,3 juta. Dari jumlah itu, komposisi terbesar didominasi pelanggan rumah tangga yang mencapai 81 persen.
Sementara untuk bisnis mencapai 12 persen dan paling rendah untuk sosial seperti rumah ibadah, rumah sakit dan lainnya.
“Kami berharap tahun ini bisa mencapai 1,4 juta pelanggan. Dan kami optimis bisa mencapai target itu,” pungkasnya.