28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:41 AM WIB

Berhasil Panen Bawang Putih, Tapi Bupati Agus Minta Tak Ditanam Masif

SUKASADA – Pengembangan komoditas bawang putih di Kabupaten Buleleng, Bali menunjukkan trend positif. Petani di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, berhasil menanam sekaligus memanen komoditas tersebut. Keberhasilan itu diharapkan mengurangi beban neraca impor pemerintah terhadap komoditas pertanian.

Panen bawang putih itu berlangsung di lahan yang dikelola Kelompok Tani (Poktan) Manik Pertiwi, Desa Wanagiri. Dari total lahan seluas 25 hektare yang dikelola kelompok, seluas 5 hektare di antaranya ditanami bawang putih. Khususnya varietas lumbu hijau.

Ketua Poktan Manik Pertiwi, Ketut Sandi mengungkapkan, petani sudah melakukan uji coba tanam bawang putih sejak tahun 2017 lalu. Berbagai varietas telah diuji. Seperti lumbu hijau, lumbu kuning, dan sembalun. Dari tiga varietas itu, hanya varietas lumbu hijau yang paling cocok di Wanagiri.

“Sekarang ini baru bisa sekali panen. Tapi ke depan kami upayakan dua kali dalam setahun bisa panen. Kalau tahun lalu panen itu 7,48 ton per hektare, sekarang bisa dapat 8,4 ton per hektare,” kata Sandi, di sela-sela panen bawang yang dilakukan bersama Bank Indonesia, pagi kemarin (6/8).

Sementara itu Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengapresiasi upaya Bank Indonesia mengembangkan demonstration plot atau lahan percontohan, di Desa Wanagiri. Sebab bawang putih cukup memengaruhi neraca impor. Hanya saja, Agus meminta agar pengembangan komoditas bawang putih tak dilakukan secara masif.

Apabila dilakukan secara masif, ia khawatir akan berpengaruh pada kondisi ketersediaan air di wilayah hilir. “Nanti kita cari jalan keluar. Saya inginnya lahan di Wanagiri ini 75 persen diisi tanaman keras, yang 25 persen boleh diisi bawang putih atau bunga. Supaya ada kontribusi ketersediaan air pada daerah di bawah,” kata Agus.

Di samping itu, Agus juga mengakui kendala terbesar pengembangan komoditas bawang putih ialah ketersediaan air bersih. Desa Wanagiri terletak di dataran tinggi, sehingga lahan pertanian sulit mendapatkan air bersih. Cara yang paling mudah ialah mengambil air yang bersumber dari Danau Tamblingan. Saat ini pemerintah masih melakukan kajian kapasitas air bersih yang bisa dieksplorasi dari Tamblingan.

Sekadar diketahui, saat ini pemerintah bersama Bank Indonesia membuka lahan percontohan areal tanam bawang putih seluas 7 hektare di Buleleng. Seluas 5 hektare berada di Desa Wanagiri, sementara 2 hektare lainnya ada di Desa Bontihing dan Desa Pakisan.

Dulunya Buleleng merupakan sentra penghasil bawang putih di Bali. Lahan bawang putih tersebar di Desa Banyuatis, Gesing, Gobleg, Munduk, Pakisan, Bontihing, Umajero, dan Bengkel. Saat harga bawang putih anjlok pada periode 1990-an, petani memilih beralih komoditas ke tanaman cengkih, kopi, hingga bunga.

SUKASADA – Pengembangan komoditas bawang putih di Kabupaten Buleleng, Bali menunjukkan trend positif. Petani di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, berhasil menanam sekaligus memanen komoditas tersebut. Keberhasilan itu diharapkan mengurangi beban neraca impor pemerintah terhadap komoditas pertanian.

Panen bawang putih itu berlangsung di lahan yang dikelola Kelompok Tani (Poktan) Manik Pertiwi, Desa Wanagiri. Dari total lahan seluas 25 hektare yang dikelola kelompok, seluas 5 hektare di antaranya ditanami bawang putih. Khususnya varietas lumbu hijau.

Ketua Poktan Manik Pertiwi, Ketut Sandi mengungkapkan, petani sudah melakukan uji coba tanam bawang putih sejak tahun 2017 lalu. Berbagai varietas telah diuji. Seperti lumbu hijau, lumbu kuning, dan sembalun. Dari tiga varietas itu, hanya varietas lumbu hijau yang paling cocok di Wanagiri.

“Sekarang ini baru bisa sekali panen. Tapi ke depan kami upayakan dua kali dalam setahun bisa panen. Kalau tahun lalu panen itu 7,48 ton per hektare, sekarang bisa dapat 8,4 ton per hektare,” kata Sandi, di sela-sela panen bawang yang dilakukan bersama Bank Indonesia, pagi kemarin (6/8).

Sementara itu Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengapresiasi upaya Bank Indonesia mengembangkan demonstration plot atau lahan percontohan, di Desa Wanagiri. Sebab bawang putih cukup memengaruhi neraca impor. Hanya saja, Agus meminta agar pengembangan komoditas bawang putih tak dilakukan secara masif.

Apabila dilakukan secara masif, ia khawatir akan berpengaruh pada kondisi ketersediaan air di wilayah hilir. “Nanti kita cari jalan keluar. Saya inginnya lahan di Wanagiri ini 75 persen diisi tanaman keras, yang 25 persen boleh diisi bawang putih atau bunga. Supaya ada kontribusi ketersediaan air pada daerah di bawah,” kata Agus.

Di samping itu, Agus juga mengakui kendala terbesar pengembangan komoditas bawang putih ialah ketersediaan air bersih. Desa Wanagiri terletak di dataran tinggi, sehingga lahan pertanian sulit mendapatkan air bersih. Cara yang paling mudah ialah mengambil air yang bersumber dari Danau Tamblingan. Saat ini pemerintah masih melakukan kajian kapasitas air bersih yang bisa dieksplorasi dari Tamblingan.

Sekadar diketahui, saat ini pemerintah bersama Bank Indonesia membuka lahan percontohan areal tanam bawang putih seluas 7 hektare di Buleleng. Seluas 5 hektare berada di Desa Wanagiri, sementara 2 hektare lainnya ada di Desa Bontihing dan Desa Pakisan.

Dulunya Buleleng merupakan sentra penghasil bawang putih di Bali. Lahan bawang putih tersebar di Desa Banyuatis, Gesing, Gobleg, Munduk, Pakisan, Bontihing, Umajero, dan Bengkel. Saat harga bawang putih anjlok pada periode 1990-an, petani memilih beralih komoditas ke tanaman cengkih, kopi, hingga bunga.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/