RadarBali.com – Trans Sarbagita yang diharapkan menjadi solusi pengurai kemacetan hingga saat ini belum memikirkan laba.
Laba bukan tujuan utama mengingat tarif yang dibebankan kepada penumpang masih disubsidi pemerintah.
Kepala UPT Trans Sarbagita Nyoman Sunarya mengungkapkan, pertumbuhan penumpang Sarbagita tiap bulan cenderung fluktuatif.
Tren peningkatan penumpang biasanya dipengaruhi masa liburan sekolah. Saat libur, jumlah penumpang bisa turun 30 persen.
“Penumpang biasanya turun saat iburan sekolah dan kuliah, antara bulan Juni, Juli, sampai Agustus,” ujar Sunarya, kemarin (6/9).
Sebagai perbandingan, di bulan Januari hingga Mei, trans Sarbagita koridor II yang melayani rute Batubulan – Nusa Dua dan koridor I yang melayani Denpasar – GWK, rata-rata jumlah penumpang umum dan pelajar mencapai 21 ribu.
Tapi, saat libur sekolah jumlahnya hanya berkisar 16 ribu. “Untuk penumpang mayoritas umum, ketimbang pelajar,” katanya.
Sejak Januari hingga Agustus 2017, pendapatan Trans Sarbagita mencapai Rp 1,6 miliar lebih. Sementara realisasi di tahun 2016 mencapai Rp 2,7 miliar dari pendapatan yang dipatok mencapai Rp 2,5 miliar.
“Kami sebenarnya tidak ada target, karena saat ini kan belum berfikir laba. Trans Sarbagita ini kan solusi pengurai kemacetan dan untuk fasilitas masyarakat. Makanya di subsidi hingga 70 persen,” terang Sunarya.
Namun, ketika nanti ada pihak lain yang bersedia memberikan subsidi, kemungkinan ke depan baru akan memikirkan laba.
“Untuk saat ini belum, tapi memikirkan laba ke depan, sah-sah saja,” bebernya. Sejak resmi beroperasi 2011 silam, Trans Sarbagita memiliki sejumlah kendala.
Salah satunya angkutan konektivitas untuk menghubungkan penumpang ke tempat tujuan. Sebenarnya untuk feeder, sudah ada MoU dengan pihak kabupaten/kota. Namun, sayangnya hingga saat ini belum berjalan.
“ketika provinsi sudah melakukan upaya demikian, kemudian pihak pemkot atau kabupaten membantu menyediakan, nah ini mungkin perlu didiskusikan lagi,”ucapnya.
“Ketika berbicara ini ini pasti kan ujung-ujungnya berbicara anggaran. Pengelolaan Sarbagita ini harus bersama-sama dengan pihak terkait,” tuturnya.
Dia menambahkan, saat ini Trans Sarbagita belum memiliki jalur khusus. Karena itu, ketika kondisi jalan macet, bakal tidak bisa dihindari.
Jadi tidak bisa disalahkan juga ketika masyarakat beranggapan, memakai Sarbagita juga mengalami macet.
Masyarakat pun akhirnya memilih memakai kendaraan pribadi. “Untuk jalur khusus ini saya tidak tahu, karena ada bidangnya sendiri,” pungkasnya.