GIANYAR – Pasar Puaya di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, yang baru diresmikan bupati Gianyar pada pekan lalu membawa harapan baru.
Terutama bagi pekerja yang terdampak Covid-19. Banyak pekerja terdampak mendaftar menjadi pedagang di pasar yang menjual aneka kebutuhan rumah tangga dan upacara agama tersebut.
Perbekel Batuan Ari Anggara menyatakan, awalnya antusias calon pedagang untuk berjualan di Pasar Puaya sangat tinggi.
Terutama dari kalangan pedagang pemula yang kena PHK maupun dirumahkan. “Kuota yang disediakan di pasar induk 33 pedagang. Yang melamar sampai 80-an. Sehingga harus kami undi,” ujarnya.
Termasuk untuk kuota 10 kios dengan sistem lelang. Dari target sewa Rp 3 juta per tahun, calon pedagang menawar sampai nilai Rp 4,5 juta.
“Warga antusias untuk berjualan. Terutama dari mereka yang menganggur sebagai dampak pandemi,” jelasnya.
Dengan lahan seluas 7,5 are yang dulunya semak belukar tak berfungsi, mulai ditata secara bertahap.
Mulai dengan penyenderan, pembangunan pasar induk, pembangunan jembatan. “Ini sekaligus sebagai bentuk keberpihakan pada pedagang lokal,” ujarnya.
Sementara itu, Kelihan Adat Banjar Puaya, I Ketut Nastra Adnyana, menyatakan, pendirian pasar ini dilatarbelakangi sejarah Pura Melanting yang disungsung oleh krama setempat.
Pura yang identik dengan pasar ini terletak di sisi selatan Pasar Puaya. “Secara turun temurun, kami juga nyungsung Ida Bhatara Melanting
sebagai dewanya Pasar, sehingga menurut kami pendirian Pasar ini sangat erat kaitannya dengan sejarah itu,” ungkapnya.
Kata dia, dulu era Tahun 1965, di Banjar Puaya ada Pasar Tenten. “Sampai ada Los panjang untuk tempat berjualan. Namun lambat laun tidak ada Pasar lagi,” ujarnya.
Kini, muncul lagi pasar Puaya dengan jumlah 33 pedagang. Terdiri dari pedagang tumpah, pedagang bermobil dan pedagang kios.